CHAPTER 32

6K 833 36
                                    

La Tour Eifell, -10°C, pkl 20.00

Maliq terduduk di alas yang di siapkan Airin. Gadis itu duduk di sebelahnya, ramai sekali di sana, meskipun udaranya hampir mencapai -11°, tapi antusiasme orang yang kebanyakan turis sangat besar. Menara Eifell merupakan icon kota Paris, selain bentuknya yang unik dan ternama, pemandangan lampunya di malam hari juga menjadi daya tarik tersendiri.

"Setiap malam kaya gini?" Tanya Maliq heran.

"Ga juga, ada kalanya ga serame ini, kenapa?risih ya?"
"Ga sih, cuma heran aja, liat lampu doang semangat amat, kaya mau liat pertunjukkan striptis aja"

"That's a joke?hahahha.. it's not funny"
"Ga ada yang suruh kamu ketawa ko, aku tau lah, selera humor kamu rendah"

PUKK..

Sebuah pukulan mendarat mulus di lengan kekar Maliq yang tertutup coat tebalnya.

"Ahh.. curang, kamu pake coat tebal, pantesan ga kedinginan" celetuk Airin menarik-narik bagian dari coat Maliq.

"Lagian siapa suruh, udah tau udara di sini minus, sok-sok an pake stocking dan mantel blazer doang" Maliq melepaskan lapisan luar coatnya dan menutupi tubuh Airin yang sejak tadi terlihat ditekuk karena kedinginan.

Gadis itu tersenyum senang.

"Thanks, you are a nice guy, tapi kenapa kamu kasih ke aku, nanti kamu yang kedinginan" Airin mendekatkan posisi duduknya ke arah Maliq, dan merangkulkan lengannya di lengan Maliq, berniat berbagi kehangatan dengannya.

"Gapapa, mantel aku ini agak tebal karena isinya lemak semua"
"Hahahhaha... Ini baru lucu..hahahaha" Airin tertawa lepas memegang perutnya.

TUKK..

"Aww..." Maliq kembali menyentil kening Airin.

"Seneng ya kalau ngehina aku"
"Awww... " Giliran Maliq yang berteriak kesakitan, Airin menggigit lengannya singkat.

"Satu sama, sekarang tiap kamu sentil aku, bakal aku bales dengan gigitan"

"Berani kamu ya, sini kamu"
"Aarrgghh, hahaha..ampun Maliq..ampun" Airin berteriak ketakutan saat Maliq menarik kepalanya ke bawah ketiak Maliq.

"Errgghhh.. kaya anak kecil, rambut aku jadi berantakan tau" Airin mendorong wajah Maliq kesal setelah terlepas dari rangkulan Maliq.

"Kenapa?takut jelek?kalau udah dasarnya cantik mah ya cantik aja"

"Bukan gitu, aku sengaja mau duduk di sini, siapa tau ada yang naksir gitu, kalau rambut aku berantakan, nilai jualnya jadi turun" jawabnya sambil merapikan rambutnya dengan tangan.

"Hahahahahaha.. are you serious? Gimana ceritanya bakal ada cowo yang ngelirik kamu kalau di sebelah kamu ada cowo seganteng ini, yang ada kita dikira suami istri" goda Maliq merangkul pundak Airin mendekat dan memainkan alisnya ke arah Airin.

"Iya juga ya, aarrghh, salah strategi nih aku"
"Daripada kamu menunjukkan kalau lagi jomblo, kenapa ga kita pura-pura aja jadi pasangan yang lagi honeymoon, jadi ga malu-malu amatlah" Maliq memberi saran sambil merapikan rambutnya ala-ala iklan minyak rambut.

Airin memperhatikan Maliq dari kepala hingga ke bawah.

"Not bad, oke lah, itung-itung menepis kenyataan kalau kita genk patah hati" ucapnya pasrah.

"That's my girl" Maliq menarik kepala Airin ke pundaknya, menikmati pemandangan di depan mereka dengan tenggelam dalam pikiran masing-masing. Airin melingkarkan lengannya di di lengan Maliq, menghilangkan sedikit kerinduannya pada Ali.

"By the way, kamu nginep di hotel mana Ai?"
"Hotel?aku tinggal di appartment, karena sering bulak balik ke sini, jadi perusahaan menyediakan appartment"

Bukan Romeo & Juliet (Season 3)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt