#12

4.2K 156 9
                                    

Chae Ryeong membuka matanya yang terasa berat setelah habis menangis sebelumnya. Dengan malas ia menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhnya dan terduduk dipinggiran tempat tidur dengan tatapan kosong. Ini baru jam setengah enam, satu setengah jam lagi baru lah alarmnya berbunyi.

Chae Ryeong lantas menuju ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya dan menyikat gigi. Dengan langkah gontai ia melangkah menuju ke dapur dan langsung menggapai gagang kulkas, mencari-cari kotak susu di dalamnya dengan mata nyaris tertutup. Perlahan ia menuangkan susu ke dalam gelas dan meneguknya hingga separuh.

“Good morning.” 

Suara Jin Ho terdengar lembut dan sexy. Chae Ryeong terlonjak mendapati Jin Ho sudah berdiri dibelakang pintu kulkas yang telah ia tutup, membuat gelas yang tadi ia pegang terlepas dari genggaman hingga pecah di lantai dan meninggalkan rasa dingin dari susu di kakinya.

“Ya Tuhan…”  Jantungnya langsung berdetak kencang disaat bersamaan ia mendengar suara Jin Ho beradu dengan dentingan gelas di lantai. Tak hanya itu, wajahnya langsung memerah begitu mendapati Jin Ho berdiri di dekatnya dengan bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana piyamanya, menunjukkan tubuhnya yang tampak sempurna meski tak tampak jelas six packs yang ia miliki. Jangan lihat Chae Ryeong-ah…Jangan lihat! Chae Ryeong langsung memutar tubuhnya dan berjongkok untuk memunguti pecahan gelas. “Kyaaa!! Jin Ho-ssi! Sudah ku bilangkan jangan bertelanjang dada sembarangan begitu!” dengan cepat Chae Ryeong memunguti pecahan gelas. “Shit!” Chae Ryeong mengumpat ketika tangannya tergores pecahan gelas karena terlalu panik. 

“Kwaenchana?” tanya Jin Ho berlutut didepannya, mengambil pecahan gelas paling besar. “Aku tak menyangka kau bisa juga mengumpat.” Jin Ho tersenyum kearah Chae Ryeong.

“Ne~” Chae Ryeong hanya menjawab singkat tak berani menatap langsung kearah Jin Ho. 

“Pergi obati luka mu, biar ini aku yang bereskan.” Kata Jin Ho sambil memasukkan pecahan-pecahan itu ke dalam sebuah kotak kardus.

Chae Ryeon mengangguk kecil. Perlahan ia berjalan ke kamar mandi. Ia langsung menghidupkan kran dan membiarkan air yang mengalir keluar membasuh lukanya. Setelah darah tampak tidak keluar lagi, ia mengoleskan obat luka, meniupnya hingga cukup mengering dan memasangkan band-aid di jarinya. 

Chae Ryeong masih berdiri di dalam kamar mandi, menatap bayangannya di dalam cermin. Heiz…Chae Ryeong-ah, kau terlihat sangat berantakan. Ia menyentuh rambutnya dan merapikannya dengan tangan. Ia tak ingin keluar dan bertemu dengan Jin Ho. Ini sangat memalukan baginya. Sudah berapa kali ia membuat keadaan dapur Jin Ho berantakan. “Babo-ah.” Kata Chae Ryeong sambil tangannya memukul kepalanya sendiri. Ia menunduk menarik nafas. HUFT.

“Apa kau akan terus berada di dalam kamar mandi?” tanya Jin Ho bersender melipat tangan di depan dada di depan pintu, lagi-lagi membuat Chae Ryeong terkejut. “Aku harus segara mandi dan berangkat kerja. Atau kau juga ingin mandi bersama ku?” tanya Jin Ho menggoda yang langsung disambut dengan pelototan mata Chae Ryeong. Jin Ho tertawa keras begitu melihat Chae Ryeong langsung berlari keluar. “Aku mendengar umpatan mu~” goda Jin Ho lagi. Ia tak menyangka menggoda Chae Ryeong ternyata begitu mengasyikan. “Mungkin aku harus banyak bertanya kepada my little dongsaeng.” Desis Jin Ho teringat perkataan adik iparnya itu pada saat pernikahan mereka. 

”Micheosseo…Micheosseo...Dasar pervert. Pria otak udang.” Dengus Chae Ryeong menghadapi mangkuk serealnya.

“Kau masih terus mengumpati ku?!” tanya Jin Ho yang kini telah rapi dengan setelan jas. Chae Ryeong mengangkat wajahnya, semakin merasa serba salah karena kedapatan sedang mengatai Jin Ho.

“Kau sudah akan berangkat sekarang?” tanya Chae Ryeong mengamati Jin Ho yang sangat lihai memasang dasi di leher kemeja. “Sebenatar lagi aku juga akan ke café.” Chae Ryeong membuang wajahnya.

I Choose To Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang