25

6.5K 401 7
                                    

Kelly's POV

Bayangan puteri kecilku perlahan menghilang dari halaman rumah. Usianya menginjak 16 tahun, terhitung 11 tahun sudah ia tinggal bersamaku. Waktu yang cukup lama bagiku.

"Key, kamu mau pergi ke kantor sekarang?"

Aku menoleh ke sumber suara. Wina tengah sibuk menyiram bunga-bunga yang ia tanam minggu lalu. Terlihat sangat segar, seperti senyumnya yang tak pernah hilang.

"Nanti ajalah, aku ada rapat jam 11."

Kusandarkan tubuhku pada dinding dan memperhatikan gerak-gerik Wina. Tak kusangka bibirku membentuk sebuah lengkungan. Tak kusangka pula selama ini aku bisa bertahan tinggal dengannya, ini menyenangkan dan bahkan aku tak tahu bagaiman mengungkapkan rasa excited ku.

"Key! Kamu harus ke kantor sekarang. Ada hal penting yang harus dikerjakan."

Kulihat Rita sangat terbutu-buru dan menarik tanganku. Aku berusaha melepas tarikannya dan tak berusaha mengikutinya.

"Mbak. Aku belum mandi. Ada apa sih gawat banget,"

"Ada masalah Key. Ayo cepetan. Gausah mandi segala," dia kembali menarik tanganku.

Wina pun terlihat kebingungan dengan tingkah Rita yang tiba-tiba ini. Wina mengangguk menyetujui perintah Rita. Hm baiklah.

"Yaudah Win, aku berangkat dulu. Nanti kalau sempet, aku pulang makan siang."

Aku berlari mengikuti Rita ke mobil. Wajahnya terlihat sangat panik dan entahlah aku tak mengerti. Ini ada apa sih?

Rita terlihat sibuk dengan ponselnya. Dia sepertinya sedang berusaha menghubungi seseorang namun ia melakukannya berulang-ulang. Mungkinkah ini masalah yang serius? Aku mulai penasaran dengan tingkah lakunya pagi ini, namun belum berani menanyakannya karena terlihat sangat jelas ia tak ingin mengucapkan sesuatu padaku.

Rasa penasaranku mulai tak terbendung lagi. Kulirik dia sebentar, namun masih ragu untuk membuka mulutku. Geraknya yang sangat gelisah, membuatku takut untuk bertanya padanya. Takut jika ia merasa terganggu, maka aku akan dihabisi dengan nada sinisnya yang super pedas.

"Emm..." aku berdeham pelan.

Rita sedikitpun tak mempedulikanku. Aku merasa seperti angin saja yang sama sekali tak terlihat di sebelahnya. Hmm ini mempermainkan moodku.

"Mbak?" kataku akhirnya.

"Kenapa gelisah banget? Ada apaan di kantor? Boleh kan ngomong sekarang, jangan buat aku unmood nungguin apa yang bakal Mbak bilang," kataku akhirnya. Baiklah aku kesal sekarang.

"Maaf Key. Aku lagi ngurusin berita-berita yang mengintimidasi perusahaan," tandasnya.

"Apaan sih? Apanya yang diintimidas? Kalo ngomong tuh jangan setengah-setengah Mbak!"

Rita menghembuskan nafasnya perlahan. Kulirik dia melalui sudut mataku. Wajahnya terlihat mengiba dan sedih.

"Key, Dinza di tangkap Polisi dan kamu tau? Dinza mengatasnamakan perusahaan kita saat proses interogasinya. Apa kamu gak malu ngeliat perusahaan kamu namanya jelek karena pegawai?"

"Kenapa dia ditangkap?" tanyaku merendahkan nada suaraku.

"Dia rusuh di club malam. Jadi dia digerebek karena bikin alis anak orang jadi robek!" jawabnya dengan menekan nada suaranya.

Kuhela nafasku dalam-dalam, mencoba mengatur oksigen dalam tubuhku. Otakku terasa berat untuk memikirkan ini, dadaku terasa sangat panas mendengar berita yang sangat tidak berkelas seperti ni. Dinza sangat pintar rupanya. Dia berhasil menginjak harga diriku setelah sekian lama menikmati uang bulanan dari perusahaanku. Tidak tahu diri memang.

Perfect Badly (gxg) CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang