2

5.5K 480 35
                                    

Author POV

Mobil mewah itu membelah jalanan Jakarta. Di dalam mobil, nampak sang gadis tersenyum manis sementara lelaki yang sedang mengemudikan mobil konsentrasi melihat jalanan. Mobil itu memasuki gerbang tinggi yang menjulang di sebuah rumah mewah. Al turun dari mobil diikuti sang gadis yang lebih dulu dibukakan pintunya oleh Al. Sang gadis tersenyum riang, berjalan ceria menenteng tas sekolahnya.

"Assalamualaikum. Bunda..." Yuki masuk mencari bundanya.

Seorang perempuan setengah baya yang sangat cantik dan anggun keluar. Yuki mencium tangan bundanya, kemudian berlari menaiki tangga menuju kamarnya.

"Loh, hati- hati dong sayang. Kalo jatuh gimana?" Teriak sang bunda.

"Nggak bakal bunda. Yuki lagi seneng banget." Yuki berlari dengan senyum yang tak pernah berhenti melingkar di wajah cantiknya.

"Ya ampun...Gadis itu." Sang Bunda menepuk jidatnya.

Al Pov

Aku memasuki rumah Yuki. Ah, bukan ini seharusnya rumahku. Bagaimana bisa, aku sebagai tamu sementara bunda dan adikku El tinggal di sini. Yah, mereka tinggal bersama Yuki di rumah besar ini, sedangkan aku harus sendirian di apartemenku. Yah, meskipun aku sebenarnya sedikit senang, setidaknya aku bisa leluasa membawa wanita- wanitaku menginap dan tidur di apartemenku. Haha, kejam. Namanya juga naluri lelaki.

"Assalamualaikum bunda." Aku melangkah masuk dan mendapati ibu kesayanganku sedang duduk di sofa.

"Walaikum salam. Eh Al, tumben."

Yah, lihatlah, ibu kandungku sendiri menyambutku dengan ekspresi yang biasa. Padahal aku ini anak yang keluar dari perutnya. Aku menyandarkan diriku di sofa di samping bunda. Menatap layar tv yang sedang bunda tonton.

"El mana bun?" Tanyaku.

Yah, aneh kan. Alasan aku disuruh tinggal di partemen karena bunda khawatir aku melakukan hal yang tidak- tidak pada Yuki. Sedangkan El, sebebasnya dia berkeliaran di rumah ini, bahkan aku pernah melihat mereka tidur bersama di kamar Yuki. Apa tampangku ini terlalu mesum sehingga harus menghindari gadis itu. Cih, lagipula aku tidak akan mungkin mau menyentuh gadis abg sepertinya.

"Nggak tahu tuh, katanya mau ngeband. Tau lah si El." Bunda masih fokus dengan sinetron favoritnya.

"Heran deh Si El, kapan dewasanya sih tuh anak. Bukannya kuliah baik- baik supaya bisa cepat nerusin perusahaan ayah bantuin aku, ini malah keluyuran nggak jelas." Kataku sambil meneguk minuman di meja.

"Al, kebiasaan deh, itu jus bunda tahu." Bunda menepuk tanganku.

"Bunda ini, Al cuma minum jus doang dimarahi. Rasanya Al kayak anak tiri deh. Udah disuruh tinggal sendirian, ini minum jus doang dimarahi." Kataku sambil memasang tampang pura- pura sedih. Bukannya memelukku, bundaku ini malah tertawa.

"Yah kan Yuki udah gadis Al. Mama nggak mau lah kamu ngapa- ngapain dia."

"Emangnya Al semesum itu. Noh si El juga, emangnya dia bukan laki- laki. Bunda nih, El marah loh dibilang nggak jantan."

"Ya Al, bukan gitu. Kamu kan pacarnya Yuki, dan Yuki sangat mencintai kamu. Kalau kamu khilaf trus menggoda dia, kan berabe bundanya. Mesti ngurus cucu sementara Yuki masih harus sekolah. Kalau si El kan kakaknya Yuki, nggak berani dia macem- macem ma adiknya."

Ya ampun pikiran bunda Mayaku ini sudah benar- benar kayak dunia maya. Membayangkan mengurus cucu dari si manja Yuki. OMG, bukannya punya istri, kayaknya aku bakalan punya dua anak.

Tiba- tiba orang yang sedang menjadi objek pembicaraan kami menampakkan batang hidungnya. Dengan gitar di tangan, El masuk dengan tampangnya yang nyegir kemana- mana. Sudah seperti si buta dari gua hantu atau nggak Rhoma Irama yang menenteng gitar tuanya.

Marrie with the BarbieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang