#28

4.9K 159 10
                                    

Chae Ryeong membuka matanya. Kepalanya masih terasa sangat pusing dan tubuhnya terasa sedikit panas. Mungkin ia terserang demam. Setelah kembali dari Paris hampir sebulan yang lalu, ia langsung berkutat dengan padatnya jadwal pekerjaan yang telah menunggu. Kondisi kakek semakin memburuk dan kini ia benar-benar meninggalkan semua urusan perusahaan kepadanya.

Chae Ryeong menatap jam diatas meja. Hari sudah menunjukkan jam 8 pagi dan Jin Ho sudah tak berada disampingnya. Ia juga membiarkan tirai jendela masih tertutup rapat agar tak mengganggu tidurnya. Chae Ryeong menempelkan telapak tangannya ke keningnya. Ia tersenyum sekilas mengenang apa yang mereka lalukan semalam dan malam-malam sebelumnya.

Kruuukkk…

Perutnya berbunyi. Chae Ryeong mengelus perutnya dan kembali tersenyum. Belakangan ini nafsu makannya semakin menggila. Ia bisa memasukkan segala jenis makanan dalam perutnya yang masih terlihat rata. Pernah sekali pada minggu pertama, ia membeli testpack karena curiga saat seharian ia merasa mual dan muntah-muntah. Tapi hasilnya negative. Dan itu membuatnya sangat kecewa.

Chae Ryeong menyingkirkan selimut yang menutupi tubuh polosnya, dan meraih pakaian yang tergeletak di lantai. Begitu ia menapakkan kakinya di lantai, tubuhnya terasa mengambang. Untuk beberapa lama ia memejamkan matanya, mencoba mencari keseimbangan. Perlahan ia melangkah keluar kamar menuju ke dapur. Wangi masakan dari arah dapur semakin jelas tercium.

“Good Morning…” sapa Chae Ryeong begitu mendapati suaminya itu sedang berada di dapur. Ia sudah cukup lama berdiri  memperhatikan semua kegiatan memasak Jin Ho.

“Good Morning.” Jin Ho mengangkat wajahnya dan mendapati istrinya yang berdiri tersenyum kearahnya. Ia tersenyum melihat bagaimana kemejanya terlihat kebesaran di tubuh Chae Ryeong, bahkan hampir menutupi hot pants yang dikenakan istrinya itu. “Bagaimana tidur mu? Apa kepala mu masih pusing?” tanya Jin Ho teringat bagaimana istrinya itu pulang dengan mengeluhkan kepalanya yang terasa pusing.

“Hm…sedikit. Tapi sudah baikan sekarang.” Chae Ryeong melangkah mendekati Jin Ho yang meletakkan mangkuk berisi kocokan telur diatas meja. “Kau adalah obat yang paling manjur.” Jin Ho tersenyum mendengar apa yang dikatakan istrinya itu.

“Apa aku terlihat seksi dengan celemek ini?” goda Jin Ho  yang membuat Chae Ryeong membulatkan matanya terkikik mendengar perkataan Jin Ho. “Atau kau lebih suka melihatku tanpa apa-apa.” Kembali ia menggoda istrinya itu.

“Apa yang kau katakan! Bagaimana kalau ada yang mendengar ucapan mu itu!?” Chae Ryeong memelototi Jin Ho. Suaminya itu hanya mengangkat bahunya tak perduli. “Aku tak melihat kakek dan eommoni. Mereka ada dimana?’ tanya Chae Ryeong menatap sekeliling. Keadaan rumah terasa sepi.

“Aku mengusir mereka pergi menjauh dari kita untuk sementara waktu.” Kata Jin Ho diselingi tawa begitu melihat wajah terkejut Chae Ryeong. “Hahaha…kakek dan ibu, mereka berdua sedang melakukan Check-up kesehatan. Dan sepertinya ibu berhasil mengajak kakek untuk menghabiskan liburan di pulau Jeju.”

“Ah…”

“Duduk lah. Sebentar lagi masak.” Jin Ho tersenyum menyaksikan wajah lega Chae Ryeong. Belakangan ini ia melihat wajah Chae Ryeong tampak semakin pucat. Ia sudah berulang kali meminta Chae Ryeong untuk beristirahat di rumah dan mengunjungi dokter keluarga tapi selalu ditolak oleh nya. “Kau pasti sudah sangat lapar kan?” Jin Ho membalik tubuhnya mengecek masakannya.

Chae Ryeong berjalan mendekati Jin Ho dan bukannya duduk di kursi seperti perintah Jin Ho. “Jin Ho-ssi~” panggil Chae Ryeong memeluk tubuh Jin Ho dari belakang. “Saranghae…” ia mempererat pelukannya.

Jin Ho tak segera menjawab, ia hanya tersenyum lebar. “Nado…nomu saranghae Chae Ryeong-ah.” Terdengar desah kelegaan dari Chae Ryeong begitu mendengar jawaban yang keluar dari mulut suaminya.

I Choose To Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang