CHAPTER 31

6.3K 836 47
                                    


Paris, -7°C pkl 10.00

Maliq berada di sebuah coffee shop, ditemani secangkir super black coffee kesukaannya, ia menghabiskan waktu di depan laptopnya. Sebagai seorang deputy director, bukan hal aneh baginya jika harus berada jauh dari tanah air untuk bertemu klien nya.

Kali ini, ia bekerja sama dengan konsultan corporate plan, perusahaannya berencana mendirikan cabang di kota mode terbesar itu.

"Excuse me, Mr. Maliq?" Sebuah suara memaksa Maliq menghentikan aktivitasnya.

"Oh yeah, Mr. Costa?"
"Yes, Morning, what's your day? Enjoy the city?" Seorang pria bule dengan warna rambut kecoklatan dan mata hijaunya menyapa Maliq ramah.

"Yes, how a great city, love it"

Maliq terlibat percakapan hangat dengan pria itu, sebenarnya ini bukan pertama kalinya Maliq ke Paris, tapi memang dia belum pernah jalan-jalam di sana, dia sudah berniat cuti supaya bisa honeymoon dengan Prilly di sini, tapi berhubung kerjaannya sedang banyak, pernikahan mereka pun ditunda.

"Sorry i'm late" Maliq dan Mr.Costa bersamaan menoleh ke arah datangnya suara. Seorang wanita cantik dengan rambut pendek sebahu dan coat tebalnya datang menghampiri mereka. Dia terlihat seperti habis berlari.

"Airin?" Maliq perlahan berdiri, cukup terkejut mendapati siapa yang ditemuinya di sana.

"Ka Maliq? Wow, jadi Mr. Maliq itu kamu?" Ya ampun, dunia sempit banget ya, hai Ka" sapa Airin menjabat tangan Maliq.

"Aku malah ga tau kalau kamu salah satu tim nya mereka, aku baik" balas Maliq lalu mempersilakan Airin duduk di kursi sampingnya.

"Jadi, kalian sudah saling mengenal?" Tanya Mr. Costa dalam bahasa Inggris, ia pun lupa menceritakan tentang Airin yang sama-sama berasal dari Indonesia. Tak berapa lama, mereka sudah terlibat perbincangan membahas kerjasama bisnis mereka.

~~~

"So, ka Maliq mau jalan kemana dulu nih, mau liat spot cantik, kulineran, belanja atau apa nih, aku siap jadi guider nya" ucap Airin setelah masuk ke dalam mobil yang di sewa Maliq untuk kendaraannya selama di sana.

"Sebelumnya, boleh ga kamu jangan panggil aku Ka, panggil nama aja lah, kan kita udah jadi partner" Maliq menjawab sambil memasang seatbeltnya.

"O gitu, oke deh, Maliq" ucap Airin tersenyum lebar.

"Nah gitu dong, aku mau jalan ke tempat wisatanya aja dulu, nanti malem baru mau ke eifell, kamu ada acara atau?"

"Free"
"Oke..perfect"

Maliq mulai menjalankan mobilnya perlahan, meninggalkan coffee shop tempat meeting mereka tadi.

"So, apa kabar si dokter?"
"Ali? Aku ga tau, udah 3 minggu ini aku ga hubungan sama dia"

"Berantem neng?"
"Engga kok, baik-baik aja, lho, emang kamu ga tau, aku sama Ali udah ga ada hubungan lagi"

Maliq mengerem mobilnya tiba-tiba dan perlahan memarkirkan mobilnya ke tepi.

"Maksud kamu apa Ai?"
Mimik muka Airin menunjukkan kesedihannya, tapi ia berusaha untuk tetap tersenyum.

"Ali memutuskan hubungan kami"
"Kenapa?"
"Alasannya, maaf ya kalau aku harus bilang ini, Ali masih mencintai Prilly"

Maliq semakin mengerutkan keningnya, dan akhirnya tertawa kecil membuat Airin yang ganti kebingungan.

"Pantes.."
"Pantes apa?"
Maliq menghela nafasnya singkat.

"Sebelum aku berangkat ke Paris, aku mau pamitan ke Prilly."

"Trus"

"Dia bilang, lagi di rumah sakit, nemenin anak kecil yang gangguan jantung di sana, akhirnya aku samperin dia di sana, aku pikir takut menggangu pasien, jadi aku masuk pelan-pelan sekalian mau kasih kejutan ke Prilly, ternyata aku yang dibikin kaget"

Bukan Romeo & Juliet (Season 3)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt