#2

6.6K 157 6
                                    

“Bocah bandel! Kau ada dimana sekarang!!”  Jang Jin Ho menjauhkan ponselnya dari telinga. Orang tua itu...ah tidak, kakeknya itu sepertinya memiliki tenaga yang cukup kuat jika mendengar teriakkannya terlepas dari penyakit jantung yang dideritanya.

“Aku baru saja bertemu dengan seorang client.” kata Jin Ho sambil membersihkan jas yang kotor terkena tumpahan minuman biru bersoda tadi siang. “Aishhh...wanita tadi...”

“Apa client mu seorang wanita?” tanya kakek terdengar senang mendengar perkataan Jin Ho barusan.

“Ah~” seketika Jin Ho menutup mulutnya yang keceplosan mengutarakan kekesalan setelah ditabrak seorang wanita yang tampak sangat sibuk dengan ponselnya. “Aniyo Oeharaboji [kakek dari ibu]...client ku seorang pria.” Kata Jin Ho mengatakan hal yang sebenarnya.

“Seorang pria? Hoksi…ah~ tapi kau masih normal kan?” kata kakeknya yang membuat Jin Ho menyemprotkan cocktail dalam mulutnya.

“Of course!” kata Jin Ho datar menahan rasa kesal. Bagaimana kakeknya itu begitu menyebalkan.

“Apa client mu sangat penting?! Apa kah client mu lebih penting dari acara perjodohan yang telah kakek atur untuk mu, huh!!!!” lagi-lagi Jin Ho menjauhi ponsel dari telinganya.  Glekk...ia menelan ludah. Ia benar-benar lupa tentang pertemuan yang telah kakeknya atur di sebuah restoran di Hotel berbintang.

“Ne. Majoyo [ya. benar]…!” ia menjawabnya dingin. “Ia membutuhkan seorang pengacara atas tuduhan perbuatan asusila kepada salah satu bawahannya. Aku sudah mengumpulkan semua bukti dan saksi, dan ia benar-benar bersih. Jadi kami tadi sedang membahas tentang persidangan yang akan berjalan besok.” jelasnya kepada kakek.

“Arasso...sekali lagi kakek maafkan.” Jin Ho menarik nafas lega. “Jam berapa persidangan besok selesai?” tanyanya lagi. Jin Ho mencium ada yang tak beres, mungkin orang tua ini akan membuatkan janji kencan buta lagi untuknya.

“Jika semua berjalan lancar, sehabis makan siang aku bisa bertemu dengannya.” kata Jin Ho langsung menebak.

“Keuromyon [kalau begitu]...aku akan menghubungi mu lagi nanti.” kakek memutuskan sambungan telponnya. Jin Ho membuang nafas yang menyesakkan dada. Dengan kasar ia menarik simpul dasi dan tersenyum sinis mengingat semua yang telah kakeknya lakukan terhadap hidupnya.

“Boleh aku duduk disini?” tanya seorang wanita dengan mini dress merah menyala dengan potongan sangat seksi dan super ketat, yang tanpa persetujuannya sudah duduk disebelah Jin Ho. Ia memesan cocktail sama dengan yang sedang ia minum, tersenyum nakal penuh menggoda.

Jin Ho meliriknya sekilas dan tersenyum pada dirinya sendiri. Ia kembali teringat ucapan kakek tadi tentang apa ia ini adalah pria normal. Jin Ho tak tahu apakah saat ini ia cukup 'normal' menghadapi dengan sikap dingin dan cuek kepada seorang wanita super seksi yang jelas-jelas telah melemparkan undangan penuh menggoda dari tatapan matanya. Tapi ia sama sekali tidak tertarik.

Ia membayangkan bagaimana reaksi kakek jika ia menikahi wanita seperti yang tengah duduk disampingnya ini. Jelas sekali ia jauh dari kriteria cucu menantu idaman yang sangat didambakan oleh kakek. Bahkan jika ia tetap nekat menikahinya, maka ia akan langsung di coret dari daftar ahli waris dan langsung di tendang keluar dari rumah. Ha ha ha...Jin Ho tertawa sendiri dan menoleh kearah wanita yang masih setia menunggu untuk digoda.

Jin Ho tersenyum membalas godaannya. Ia tampak senang. Lalu Jin Ho memalingkan muka. Jangan berharap lebih dari sebuah senyuman, Lady...aku hanya merasa sangat kasihan kepada mu...

Wanita pertama yang dikenalkan kakek kepadanya adalah seorang putri seorang pebisnis property. Ia cantik dan lemah lembut. Hanya saja pada pertemuan mereka yang pertamakali juga  sekaligus terakhirkalinya, ia sama sekali tak berbicara. Hampir saja Jin Ho mengira ia bisu, meski pada akhirnya ia membuka mulut dan hanya menyebutkan namanya saja selama 1 jam pertemuan itu.

I Choose To Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang