31

2.8K 268 24
                                    

Author POV

El melangkah dengan hati- hati memasuki kamar Yuki. Mengendap agar gadis yang sedang bobo cantik itu tak terbangun. Sebuah kue tart berwarna pink dengan lilin angka 17 yang menyala dijaganya hati- hati agar tak mati. El memandangi jam tangan di pergelangan tangannya. Ia mendesah frustasi, ternyata masih jam 11 lewat 50 menit. Masih 10 menit lagi pergantian usia Yuki. El meniup terlebih dahulu lilinnya.

"Agh, jam di kamar gue kayaknya kelewatan banget deh lebaynya, kayak kaka kupret gue aja." Lirih El.

El menyimpan kue tersebut di atas meja belajar Yuki, kemudian duduk di kursi, menunggu dengan sabar jam berdetak 00.00. El memang selalu menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun pada Yuki. El selalu menjadi yang pertama mendengar harapan dan doa Yuki di pertambahan usianya selanjutnya. Bunda orang kedua, dan akan memberi kejutan berupa pesta kejutan untuk anak gadis kesayangannya. Sementara Al, kekasih yang selalu dibanggakan Yuki biasanya akan menjadi yang terakhir, bahkan akan lupa dan lebih mengingat untuk menikmati malam bersama para wanita di apartemennya.

"Ah, gadis ini, masih saja seperti itu. Kamu sudah 17 tahun bie sayang. Kakak El yakin kamu akan menjadi dewasa dan menjadi wanita cantik yang membanggakan." El tersenyum memandangi wajah Yuki.

Pandangan El tiba- tiba tertuju pada sebuah buku kecil berwarna pink. El memegangi buku tersebut, memandangi bentuknya yang nampak seperti diary. Dahi El mengkerut, selama ini ia tak pernah tahu jika adik kesayangannya itu menulis diary. Setahu El, dia lah diary bagi Yuki. Diary yang akan selalu setia mendengar semua curahan hati gadis itu.

El menghela nafas panjang. Ia tahu, salah jika ia membuka buku yang jelas menyimpan semua rahasia Yuki. Namun ia begitu penasaran, jika saja ada sesuatu yang gadis itu simpan dan tak ia ceriatakan padanya.

"Maafin kakak bie."

El segera membuka lembar buku tersebut. Namun saat El mulai ingin membacanya, handphonenya yang sengaja ia silent bergetar di balik saku celananya. El mengutuk siapa yang telah berani mengganggunya tengah malam begini.

"Gue didepan rumah lo. Buka gih, entar gw dikira rampok. Bisa jd berita besar klo muka tampan gue ini masuk koran. Faster El."

El menggerutu, segera memasukkan kembali hp nya ke saku dan melangkah keluar kamar Yuki. El melangkah membuka pintu dan mendapati seseorang sudah tersenyum dan cengengesan di depan pintu rumahnya.

"Lo mau apa sih malam- malam gini?" Tanya El kesal.

"Ya Allah El, lo sendiri kan yang bilang, gue harus berjuang ekstra keras supaya bisa dapetin hati barbie lo. Nah ini salah satu usaha gue dong. Gue pengen jadi orang pertama yang ngucapin selamat ulang tahun buat Yuki."

"Ya udah buruan masuk. Lo mau diterkam bunda gue? Kalau bunda tau ada cowok masuk rumah pengen temuin si Yuki, bisa dikutuk seisi rumah."

"Ya elah El, kan gue dateng baik- baik.  Nggak mau ngapa- ngapain juga kok.  Kalau udah sah, baru boleh diapain aja kan?"

"Gibran gila. Lo mau gue ketemuin sama kunti sekarang?" El menjitak kepala Gibran.

"Ya ampun El, kejam banget sih lo."

El dan Gibran melangkah menaiki tangga menuju kamar Yuki. Gibran membawa sebuah boneka besar berwarna pink kesukaan Yuki.

"Lo kok pake daeng sih Gib? Gangguin banget tau. Biasanya tuh cuman gue berdua ama Yuki di detik pertambahan usianya."

"Kan gue juga bentar lagi jadi bagian keluarga lo El. Hahhaha." Gibran tersenyum, namun kepalanya kembali tak selamat dari jitakan El.

AL POV

Marrie with the BarbieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang