29

2.8K 276 72
                                    

Balik lagi, maaf yah selama beberapa hari lagi sakit ditinggal yayang Rio yang pengen berjuang untuk negara kita. Jadinya nggak sempat upadate deh... sebenarnya ini udah diketik dri kemarin, bahkan udah mau diterbitkan kemarin, tp lagi2 nasib tinggal di daerah yg lumayan gimana gitu, jaringannya ilang2, suka ngumpet, kayak jodoh aja, susah banget ditemukan...hajajajaj

Masih agak puyeng dikit, tapi liat abang mah langsung semangat 46, wkwkwkkw

Okelah, maaf kalau kurang, habisnya masih belum begitu kembali tenaganya, yah maklumin aja yah...

tetep ditunggu komennya yang readers kece, terimakasih yang udah mendoakan author supaya cepat sembuh, terimakasih juga yang masih setia ngebully hubungan penuh romansa kami...ahahhaha

Oke deh, see u next chapter....

Yuki Pov

Aku hanya menangis sesegukan di dalam mobil Al, sementara Al hanya diam dan terus menghapus lembut air mata di pipiku. Rasanya aku ingin mengatakan semuanya pada Al kenyataan yang aku lihat dalam amplop itu, namun aku tak yakin bisa mengungkapkannya.

"Lo kenapa sih Yuki? Udah dong sayang, jangan nangis lagi. Yah, nanti wajah cantik kamu menghilang loh." Ucapnya membuatku mengatur nafas dan menghapus air mataku.

"Memangnya si El kenapa? Kok sampe segitunya sih sayang?" Tanya Al kembali.

"Entar aja ceritanya. Kita pulang aja yah kak. Yuki pengen pulang ke rumah." Ucapku masih tersedu.

"Baiklah sayang. Yuki jangan nangis lagi yah. Betewe, Yuki nggak marah lagi kan sama kakak?"

Aku hanya menggeleng pelan mendengar ucapannya. Bagaimanapun aku mendustai hatiku, Al tetaplah cinta pertamaku. Al tetaplah lelaki yang selalu menguasai seluruh ruang dalam hati dan pikiranku. Dia tetap pemuda tampan mempesonaku, meski ia begitu kejam menyakitiku selama ini. Maafkan jika aku begitu naif dan lugu. Tapi cinta memang kebodohan. Kebodohan karena aku terus saja berharap cintanya, meski ia terus saja memberikan luka. Kebodohan karena aku terus saja memikirkannya, meski kutahu ia sedang bersama wanita lain saat itu.

Sebut saja aku begitu dibutakan oleh cintaku ini. Karena aku masih memberinya kesempatan setelah ia melukaiku begitu dalam. Dalam hal ini, aku telah melihat kesungguhannya dalam meminta maafku kembali. Dan pengakuannya bahwa ia telah jatuh cinta padaku, jujur saja membuatku sangat bahagia. Pengakuan cinta yang kunantikan sejak lama, bahwa Al akhirnya jatuh cinta pada anak kecil sepertiku.

Al POV

Aku begitu bahagia karena barbie di sampingku telah memaafkanku dan akan kembali menjadi gadis manisku. Entahlah, meski momen romantis di tengah hujan tadi gagal dan tak berlanjut ke adegan yang aku inginkan, yang jelas Yuki kini kembali menjadi milikku. Dan adik durhakaku si El harus berjuang lebih keras lagi menjaga adik kesayangannya itu. Meskipun menurutku susah, karena aku tahu tak ada wanita yang akan menolak pesonaku ini. Tak ada. Ini sebuah fakta yang aktual, tajam dan terpercaya.

Yuki melangkah memasuki rumah, dan aku mengikutinya dari belakang. Nampak El dan bunda duduk di depan TV, mereka terlihat sedang membicarakan sesuatu yang serius, namun percakapan mereka terhenti saat aku dan Yuki memasuki rumah.

"Assalamualaikum." Ucap Yuki, Bunda dan El menoleh.

"Sayang, udah pulang." Tanya bunda.

"Bie kamu udah pulang?" Tanya El segera menyambut Yuki. Jangan tanyakan bagaimama denganku, karena tak ada red carpet di sini yang memyambut pemuda tampan sepertiku. Jangankan red carpet, bahkan aku mungkin tak nampak di mata mereka.

"Bunda, kaka El." Yuki segera duduk di antara Bunda dan El. Dan aku kembali menjadi anak tak diinginkan yang seolah menjadi benalu tak dianggap di keluarga mereka. Yuki nampak memeluk erat El dari samping, sementara bunda membelai lembut rambut Yuki.

Marrie with the BarbieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang