35

2.9K 260 23
                                    

Author POV

El tak hentinya menatap wajah sendu kedua bidadari cantik di depannya. Yuki yang tak pernah sedetikpun melepaskan genggaman tangannya, dan bundanya yang meski terus saja mencoba untuk menyembunyikan air matanya, tetap saja tak berhasil membendung perasaannya.

"Udah dong ah, gue kayak Rangga yang jahat banget nih bakalan ninggalin dua cinta." El menghapus sisa bulir air mata di pipi Yuki.

"Apa kaka El akan baik- baik aja?  Yuki temenin aja yah? Bun, kita berangkat nemenin kak El aja yah." Rengek Yuki memegang tangan bunda Maya.

"Nggak bisa bie, kakak El kan mau berobat, kalau ada kamu kakak bisa nggak konsentrasi diobatin susternya. Dan juga nggak bisa ngegodain suster yang seksi di sana. Hahhaha."

"Apaan sih? Kakak El nih, sakit masih aja genit." Yuki mencubit lengan El.

"Awh...." El meringis kesakitan, membuat Yuki terkejut dan merasa bersalah.

"Maafin Yuki kak. Kak El sakit yah?" Yuki segera mengusap tangan El.

"Becanda kok bie. Cubitan kecil kamu mana sakit. Kamu nggak liat badan kekar berotot kakak ini?" El mengangkat lengannya memamerkan ototnya.

Saat Kang Sule selesai mengangkat barang- barang El ke dalam mobil, El pun mencium tangan bundanya dan memeluknya erat. Sengaja El tak ingin diantar ke bandara, ia takut tak bisa menghadapi situasi berat melihat orang- orang yang disayanginya melepasnya pergi jauh.

"Minggu depan setelah semua urusan di sini bunda selesaikan, bunda akan di sana di sampingmu sayang. Apapun yang terjadi, kamu harus kuat. Bunda yakin anak bunda yang bandel ini akan kembali dan tetap membuat gaduh seisi rumah." Bunda melepas pelukannya pada El.

El mencium bundanya kemudian beralih menatap gadis yang sedari tadi tak pernah lagi tersenyum seperti biasanya. Wajah cerianya berganti raut wajah penuh cemas dan kesedihan. El menghampiri Yuki dan segera memeluknya.

"Aduh, pasti kangen banget deh sama barbie kesayangan kakak ini. Kakak pasti rindu tuh sama teriakan cempreng kamu dan ketawa kamu yang kayak kuntilanak. Jaga diri baik- baik barbie sayang." El mengusap lembut rambut Yuki.

"Berjanjilah kakak akan kembali. Yuki nggak mau tahu, setelah Yuki ujian, Yuki akan ke sana dan jagain kakak 24 jam nonstop."

"Emang bisa? Kamu aja, ditinggal lima menit udah molor. Kamu harus lulus ujian dengan maksimal yah. Janji?" El mengangkat jari kelingkingnya tersenyum.

"Yuki janji." Yuki pun menautkan jari kelingkingnya.

"Kita ini kayak jaman Hindia Belanda aja, dikit- dikit perjanjian. Udah yah bun, dokter Reza dan yang lainnya sudah menunggu di bandara. Bunda dan Yuki harus baik- baik saja." Ucap El saat ia kini masuk dalam mobil.

El tiba di bandara bersama Kang Sule. Dokter Reza, dokter yang menanganinya telah menunggunya di sana. El memang telah lama sakit. Kanker otak yang di deritanya mungkin turunan dari ayahnya yang juga meninggal karena penyakit mengerikan tersebut. El menyembunyikan itu selama ini. Hanya dokter Reza, yang mengetahuinya. Tapi firasat seorang ibu tak pernah salah. Akhirnya bunda Maya mengetahuinya sendiri setelah ia mengikuti El yang selama ini beralasan tak ingin kuliah karena malas, padahal El sedang terpukul dengan kenyataan pahit itu.

El sangat lihai dalam menjaga semuanya agar tak membuat siapapun cemas memikirkannya. El bahkan pernah dirawat di rumah sakit selama seminggu dan ia berbohong jika ia sedang ke luar kota bersama teman- teman bandnya. Mungkin karena alasan itu pulalah, El memaksa Shawn, Cio dan Gibran untuk kembali berkumpul bersama- sama, sebagai kekuatan tambahan baginya.

"Apa lo baik- baik aja?" Tanya Dokter Reza pada El yang masih tertunduk lemah. Mungkin bukkan karena sakitnya, namun karena kepergiannya meninggalkan semua yang ia cintai.

Marrie with the BarbieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang