CHAPTER 26

9K 1K 47
                                    


Ali membuka matanya perlahan saat mendengar suara adzan subuh, ia mendapatkan Prilly sedang tidur dalam pelukkannya, posisinya belum berubah dari semalam. Ali memandangi wajahnya yang terlihat damai saat sedang tertidur, dengan sangat perlahan ia menyingkirkan rambut yang menutupi pipinya yang sedikit chubby, bulu-bulu halus di sekitar pipinya membuat Ali tergoda untuk menyentuhnya, dan kini ia mendaratkan bibirnya di sana. Tersadar akan tindakan spontannya barusan, Ali menjauhkan wajahnya perlahan, dan ulahnya membuat Prilly sedikit bergerak hingga membuat Ali tepat berada di depan wajah Prilly, sangat dekat sampai hidungnya bisa merasakan kulit halus hidung Prilly.

Lagi-lagi ia gagal fokus, ia menelan salivanya saat melihat bibir Prilly yang terlihat "manis", berbahaya sekali posisinya saat ini, logikanya sudah menyadarkannya, tapi nalurinya sebagai mantan kekasih Prilly yang pernah merasakan nikmatnya bersentuhan dengan bibir itu tentu saja membuatnya ingin mencicipi bibir itu lagi.

"Kamu bahaya banget sih Prill" bisiknya nyaris tak terdengar, tapi malah membuat Prilly membuka matanya perlahan. Gadis itu pasti sangat terkejut mendapat Ali sudah ada di hadapannya dengan mencondongkan wajahnya hampir  menyentuh bibirnya, belum sempat ia bereaksi, Ali sudah duluan menciumnya, mengecup bibirnya dengan perlahan, melumatnya semakin kuat hingga Prilly terlena, ia membuka bibirnya membalas ciuman hangat tersebut, rindu, rindu sekali dengan rasa yang diciptakan saat bibir mereka saling berpagut.

Ali yang menyadari respon dari Prilly malah semakin menarik Prilly mendekat, gadis itu kini sudah berada di bawah tubuhnya dengan melingkarkan lengannya di leher Ali. Nafas mereka sudah mulai tersengal, apalagi Ali, tangannya sudah mulai mengelus wajah Prilly sambil menghisap kuat bibir Prilly yang mulai terasa bengkak.

Logikanya sudah kalah, nalurinya kini yang memimpin, ciumannya berubah erotis saat ia beralih ke telinga Prilly, bernafas dengan memburu di telinga Prilly, membuat gadis itu merasakan sensasi luar biasa di sekujur tubuhnya. Apalagi saat Ali mulai menyentuh lehernya, kulitnya yang mulus membuat Ali tak sanggup melewatkannya. Prilly langsung tersadar saat Ali mulai berani menciumnya di leher.

Ia mendorong tubuh Ali sekuat tenaga, berusaha untuk menyadarkan Ali bahwa apa yang mereka lakukan saat ini adalah sebuah kesalahan. 

"Ali.."

Ali menjauhkan tubuhnya, terdiam sejenak saat melihat wajah Prilly yang sama terkejutnya, air mata Prilly mulai mengalir, dan saat itu juga Ali bangkit dari posisinya. Mengusap wajahnya kasar dengan kedua tangannya, ia terduduk menyeselai perbuatannya barusan.

"Prilly.." gumamnya hendak melihat reaksi Prilly yang sudah terududuk di sebelahnya. Ia menyeka air matanya cepat.

"Lebih baik kamu pulang Li, udah pagi, nanti kamu harus kerja kan?" ucap prilly berusaha tegas.

"Prill.. maafin aku" Ali berlutut di bawahnya, wajahnya terlihat sangat menyesal.

"Lupain aja soal tadi Li, aku juga salah" ucap Prilly menunduk malu.

Ali terdiam, ia bingung harus berbuat apa, tapi akhirnya ia berdiri sambil menarik tangan Prilly.

"Abis sholat, aku akan pulang" ajaknya berharap Prilly mengiyakan. Dan tak perlu waktu lama, Prilly pun menurutinya.

****

Airin :

Hon, aku harus ke Palembang pagi ini, dadakan di suruh bos, semalem aku telponin kamu tapi ga diangkat, jadi aku SMS aja. Oya, tadi aku ada pesen food delivery ke kantor kamu, jangan lupa makan ya sayang. Aku pulang minggu depan.

See u, muuaaachhh..

Aku menatapi pesan dari Airin di ponsel, hatiku gundah gulana, pikiranku kacau, aku bahkan sampai tak konsen kerja. Kejadian di rumah Prilly benar-benar membuatku pusing. Aku meragukan hatiku yang sedang dilema di antara 2 wanita. Aku mencintai Airin, dan tiba-tiba cinta pertamaku muncul lagi, aku belum bisa menghilangkannya dari pikiranku, bahkan dari hatiku, kini aku sendiri ragu, siapa yang sebenarnya aku inginkan.

Bukan Romeo & Juliet (Season 3)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt