CHAPTER 17

15.5K 1.8K 147
                                    

"Kalian lagi berantem?"

Prilly terkejut saat seorang pria menghampirinya dengan cara menempelkan gelas berisi minuman dingin ke lengannya yang terbuka.

"Eh, ka Maliq, ngagetin aja, ga berantem sih, cuma..."
"Cuma slek? Ali ngambek lagi?"
"You know him so well lah"
"Mungkin itu satu cara dia mau nunjukin ke kamu kalau dia mau diperhatiin sama kamu" ucap pria berumur 20 tahun yang merupakan sepupu Ali itu.

"Gitu ya ka, tapi kali ini kayanya dia beneran marah sama aku deh, dia kecewa"

"Soal apa?"

Prilly terdiam sesaat, mengingat kembali tentang Harvard, rasanya kepalanya pening.

"Aku disuruh papa kuliah di Harvard"
Maliq menoleh sedikit terkejut, ia melihat rona malas di wajah Prilly.

"Kalau ga karena restu orang tua, lupa ingatan, kali ini mau dipisahin jarak ya" ucapnya mengingat perjuangan cinta papa dan mamanya yang kebetulan namanya sama dengan mereka, Ali dan Prilly.

Mungkin bukan kebetulan sepenuhnya, Ali merupakan anak dari Tasya, saudara tiri Prilly sekaligus sahabatnya. Perjuangan cinta Ali dan Prilly membuat Tasya dan Niko memberikan nama putranya dengan nama yang sama, Ali.

Sejak Niko bekerja di Rumah Sakit terbesar di Bandung, mereka memutuskan untuk hijrah ke Bandung, dan mungkin sudah jalan Tuhan, Ali kecil dipertemukan dengan gadis kecil bernama Prilly yang merupakan terangga sebelah rumahnya.

"Maksud kaka, kisah aku sama ali mirip sama oom dan tante?"
"Kurang lebih begitu"
"Susah juga ya, karena sampai sekarang pun aku sama Ali statusnya masih sahabat, belum jadian aja tantangannya udah kaya gini"

"Makanya kan aku bilang, kamu sama aku aja, hahahhaha"

"Apaan sih ka Maliq, nanti kalau Ali denger bisa berabe tau"
"Ali yang ini cemburuan ya, beda sama papa aku yang sabar"
"Iya, papanya ka Maliq itu cowo yang nyaris sempurna, aku juga mau 1, kalau masih ada stocknya, hehe"

"Berat nih, saingannya papa sendiri, hahaha, ya udah, kamu coba ajak ngomong lagi aja Ali nya, kasian tuh galau sendirian"

Ucapan Maliq barusan membuat Prilly sedikit mendapatkan keberanian untuk memulai pembicaraan dengan Ali lagi.

Tapi belum sempat Prilly berjalan ke arahnya, seseorang sudah mendahuluinya.

"Oom Ali, ya udah deh nanti aja gue ngomongnya" gumamnya lalu kembali ke tempat duduknya.

Tapi pandangannya tak lepas dari Double Ali yang sedang berbincang serius, apa mereka membicarakan dirinya?karena sesekali Ali mencuri pandang ke arahnya.

Suasana pesta ulang tahun yang sangat bagus, dilakuakn di outdoor dengan dekorasi menawan penuh mawar putih, dan juga tuan rumah yang ramah, membuat pesta ini cukup menghibur Prilly saat ini.

Pandangannya terarah pada oom Ali yang sudah menjemput tante Prilly dari kursinya, mereka terlihat serasi. Prilly tersenyum saat tahu bahwa oom Ali mengajak istrinya berdansa.

"Prilly, ayo turun"
Prilly menoleh ke arah datangnya suara, Maliq berdiri di sampingnya dengan mengulurkan salah satu tangannya sebagai tanda ajakan berdansa.

"Aku ga bisa ka, ga ngerti, nanti kakinya malah keinjek lagi"
"Gapapa, percaya sama aku, kita harus pancing Ali" ucap Maliq mengedipkan sebelah matanya.

Bukan Romeo & Juliet (Season 3)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt