14

3.8K 402 31
                                    

Al POV

Aku terus mengemudikan mobil mewahku mengikuti motor yang dinaiki Yuki. Meski tak begitu penting kemana mereka pergi, tapi entah mengapa sifat kepo ku mendadak muncul ingin mengetahui kemana perginya barbie manja itu dengan pahlawan bertopengnya. Motornya kini berhenti di depan sebuah kafe. Aku turun dari mobil, mencoba mengendap mengikuti langkah mereka. Benar sekali, dugaanku tepat. Adik durhakaku ada di sana, menyambut Yuki dan sahabat unyilnya itu dengan senyum. Kumpulan pemuda labil pengangguran itu, bisa- bisanya Yuki memilih bersama mereka.

"Dasar anak kecil. Ia sama sekali tak bisa membedakan mana lelaki tampan dan mapan, mana lelaki mirip nampan. Ckckck."

Aku membalikkan badanku, memutuskan pergi meningalkan mereka. Tak mungkin aku datang, menghampiri kumpulan bocah itu dan menarik Yuki agar keluar dari zona berbahaya di sana. Bisa- bisa, wajahku yang tampan mempesona ini menjadi sasaran empuk mereka. Saat hendak melangkah pergi, tiba- tiba seseorang muncul di depanku. Aku terkejut. Wanita itu, dengan senyuman menggodanya menatapku.

Yah, di Natasha. Penyanyi dangdut yang baru saja naik daun karena sensasinya. Wanita ini mencintaiku sejak dulu. Dia salah satu teman sekolahku waktu SMA, namun karena keterbatasan ekonomi ia tak melanjutkan kuliahnya. Ia memang cantik dengan body nya yang bahenol, maksudku seksi. Ia gadis liar, yang menyukai hura- hura dan shopping. Karena tak punya keahlian selain suaranya yang standar, ia menciptakan sensasi untuk kemudian terjun di dunia entertaiment. Awalnya aku mengira dia akan melepaskanku saat ia telah sedikit sukses. Namun, nayatanya pesona ketampananku tak bisa membuatnya jauh dariku. Ia tetap saja menemuiku, dan menggodaku. Aku ini lelaki normal, tentu saja. Kucing mana yang akan menolak ikan asin yang menggiurkan. Maksudku, kucing saja akan mencari, bagaimana jika ikan itu sendiri yang datang. Sungguh mubassir jika tidak ditelan. Tapi aku memberikan syarat padanya, agar hubungan gelap kami tak diketahui oleh khalayak. Selain untuk menutupinya dari bundaku dan Yuki serta gadisku yang lain, aku juga tak ingin reputasiku sebagai pemuda impian tercoreng. Aku hanya menginginkannya, tak mencintainya. Dan, maaf bukan salahku jika dia akan melakukan apapun untuk di  sisiku.

"Sayang, kamu ngapain di sini?" Tanyanya manja.

Aku mengedarkan pandanganku ke segala arah, mencoba mengamatai jangan sampai ada wartawan yang melihat kebersamaan kami.

"Nat, kita bicara lain kali aja yah. Jangan sampai ada wartawan." Ucapku kemudian melangkah meninggalkannya. Natasha kemudian mengejarku.

"Sayang, nggak ada wartawan kok. Mobil manager dan asisten aku sudah pulang. Jadi wartawan pasti juga mengira aku sudah pulang bersama mereka. Aku kangen yang." Natasha memeluk lenganku.

Aku mendengus kesal. Ini yang tak aku sukai dari seorang wanita. Mereka selalu memaksakan kehendak mereka. Dan aku, yang notabenenya adalah  pemuda menawan, tak akan rela menolak permintaan wanita, apalagi wanita yang sudah sering bersamaku.

"Trus kamu mau apa?" Tanyaku.

"Makan yuk yang, aku lapar deh. Sekalian kangen- kangenan sama kamu. Tuga hari show di luar kota, nggak ketemu kamu rasanya separuh jiwaku pergi."

Oh, ya Ampun. Wanita liar ini sangat pandai merayuku. Mungkin dia pikir tampangku yang innocent bisa ia tipu. Nyatanya aku tahu, kepergiannya ke luar kota hanyalah untuk pekerjaan plus- plus, bukan sekedar manggung saja. Natasha, memang berbeda dengan Ariela. Ariela memang model yang seksi, tapi aku tahu dia bukan wanita sembarangan yang akan menyerahkan tubuhnya untuk lelaki manapun. Ariela hanya milikku seorang. Sedangkan Natasha, meski aku tahu ia mencintaiku sangat besar, nyatanya kebutuhan berfoya- foya nya menjerumuskannya ke lembah kotor. Dan sejak mengetahuinya, aku tak pernah lagi menyentuhnya. Takut tubuh suciku dijangkiti virusnya yang entah dari mana ia dapatkan. Aku memang pemuda yang sedikit brengsek, tapi aku tak begitu saja sembarangan menyentuh wanita. Hanya wanita yang kutahu tak murahan dan juga menginginkanku. Tak pernah ada paksaan, mereka datang sendiri memberikan segalanya untukku.

Marrie with the BarbieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang