Part 7

2K 154 2
                                    

"Keluarga Cho Kyuhyun?"

Dokter keluar dari ruang UGD setelah 30 menit menangani Kyuhyun. Nyonya Cho berjalan mendekati dokter itu bersama dengan Sooyeon.

"Bagaimana keadaan anakku, Dok?"

"Maaf Nyonya Cho, bisa ikut keruangan saya? Ada yang perlu saya bicarakan."

***

"Hei, Cho. Bagaimana keadaanmu?"

"Kau khawatir, ya? Kau takut aku meninggalkanmu, ya? Kau mencintaiku, ya?"

"Ap.. Apa kau bilang? Hah? Cinta?? Aish, mati saja kau, dasar bocah gila. Terserah!" Gadis itu mencibirkan bibirnya menanggapi Kyuhyun yang kini sedang tertawa.

Niat hati ingin meninggalkan Kyuhyun, tapi pergerakannya terhenti ketika tangan pria itu mencekalnya. Mata pria itu terlihat sendu, bukan seperti tatapan matanya yang biasa.

"Apa lagi sekarang?"

"Temani aku. Aku tidak suka rumah sakit."

"Cih.. tidak suka rumah sakit tapi sering keluar masuk rumah sakit. Apa-apaan itu?" Kyuhyun tersenyum. Senyuman itu, membuat gadis itu terhipnotis. Tatapan matanya mengunci pergerakan Sooyeon. Membuatnya menganggukan kepala tanpa tahu apa yang sedang ia lakukan kini.

'Astaga, senyummu itu membuat pertahananku runtuh, Cho' Ujar Sooyeon dalam hati.

***

Kyunghee University, November 2013

Kelas musik kelas 3 terlihat ramai. Banyak mahasiswa dan mahasiswi yang duduk untuk berbincang-bincang dengan para sahabatnya. Beberapa ada yang mengerjakan tugas kelompok, bermain game bahkan tertidur. Tapi tidak dengan Sooyeon. Dari awal ia masuk Kyunghee, tak satupun teman yang ia miliki selain Eun Bi. Tapi hari ini sepertinya gadis itu tak masuk, sehingga Sooyeon hanya duduk menyendiri, menyibukkan dirinya dengan buku panduan memainkan sebuah piano.

Sebuah pergerakan menyadarkan dirinya jika saat ini ia tidak sendiri, melainkan berdua. Seseorang duduk disamping kanannya. Aroma ini, ia mengenalinya. Pemilik tubuh yang kini duduk disampingnya.

"Kau merindukanku?"

DEG..

'Merindukannya? Ya, aku merindukanmu, Cho. Sangat.'

"Siapa? Aku? Cih, mimpi saja kau."

Kyuhyun tak peduli. Ia menyambar buku yang sedang dibaca oleh Sooyeon. Dahinya mengernyit. Berpikir sebelum ia mengembalikan buku tersebut. Menatap manik mata gadis itu, tentunya dengan pandangan memuja yang tak disadari oleh Sooyeon.

"Apa?" Merasa diperhatikan, akhirnya Sooyeon bersuara.

"Kau tak bisa memainkan piano? Benar begitu? Bukankah di semester 3 ada mata kuliah piano?"

"Apa? Kau mau menertawakanku? Mata kuliah piano, aku hanya dapat nilai C asal kau tahu."

Hening. Sampai ada suara yang menginterupsi sang gadis.

"Ahahahaha dasar bodoh, bagaimana bisa kau dapat nilai C? Ahahaha bodoh."

"Tutup mulutmu itu, Evil!!"

"Ayo."

'Kau kembali menarikku kemanapun kau mau, sesuka hatimu. Sebenarnya apa yang kau mau, Cho?'

***

Ruang Seni Musik, November 2013

Sooyeon POV
Jari-jariku terus menari diatas tuts grand piano yang ada diruangan ini. Mengiringi lagu favoritku, A Thousand Years.

"Sepertinya jari-jarimu sudah lentur. Ku kira kau bodoh, tapi ternyata kau cukup pintar untuk bermain piano."

"Aku tidak bodoh, Cho! Aku peringkat ke 5 dikampus."

"Kau tetap bodoh jika tidak bisa mengalahkanku." Lihat itu, evil smirknya muncul. Menyeramkan.

Kalian pasti bertanya-tanya kan? Ya, semenjak Kyuhyun pingsan di Lotte World tempo hari, aku dan dia semakin dekat. Walau kadang sifatnya menjengkelkan, tapi aku tetap ada didekatnya. Sifat Kyuhyun yang dingin serta jahil membuatnya sulit mendapatkan teman. Biarpun kini kami sudah dekat, tetap saja aku tidak tahu Kyuhyun sakit apa. Sungguh aku penasaran, apa yang membuatnya pingsan hingga mengeluarkan darah dari hidungnya.

Dan yang harus kalian tahu adalah setiap hari KYUHYUN. MENGAJARIKU. CARA. BERMAIN. PIANO.

Kalian pikir apa yang ia lakukan padaku 2 minggu lalu? Ia menarik tanganku. Kemana? Ke ruangan ini. Ruang seni musik. Mungkin dia sedang kerasukan malaikat. Dengan tiba-tiba ia bilang mau mengajariku cara bermain piano. Ku akui kemampuan bermainnya tak diragukan. Sepertinya ia sering ikut perlombaan piano.

"Hei, apa yang kau pikirkan?" Aish, Kyuhyun mengagetkanku.

"Tidak ada. Aku lapar, ayo kita ke kantin."

Kyuhyun diam sejenak, sepertinya berpikir. Astaga, makan saja harus berpikir. Dasar aneh.

"Ayo kita makan diluar."

"Babo.. kita ada kelas Park Gangsa nanti sore."

"Mau bolos kelas hari ini?" Tawarnya sambil tersenyum.

***

Gangnam-gu Apartment, November 2013

Sooyeon POV
Kulihat Kyuhyun sedang berdiri membelakangiku. Tangannya dengan lihai memotong sebuah bawang bombay hingga teriris tipis-tipis. Wooden spatula sudah ia pegang, pan pun sudah ia panaskan. Beberapa bumbu lain seperti bawang merah dan jamur shitake sudah ia tumis bersama sedikit minyak zaitun. Ia memasukkan pasta yang sudah ia tiriskan -yang kutahu itu adalah Fettuchini- kedalam bumbu yang ia tumis. Tak lama kemudian pasta itu sudah tersaji diatas meja didampingi dengan segelas red wine.

"Aku tak tahu jika kau bisa memasak, Cho." Ujarku sambil melirik kearah Kyuhyun yang kini sedang menyesap red wine miliknya.

"Apa aku terlihat sexy saat memasak? Haha yaa, aku memang sexy tanpa harus memasak."

"Cih, turunkan sedikit kadar kepercayaan dirimu itu, Cho. Kau terlalu percaya diri, kau tahu!!"

Kyuhyun tersenyum. Entah sudah berapa kali aku terpesona akan senyumnya. Bukan senyum menyeramkan seperti yang ia tunjukkan padaku dulu. Tapi senyuman hangat dan... damai?

Sekali lagi kuperhatikan ia. Senyum itu masih menghiasi wajah pucatnya, walau sudah sedikit berkurang akibat pasta yang ia jejalkan kedalam mulutnya.

"Cho."

"Hmm??"

"Aku....."

Hening. Apa yang akan aku katakan ini, mungkin terdengar sedikit lancang, tapi.. Aku sudah menahannya.

"Aku menyukaimu..."

"Sangat." Lanjutku dengan kepala menunduk. Malu. Tentu saja. Mana ada wanita yang tak malu saat menyatakan perasaanmu pada pria?

"Maaf jika aku membuatmu merasa risih. Aku tahu ini terlalu cepat. 2 bulan bukanlah alasanku untuk tak menyukaimu. Aku-"

Jantungku berdetak lebih cepat. Mungkin bisa saja aku mengalami serangan jantung, tapi jantung ini bukan berdetak cepat karena penyakit. Tapi karna dia, Cho Kyuhyun. Ia ada di hadapanku. Entah sejak kapan ia beranjak dari tempat duduknya. Ia menyudutkanku pada sandaran kursi yang kini ku duduki. De Javu? Apakah ciuman itu akan terulang saat ini?

"Pulanglah. Pikirkan kembali kata-katamu barusan. Aku anggap aku tak mendengar pengakuan apapun darimu hari ini. Jika kau sudah yakin akan perasaanmu, temuilah aku. Tapi jika kau masih ragu, jangan coba-coba temui aku. Sekarang, pulanglah"

Until The EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang