#25

4.3K 160 11
                                    

“Ketika kecemburuan dibalas dengan kecemburuan, seberapa tangguhkah cinta sejati akan bertahan?” – quots on @swetakartika

~o0o~

Chae Ryeong langsung mengangkat wajahnya begitu seseorang masuk ke dalam ruang kerjanya. “Mengapa kau ada disini?” tanya Chae Ryeong begitu melihat Jin Ho sudah berdiri di depan mejanya sedang tersenyum kearahnya.

“Mulai hari ini aku akan sering kemari, Chae Ryeong-ah…jadi siapkan diri mu.” Chae Ryeong membulatkan matanya. Jin Ho tersenyum kecil melihat reaksi Chae Ryeong. “Dimana aku bisa memesan papan nama seperti milik mu ini? Aku juga ingin punya.” Jin Ho menyentuh sepanjang garis papan nama Chae Ryeong dan kembali tersenyum begitu melihat raut kekesalan istrinya itu.

“Katakan apa mau mu sekarang Jin Ho-ssi!” Chae Ryeong meletakkan berkas ditangannya dengan kesal.

“Tak ada. Kau…” Jin Ho mengelus rambut Chae Ryeong, “lanjutkan kerja mu. Aku akan mengawasi mu dari sana.” Kata Jin Ho menunjuk ke sofa di depan Chae Ryeong. Jin Ho langsung memutar tubuhnya melangkah menuju ke sofa panjang dan duduk dengan tenang sambil menatap Chae Ryeong yang mengatupkan rahangnya, semakin kesal.

“Arrggghhh!!!” Chae Ryeong menjerit kesal sambil mengacak-acak dan menarik rambutnya karena keberadaan Jin Ho yang terus-menerus menatapnya membuatnya hilang konsentrasi, padahal ada berkas kerjasama dengan perusahaan asing yang harus ia pelajari sebelum mereka bertemu untuk pembicaraan lebih lanjut. Jin Ho menahan tawanya.

“Mau kemana?” tanya Jin Ho begitu melihat sosok Chae Ryeong bangkit dari duduknya dan melangkah memutar meja kerjanya.

“Ke toilet. Apa kau juga akan mengikuti ku?!” Chae Ryeong mendelik kesal.

“Apa sebaiknya begitu_” Jin Ho menegakkan tubuhnya yang semula bersender pada punggung sofa.

“Apa kau sudah gila!” Chae Ryeong cepat-cepat masuk ke dalam toilet dalam ruang kerjanya. Jin Ho terkekeh melihat reaksi Chae Ryeong. “Ada apa dengannya?” Chae Ryeong berdiri di depan kaca wastafel memandangi bayangan dirinya. Chae Ryeong menghidupkan keran dan menampung air yang mengucur dalam tangkupan kedua telapak tangannya dan menyiramkannya kuat-kuat ke wajahnya. Rasa dingin membuat Chae Ryeong langsung mengingat rasa sakit saat ia kehujanan kemarin malam.

Akhirnya Chae Ryeong keluar juga dari dalam toilet. Dengan ragu Chae Ryeong melirik kearah Jin Ho. “Eh-“ desah Chae Ryeong begitu melihat Jin Ho sudah tertidur pulas di sofa. Alih-alih kembali ke meja kerjanya, Chae Ryeong mendekati Jin Ho dan duduk di sebelahnya. Ia mengamati wajah lelah Jin Ho dan teringat perkataan ahjumma tentang bagaimana Jin Ho tidak tidur untuk merawatnya, perkataan ayahnya tentang bagaimana Jin Ho rela berkendara untuk menjemput ayah-ibunya yang tinggal jauh di pedesaan hanya agar ia bisa melepas rindu dengan mereka dan bagaimana…Jin Ho bertingkah sangat menyebalkan setelahnya. “Kau melambungkan ku dalam mimpi indah, lalu menghempaskan ku dalam-dalam, dan kembali menarik ku kuat kearah mu…kau membuat ku bingung Jin Ho-ssi.” Kata Chae Ryeong lirih. “Owh…Jin Ho-ssi…Jin Ho-ssi~ apa kau mendengar ku?” tanya Chae Ryeong kaget begitu mendapati kepala Jin Ho yang perlahan berputar, membuat wajahnya berhadapan langsung dengan wajah Chae Ryeong. Suara nafas Jin Ho yang teratur membuat Chae Ryeong yakin Jin Ho tak mendengarnya dan benar-benar tertidur karena kelelahan.

Chae Ryeong cepat-cepat bangkit dan dengan ragu melangkah kembali ke meja kerjanya. Ia langsung menyambar berkas yang ia hempaskan tadi dan membolak-balik isinya. Chae Ryeong kembali menatap sosok Jin Ho yang menggaitkan kedua lengannya di depan dada, dengan mata terpejam sempurna. Ia meraba dadanya, masih bisa merasakan detak jantung yang menggila karena merasa hampir tertangkap basah mengamati wajah suaminya.

I Choose To Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang