CHAPTER 30

6.9K 860 72
                                    


Maliq membelalakkan matanya saat melihat Prilly keluar dari ruangan yang sama dengan Ali keluar tadi. Apa yang terjadi, apa yang mereka lakukan di dalam sana, berdua?

Prilly terlihat lunglai dan matanya sembab, Maliq bisa tebak bahwa Prilly pasti habis menangis. Gadis itu berjalan ke luar ruangan, dan tentu saja Maliq mengejarnya.

"Sayang, kamu mau kemana?" Maliq menarik lengan Prilly sebelum gadis itu berhasil masuk ke dalam taxi.

Prilly jelas terkejut, matanya tak fokus seperti mencari alasan yang tepat, ia menghindari tatapan Maliq yang keheranan.

"Ee, itu Mas, aku mendadak ga enak badan, jadi aku mau pulang aja"
"Kamu sakit?kenapa ga bilang sama Mas, biar mas antar"
"Ga usah Mas, aku ga mau repotin kamu, ini kan acara keluarga kamu, aku bisa pulang sendiri ko"

"Prilly, tunggu disitu, aku ijin sebentar sama mama papa" ucap Maliq dengan nada memaksa, Prilly akhirnya menuruti untuk menghindari pertengkaran.

~~~

Maliq menghentikan mobilnya tepat di depan pagar rumah Prilly. Ia menoleh ke arah Prilly, selama perjalanan gadis itu hanya diam dan sesekali memandang keluar jendela dengan tatapan kosong.

Maliq meraih tangan kanan Prilly dan menggenggamnya erat, hingga membuat Prilly menoleh ke arahnya.

"Kamu mau jelasin apa yang terjadi sama kamu?" Tanyanya lembut.

Prilly menatapnya lekat-lekat, tatapan tulus Maliq membuatnya merasa tak tega harus melukai hati pria itu. Bibirnya tak sanggup bergerak, justru air mata yang mengalir dari mata indahnya.

Maliq mengerutkan keningnya bingung, saat terdengar isakan pelan dari Prilly, dengan sigap ia menarik tubuh gadisnya itu ke dalam pelukkannya. Kali ini Maliq bisa menebak, pasti Ali lah yang menyebabkan perubahan sikap Prilly malam ini, ia sudah menduganya sejak melihat mereka keluar dari ruangan yang sama. Hatinya terasa sakit, seperti diremukkan oleh tangan raksasa.

"Apa aku membebani kamu?" Tanya Maliq masih memeluk Prilly.

Prilly menarik tubuhnya melepaskan diri dari hangatnya tubuh Maliq, menatap lirih ke manik mata pria yang menyandang status tunangannya.

"Apa aku menghalangi kebahagiaan kamu?" Tanya Maliq lagi.

Air mata terus mengalir, Maliq jelas melihat beban yang besar di pundak Prilly.

"Kalau.."
"Aku bisa apa Mas kalau ternyata cintaku hanya untuk orang itu? Aku bisa apa Mas kalau Tuhan berkehendak aku harus menjauh dari dia? Aku bisa apa kalau saat ini sudah ada wanita lain yang menempati posisiku? Aku ga mungkin menyakiti hati orang lagi?" belum sempat Maliq menyelesaikan kalimatnya, Prilly sudah memotongnya dengan cepat.

Ia terdiam mendengar pernyataan jujur Prilly yang sebenarnya tanpa Prilly ucapkan pun ia sudah tahu.

"Lalu, kalau kamu tahu hati kamu cuma buat dia, kenapa kamu memilih untuk menerima aku?" Maliq kembali bersuara.

"Aku butuh kamu mas, aku ga bisa jalanin ini sendiri, aku butuh kamu untuk ngelupain dia, dan aku mau belajar untuk mencintai kamu, maafin aku mas, aku udah jahat sama kamu, tapi aku ga tau lagi harus gimana" jawab Prilly tersedu.

"Prilly, apa kamu udah bicara sama Ali? Apa kamu udah tanya perasaan dia ke kamu sekarang ini? Apa kamu udah tau dia mau hubungan kalian saat ini seperti apa?"

Prilly menyeka air matanya, ia menunduk dan terdiam sesaat.

"Dia.. dia mau aku kembali sama dia dan mengakhiri hubungannya dengan Airin"

"Lalu? Kamu menolak karena ga tega sama Airin dan aku?" Pertanyaan Maliq membuat Prilly merasa sakit di dadanya, ucapan pria itu memang benar.

"Mas, menurut kamu aku tega menyakiti hati Airin yang sangat mencintai Ali hanya untuk keegoisan aku? Aku ga bisa Mas, di sini aku yang salah, aku yang dulu meninggalkan Ali, aku udah nyakitin hati dia, dan sekarang aku datang lagi trus dengan mudahnya aku merebut dia lagi, engga Mas, aku ga bisa gitu" tangis Prilly pecah lagi.

Bukan Romeo & Juliet (Season 3)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt