20

3.9K 318 33
                                    

Auhtor POV

Al masih tersenyum menatap gelas berisi jus jeruk di tangannya. Ia kini menunggu sekertarisnya Andika yang memang tadi ia sms untuk membawakan sesuatu untuknya. Al kemudian meraih handphone di saku celananya kemudian terlihat menelpon seseorang.

"Halo Dik, lo dimana sih, lama banget." Ucap Al kepada seseorang yang menerima telponnya.

"Aduh bos, baru aja lima menit lalu kirim sms, udah nggak sabaran banget. Ini juga udah di apotik kok. Lagian buat apa sih bos?"

"Nggak usah banyak nanya. Buruan aja kesini. Kayak lo ke apotik di Bandung aja. Apotik depan kantor juga. Buruan kesini." Bentak Al.

"Ampun deh bos, bawel banget kayak emmak emmak lagi datang bulan. Bentar ini juga ada jalan."

"Iya gue kan tau lo kalau lagi kena dunia luar pasti ngelirik cewek- cewek lewat dulu."

"Ya elah bos, kan mubazzir bos dianggurin."

"Banyak bacot deh lu. Buruan, udah dimana lo? Restoran juga cuman lima langkah."

"Pacar kali lima langkah. Ini aku udah di depan bos nih."

"Bego, kenapa lo masih nelpon kalau lo udah di depan gue?" Al membentak sekertarisnya yang sudah tepat di hadapnnya cengengesan.

"Yah salah gue lagi. Bos juga napa masih angkat telpon, kan udah lihat gue bos."

"Ah, banyak bacot lo. Mana tadi yang gue minta?"

Al memasukkan kembali hp nya ke dalam saku celananya. Meminta barang yang ia pesan dari sekertarisnya itu.

"Nih bos. Lagian buat apa sih? Bos lagi sembelit?" Tanya Andika menyerahkan obat di tangannya.

"Pokoknya ini bukan urusan lo. Sono balik kantor lagi." Al tersenyum melihat obat di genggamannya.

"Ya elah bos. Udah dateng capek- capek, bukannya disuruh makan dulu ditraktir, malah diusir." Andika menggeleng pasrah.

"Ya udah sono, noh ada Verel, pesen aja makanan. Entar gue nyusul lo di sana."

"Ah, makasih banget bos ku yang paling tampan baik dan menawan. Boleh pesan apa aja kan?" Tanya Andika menaikkan salah satu allisnya.

"Terserah lo. Buruan sana, sebelum gue berubah pikiran."

Sebelum Al selesai menjelaskan, Andika sekertarisnya sudah berlari menuju meja tempat Verrel duduk. Sementara Al tersenyum menatap segelas jus dan obat di genggamannya kini.

"Hahahah, rasan lo Unyil busuk. Siapa suruh lo berani ngatain gue om om Datuk Maringgit."

Al kemudian meminta salah satu pelayan untuk mengantarkan jus itu ke meja tempat Gibran duduk. Al kemudian berjalan bangga menuju meja tempatnya tadi duduk.

"Sorry bro, di toilet lagi ngantri." Ucap Al pada Verrel yang menatapnya curiga.

"Wah, manjur juga tuh obat bos, langsung topcer bos di toilet yah." Kata- kata Andika terhenti saat mata Al melotot tajam ke arahnya. Seolah keduanya mampu saling berbicara lewat batin, Andika kemudian mengangguk perlahan melanjutkan makanannya.

"Oke bos, gue akan menjaga rahasia lo kalau lo nggak bisa boker sudah seminggu dan harus minum obat pencahar itu. Oke bos, gue akan menjaga rahasia ini demi bakti gue sama lo." Ucap Andika dalam hati.

Gibran yang tengah dilanda kehausan tersenyum puas saat minuman pesanannya datang. Namun belum sempat ia meneguknya, jus di tangannya sudah dirampas dengan paksa oleh seseorang. Gibran hanya menelan ludah tak mampu berkomentar saat orang itu meneguk dengan nikmat jus yang sudah dinantikannya cukup lama.

Marrie with the BarbieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang