#4

4.4K 146 3
                                    

“Appa~...” mata Chae Ryeong mulai berkaca-kaca. Ia menggenggam erat tangan ayahnya. Sesaat ia menatap sekelilingnya. Saat ini ia berada dalam situasi dan kondisi yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Kini ia bersama dengan ayahnya dalam satu ruangan sempit, saling duduk berhadapan dan hanya dibatasi oleh sebuah meja kecil. Belum lagi seorang polisi yang berdiri tak jauh darinya dan ayahnya saat ini.

“Apa kau baik-baik saja?” tanya tuan Gi Hwan yang disambut dengan anggukan kepala oleh Chae Ryeong. “Apa ibu mu baik-baik saja?”

“Hm...” diikuti oleh anggukan kepala Chae Ryeong.

“Apa adik mu akhirnya lolos seleksi? Dia itukan berbakat tapi mengapa tak ada yang bisa melihat bakatnya seperti ayah...” tuan Gi Hwan tertawa kecil.

“Hahaha...” Chae Ryeong ikut tertawa kecil menanggapi ucapan dan ekspresi ayahnya. Ia senang melihat kondisi ayahnya saat ini, meski ia tahu ayahnya telah berusaha sangat keras menutupi perasaannya yang sebenarnya agar ia tak semakin khawatir. “Karena ayah adalah ayah terhebat di dunia.” kata Chae Ryeong tersenyum.

“Benarkah?” tuan Gi Hwan tersenyum senang.

“Hmm...tak perlu diragukan lagi.” Chae Ryeong mengangguk kuat. Ia lantas menghentikan ekspresi senangnya dan langsung memasang wajah serius. “Bagaimana hasil pertemuan ayah dengan pengacara yang paman Hee Soo kirimkan? Ini sudah dua hari.” kata Chae Ryeong kembali ke tujuannya datang menjenguk ayahnya yang kini ditahan di kantor polisi guna menjalani pemeriksaan.

“Tenang lah. Pengacara sedang melakukan tugasnya sekarang.” kata tuan Gi Hwan menenangkan.

“Benarkah? Ayah tidak berbohongkan?” desak Chae Ryeong yang mendapati raut wajah ayahnya sedikit berubah. Ia hanya merasa ada yang sedang disembunyikan oleh ayahnya.

“Percayalah pada ayah.” tuan Gi Hwan menepuk pundak Chae Ryeong. “Bagaiman keadaan rumah?”

“Hampir semua barang yang menjadi barang sitaan telah dikeluarkan dan diangkut oleh pihak perusahaan. Mereka juga melakukannya hari ini. Setelah itu mungkin rumah akan benar-benar kosong.” Chae Ryeong menelan ludah.  “Aku sangat khawatir dengan keadaan ibu, ayah. Ia begitu syok dan stress, itu sebabnya aku tak mengajaknya  datang kemari.”

“Kau harus kuat Chae Ryeong-ah. Hanya kau yang bisa ayah andalkan saat ini. Hanya kalian yang bisa ayah percaya...”

“Aku tahu. Ayah jangan khawatir...Minggu depan kami akan pindah kesebuah flat. Meski kecil dan sederhana...tapi kami akan bertahan hingga ayah keluar dan kita semua bisa berkumpul lagi.” Chae Ryeong mengusap air matanya yang mengalir ke pipi. “Ah...aku punya berita baik untuk ayah.” kata nya kini berusaha tersenyum.

“Jeongmal?”

“Hee...” Chae Ryeong tersenyum malu-malu. “Aku sekarang telah bekerja ayah. Ya...meski hanya sebagai pegawai paruh waktu di sebuah cafe. Houfff...aku tak menyangka mencari pekerjaan di luar sana begitu sulit.”

“Tidak apa. Ah...putri ayah semakin dewasa. Ayah tak kuasa membayangkan jika kau menikah kelak.” senyum tuanGi Hwan menggoda putrinya itu dan disambut dengan wajah cemberut Chae Ryeong.

“Sudah ku bilang, aku tidak akan menikah...paling tidak dalam waktu dekat ini.”

“Araso...Araso...” senyum Chae Ryeong dan ayahnya langsung lenyap begitu penjaga yang sedari tadi berdiri agak jauh kini berjalan mendekat dan mengatakan waktu berkunjung telah habis. “Tenanglah...ayah akan baik-baik saja. Semua akan kembali baik-baik saja.” Chae Ryeong memeluk ayahnya dengan erat dan tak ingin ia lepaskan. “Pergilah...” tuan Gi Hwan mendorong tubuh putrinya menjauh. Ia tersenyum mengiringi kepergian Chae Ryeong yang diantar keluar oleh petugas polisi tadi.

I Choose To Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang