8

4.4K 449 37
                                    

Author POV

Al kini kehabisan kesabarannya. Ia segera meruntuhkan gengsinya dan bergegas untuk menghampiri gadis manjanya itu. Al sangat kesal, semua harinya terasa mengesalkan karena gadis itu. Saat hendak keluar dari kamarnya, Al melihat Yuki sedang berjalan dengan senyum cerianya sambil membawa nampan berisi susu dan kue. Al tersenyum kemudian kembali menutup pintu kamarnya.

Al Pov

Aku melihat gadis abg itu tersenyum ceria dengan langkah penuh semangat membawa nampan. Aku sudah duga itu, pasti dia akan menyesal dan ingin merayuku sekarang. Aku menutup pintu kamarku. Aku membuang tubuhku di ranjang, menunggu dengan sikap cool kedatangan barbie manja itu.

Aku terus menunggunya, tapi setelah beberapa menit Yuki masih belum menampakkan batang hidungnya. Ah, benar- benar gadis itu. Sudah membuatku kesal dengan isi sms nya yang kurang waras, sekarang dia terlalu lama membawa susu itu padaku. Mungkin dia berdiri dan gugup di depan pintu kamarku. Ia pasti sedang merangkai kata- kata indah untuk meminta maaf padaku. Aku tersenyum sembari menatap pintu kamarku, menunggu gadis itu mengumpulkan kekuatannya mengetuk pintu.

"Al, Al...Kali ini lo harus balas perbuatan gadis manja itu. Dia udah nyuekin lo seharian, bahkan mengirimkan pesan singkat yang tidak lulus sensor padamu. Oh Al, calm down boy. Biarkan dia merengek- rengek minta maaf dan ampun atas semua kesalahannya. Dia harus mengakui kekalahannya pada pesonamu. Dan El, adik lo yang durhaka itu harus mengakui kegagalannya mendoktrin otak Yuki. Ah, Ariela gadisku yang seksi dan Natashaku yang bahenol. Maafkan abang nggak bisa menemuimu malam ini sayang. Malam ini abang Al yang kegantengannnya di atas rata- rata harus memberi pelajaran pada kedua bocah tengik itu."

Aku terus menunggu dan mulai gelisah ketika Yuki belum juga menampakkan batang hidung bangirnya yang menggemaskan. Apa anak itu terkena macet juga di jalan. Bisa- bisanya kamarku yang hanya beberapa langkah harus ia lewati lebih dari sepuluh menit. Tidak tahu apa kalau aku sedang diambang batas kekesalan oleh tingkahnya.

Akhirnya aku memutuskan untuk membuka pintu kamarku, mengecek apakah Yuki sudah pingsan di depan kamarku karena ketakutan aku akan marah padanya. Tenanglah Yuk, aku ini pemuda tampan yang berhati malaikat. Sekesal- kesalnya aku, aku tak mungkin meluapkannya pada seorang wanita, apalagi wanita yang masih di bawah umur. Aku membuka pintu berharap Yuki sedang menggigit bibirnya karena gugup ingin membujukku. Tapi nyata, Yuki sama sekali tidak ada di depan pintu. Aku mengedarkan pandanganku ke segala arah, namun tanda- tanda jejak gadis itu tak terlihat.

Aku yang kesal akhirnya memutuskan untuk menemuinya di kamarnya. Aku berpikir mungkin gadis itu sedang menangis meraung- raung menyesali semua tindakan konyolnya padaku. Sebagai lelaki dengan kekerenan yang sudah go internasional, aku harus berbaik hati menemuinya. Memberinya kekuatan untuk menerima segalanya. Aku akan memberinya kesempatan untuk meminta maaf dengan tulus, meskipun sebenarnya aku sangat tidak menyukai semua itu. Aku kesal pada sikap cueknya padaku, dan terlebih lagi pada isi smsnya yang mengatakan adik durhakaku El lebih keren padaku. Ah, sepertinya  aku harus segera memberi mantra pelindung pada diri Yuki, agar El tak leluasa mempengaruhinya.

Aku berjalan menuju kamar Yuki melewati kamar El. Aku berhenti melangkah saat mendengar suara cekikikan di balik kamar El yang memang dia biarkan terbuka. Aku mengendap- endap mengintip dari luar. Kali aja, adik durhakaku ini sudah khilaf dan mengikuti jejakku bermain wanita. Kalau saja itu terjadi, maka adik durhaka itu akan kuhapus namanya dari kartu keluarga. Sebejat- bejatnya aku, tak mungkin aku melakukan perbuatan kotor di rumah suci orangtuaku.

Sekilas sifat kepo ku yang jarang kubiarkan muncul karena sifatku yang yang cuek seolah datang. Aku mengintip di balik pintunya pelan. Dan Oh My GOD. "Tolong ampuni Baim Ya Allah, Baim nggak kuat. Hayati nggak kuat abang. Hayati mau tenggelam aja sama Kapal Van Der Wick". Sungguh, aku tengah diuji. Ujian yang sangat besar. Melihat pacarku, calon istriku sedang tertawa cekikikan sambil menikmati susu dan cemilan yang harusnya untukku, bersama lelaki lain.

Marrie with the BarbieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang