16

4.2K 398 23
                                    

Al POV

Aku membuka mataku perlahan saat merasakan sinar matahari menusuk kelopak mataku. Aku tersentak kaget saat mataku yang indah ini langsung menangkap langit terbuka. Ini bukan kamarku, pikirku. Sekarang langit tampak begitu nyata dan dekat, apa ini efek dari mabuk atau karena aku sudah mulai gila karena gadis kecil itu. Atau aku sedang diculik bidadari dan dibawa ke langit karena wajahku yang teramat tampan. Aku mengerang kesakitan saat merasakan tubuhku begitu lelah dan punggungku sangat sakit. Aku bangkit dan menatap heran sekelilingku. Ini bukan apartemen ataupun kamarku. Ini...

"Baru bangkit lo? Kirain nungguin dicium kuntilanak atau sibacain menyan dulu baru bisa bangun."

Suara cempreng itu akhirnya menyadarkanku. Yah tadinya kukira aku sedang di surga ternyata aku di kebun binatang. Melihat pemandangan sangat mengerikan di depanku. Adik durhakaku yang tampangnya sangat standar itu, bahkan di bawah rata- rata sudah cengar- cengir, sesekali membenamkan tubuhnya di dasar air. Dia persis seperti anaconda yang mencari mangsa. Dan sebelum aku menjadi mangsanya, aku harus segera mengamankan tubuh mempesona dan wajah tampanku ini dari sergapannya.

"Awh..."

Aku merasakan sakit pada punggungku. Yang benar saja, aku si tampan mempesona, miliader sukses ini tertidur di lantai, lebih tepatnya di halaman belakang rumah, tepi kolam renang. El menatapku dengan raut wajah sangat memuakkan, seperti meledekku. Ingin segera kulayangkan sihir padanya agar ia segera berubah menjadi ikan duyung saja dan tetap tinggal di air dan tak muncul lagi menggangguku. Tapi, mengingat bundanya adalah Nyai Roro Kidul, penguasa Jakarta Selatan, alias kompleks rumah kami dan terkhusus penguasa rumah kami. Tentunya, melihat anak jelek kesayangannya menjadi ikan duyung sangat memilukan dan bisa membuatnya murka. Apalagi setelah mengetahui bahwa aku yang menyihir anaknya itu, maka aku akan dikutuk dengan segera menjadi batu. ALangkah lebih buruk nasibku dibanding adik durhakaku itu. Menjadi batu, sungguh bukan cita- citaku dari kecil.

Aku bangkit tanpa memperdulikan tatapan El yang sangat menggodaku untuk segera menerkamnya di sana. Aku berhenti saat merasakan handphoneku bergetar. Sejumlah pemberitahuan tak henti berbunyi. Aku membukanya. Dan what????? Mataku seperti hendak keluar dari kelopaknya. Sejumlah pesan singkat masuk, dengan nada kecewa dari berbagai penggemarku. Oh God...Tolong beri aku kekuatan agar aku tetap terlihat tampan mempesona di tengah amarahku yang membuncah ini.

"Kang Sule...."

Aku memanggil supir kesayangan bunda. Tapi aku lelaki mempesona, jadi tak mungkin aku berteriak jingkrak- jingkrak hendak membantai Kang Sule. Aku tetap tenang, menunjukkan kedewasaanku dan juga memberi pukulan pada adik durhaku, bahwa kakak tampannya ini tetap mempesona dalam segala situasi. Kang Sule berlari menghampiriku, dengan rambut tergerai ala bintang iklan shampo.

"Ada apa den ?" Tanyanya tanpa rasa berdosa.

Enak saja, ia telah melakukan dosa yang sangat besar. Mencium lelaki tampan sejuta penggemar karena pesonanya, dan entah perbuatan siapa sampai foto ini menyebar di sosmed ku.

"Ini... Apa ini?" Tanyaku memperlihatkan foto antara aku dan dia melakukan adegan yang tak pantas dilihat anak kecil. Yah, dalam gambar yang seharusnya adalah Pevvita Pearce di sana, Kang Sule menciumku dengan mesra. Oh Tuhan, sepertinya pesonaku tak hanya meruntuhkan iman wanita, tapi juga lelaki seperti Kang Sule.

"Apa ini Kang Sule?" Tanyaku kembali melotot padanya.

"Anu den..." Kang Sule tampak gelagapan.

"APa?" Tanyaku dengan nada bicara sedikit lebih tinggi.

"Kenapa nih,  Kok serius banget?" El tiba- tiba  naik dari kolam renang, mendekati kami sembari melap tubuhnya dengan handuk.

"Ini bukan urusan lo. Ini kenapa Kang Sule?" Tanyaku kembali.

Marrie with the BarbieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang