13

9.1K 569 9
                                    

Kelly's POV

"Key! Tinggalkan Wina sekarang! Tidak pantas. Sangat memalukan!"

Aku masih duduk termenung mengingat kalimat itu. Nenek, dia telah mendengar semuanya. Bukan hanya itu, ia telah melihat segalanya. Andaikan aku bisa memutar dua hari yang lalu, tak akan seperti ini jadinya.

***
"Apaan tuh?" tanyaku pada anak-anak yang mengerumuni papan mading.

Tak seperti biasanya area mading seramai ini. Apakah ada sesuatu yang panas? Bisa jadi.

Mereka menyibak jalan untukku, dengan langkah pasti ku dekatkan pandanganku ke arah jejalan kertas di papam mading.

"What the. . ." tengorokanku tercekat menatap jejalan kertas itu.

Ini history ciumanku dengan Wina. Apa ini? Benarkah?

Mataku mulai memanas. Ku. balikkan tubuhku dan menatap kerumunan orang ini dengan sorot mata tajam. Mereka mulai memilih pergi satu per satu. Aku menatap marah pada kertas yang berisikan fotoku dan Wina. Ini bahkan sangat jelas ketika kudapati keterangan fotonya. Shit.

Kulepas kertas-kertas itu dan ku buang ke sembarang arah. Hari ini bahkan aku belum menemukan mood baikku. Siapa sih orangnya?!

Aku melangkah pasti menuju ruang kelas gadisku. Aku yakin, ia telah melihat semua ini. Dan kupastikan dia sangat sedih sekarang, ketika semua orang mengetahui hubungan kami yang sebenarnya. Apa? Hubungan? Hey Key! Bahkan ini belum pacaran. Dasar bodoh.

Semua mata menatapku heran dan dengan ekspresi jijik mereka menyumpahiku dalam hati. Baiklah Key! Sabar. Bahkan sudah sangat biasa disumpahi seperti ini. Pandangan itu, bahkan ekspresi mereka sudah sangat biasa. Ah! Tapi kenapa hari ini aku merasa terganggu!!!

"Key, lo dipanggil guru BK noh!"

Aku menoleh ke belakang. Dinza. Sejak kapan ia di belakangku hah? Bahkan naluriku tak merasakan ada seseorang di belakangku.

"Ya," sahutku dan melanjutkan langkahku menuju kelas gadisku.

"Si Wina juga sekalian," lanjutnya lagi.

Aku menoleh padanya dan menatapnya tepat di matanya. Kenapa Wina juga? Apa salahnya hm?

"Masalah kertas-kertas di mading," jawab Dinza yang kuyakini berusaha melepas kontak mata denganku.

Aku hanya menatapnya nanar. Sebegini sulitkah ketika aku dan Wina melakukan sesuatu yang berlebihan? Tapi. . . Apanya yang berlebihan hm? Bahkan ini hanya ciuman yang wajar dilakukan ketika bersama sahabat. Walau sebenarnya tak rela ku sebut semua ini sebagai persahabatan. Ah! Stop berdebat Key!

"Wina?"

Dia langsung membalikkan badannya. Matanya membelalak seperti orang kaget. Dia terlihat ketakutan. Wajahnya muram. Dia bahkan menyimpan air dalam pelupuk matanya. Apakah dia takut?

Dia memelukku dengan sangat erat. Aku pun membalas pelukannya, aku tak peduli dengan mereka. Aku tak mengindahkan perhatian orang-orang ini. Aku hanya menikmati detik-detik ini.

"Kita ke ruang BK sekarang ya,"

Dia tak berucap apapun. Hanya anggukan yang kudapatkan. Wajah sayunya tertunduk lemas. Aku hanya mampu merangkul pundaknya agar ia tak membebani dirinya.

"Gue takut Key," lirihnya.

Kurasakan tubuhnya mulai bergetar. Ternyata sampai disini ia mampu mempertahankan air matanya. Stop Win! Please, jangan nangis karena ini.

Perfect Badly (gxg) CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang