#3

5K 145 12
                                    

Chae Ryeong menarik selimut yang terjatuh di lantai dan kembali memejamkan mata. Sayup-sayup ia mendengar adiknya berbicara dengan seseorang, sepertinya lewat telpon.

“Aku tak punya uang....Hei! Kau tak perlu berteriak, bisa kan!” suara Ae Ryeong disela-sela bisiknya. Chae Ryeong benar-benar masih mengantuk dan suara bisik-bisik adiknya sungguh mengganggu. “Dengar! Akan ku usahakan...yaksok [janji]?...ani [tidak]..aku tak akan janji. Wa!! kau tidak bisa melakukan hal itu kepada ku. Arasso  arasso [baiklah]… aku akan membawakannya untuk mu, chagiya [sayang]. Muahhhh...” Chae Ryeong duduk tegak menyaksikan bagaimana adiknya menciumi ponselnya. Adiknya tampak terkejut mendapati Chae Ryeong yang tengah melotot kearahnya.

“Mwo!! kau tak pernah melihat orang pacaran ya?” tatap sinis Ae Ryeong. “Aku bertaruh kau belum pernah melakukan hal yang seperti tadi ku lakukan kepada pacar mu kan?” katanya lagi menggoda. “Membosankan! Apa saja sih yang kalian lakukan ketika berpacaran?!” katanya menatap kakaknya.  Chae Ryeong memelototinya merasa tersinggung mendengarnya. “Apa kau pernah berciuman?” tanya Ae Ryeong yang kini berjalan mendekati kakaknya itu. Chae Ryeong  menggeleng lemah. Huft...beberapa kali ciuman pertamanya selalu gagal. “Bergandengan tangan?” kini Ae Ryeong sudah duduk tepat di hadapannya. Chae Ryeong mengangkat bahunya, seingatnya ia pernah melakukannya beberapa kali. “Oke...oke...pernah melakukan 'flying kiss' kan?” Ae Ryeong menatap kakaknya penasaran.

“Heol!” Ae Ryeong menatap Chae Ryeong tak percaya.

“Yang seperti ini....” Ae Ryeong memonyongkan bibirnya dihadapannya sambil mengedipkan matanya sebelah dan mengeluarkan suara 'muah'.

“Heh!! Seperti yang kau lakukan tadi?” tanya Chae Ryeong bergidik. Itu terlihat sangat kekanak-kanakan.

“Atau begini...” kali ini adaiknya menempelkan telapak tangannya ke bibir dan mengayunkannya kemudian ke hadapan Chae Ryeong. Ia buru-buru menggelengkan kepala tak ingin membayangkan ia melakukan semua hal itu.

“Daebak!!” Chae Ryeong langsung bangkit dari duduknya dan mengacak-acak rambut Ae Ryeong yang telah tersisir rapi.

“Ohya...eonni. Boleh aku meminjam salah satu koleksi tas Vincis Bench mu?”

“Yang baru ayah belikan untukku?! Andweeee...!

"Aishh...aku tahu itu jawabanmu.”

“Aku belum memakainya.” Chae Ryeong tersenyum. “Bayangkan....ayah membelikannya sendiri buat ku.”

“Haahhaha...ya ya ya. Aku bisa membayangkan ayah masuk kedalam toko dan membelikannya untuk mu. Kau membuat ayah malu...” Ae Ryeong ikut-ikutan tertawa. Mengingat apa yang Chae Ryeong lakukkan bersama ayah bulan lalu. Waktu itu ia merengek meminta ayahnya untuk membelikan tas keluaran terbaru. Meski semula ayah menolaknya, pada akhirnya ayah malah membuatnya terkejut dengan mengajaknya kesebuah toko tas bermerk. Jadi yang ia lakukan sepanjang perjalanan mereka memilih-milih barang adalah Chae Ryeong terus saja memeluk lengan ayah dan terus-menerus memanggilnya 'sayang' hingga orang-orang menganggap ia wanita murahan yang sedang menggerogoti uang seorang pria tua yang tak lain adalah ayahnya sendiri. Untung lah, ayah tak marah dengan sikapnya itu, ia terlalu menyayangi putrinya itu.

“Cham…odiro kayo [ngomong-ngomong…pergi kemana]?” Chae Ryeong menatap heran kearah adiknya yang tampak rapi dan sangat cantik.

“O...aku ada audisi. Doakan aku ya...” ia tersenyum dan melangkah keluar kamar mereka berdua. “Aish...kapan kau mulai bekerja sih?!” ia mencibir kearah Chae Ryeong begitu sampai diambang pintu.

“Untuk apa aku bekerja, hahaha...” Chae Ryeong melemparkan bantal kearah adiknya itu dan kembali tidur. Ia tersenyum kecil. Benar juga, sejak ia lulus 2 bulan yang lalu ia belum sekali pun mengirimkan lamaran pekerjaan. Bahkan ia menolak posisi yang telah ayahnya tawarkan di perusahaan. Sepertinya ia terlalu menikmati fasilitas yang telah ayahnya berikan. 

I Choose To Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang