Chapter1

173 10 2
                                    

JANE P.O.V

'Kriiiing!' Alarm di handphone ku berbunyi. Dengan mata masih terpejam, ku mematikan lagi alarm di hp ku.

"Tidur bentar lagi boleh lah," gumamku.

*20 menit kemudian*

"Woy bangun kebo!! Gak kesian apa sama gue udah nunggu lo setengah jam?!" Dengan kasar, pemilik suara berat itu menarik selimutku.

"Lah emang ini jam berapa?" Tanyaku masih males-malesan.

"Jam 6.20 keboo! Bentar lagi kita masuk!"

"Lah kok lo gak bangunin gue dari tadi?!" Aku langsung beranjak menuju kamar mandi.

~~~

Dengan terburu-buruku ambil roti bakar di atas meja dan memakannya. Dengan mulut yang masih sibuk mengunyah aku berlari keluar rumah. Bi Ida hanya menghela nafas melihatku. Dimana Mama dan papa? Sibuk, selalu.

Di depan pintu, seorang laki-laki sudah menunggu di depan mobilnya untuk memjemputku seperti biasa.

"Jane! Lama amat! Gue nungguin lo disini udah karatan tau gak?" Sembur Taylor.

"Lah salah sendiri baru bangunin gue!!"

"Yah kan mana tau lo belum bangun, kalo gue masuk lo lagi mandi atau gak lagi pake--" aku mengimterupsi.

"Udah Tay, damai dulu sementara ini ya?!" Pintaku sambil setengah berlari menuju mobil Taylor. Taylor, a.k.a pemilik mobil dan 'supir' pribadiku juga bergegas duduk di kursi kemudi.

Orang tua ku dan Taylor adalah teman SMA, jadi kami sudah bersahabat sejak...

Entahlah, mungkin dari kami bayi. Sudah terlalu lama untuk kuingat.

"Rapihin tuh rambut." Taylor menyisir rambut ku dengan sebelah tangannya. Sementara tatapannya terkunci kedepan.

Oh ya benar aku memang tidak sempat merapihkannya tadi, aku berusaha merapihkannya dengam jariku.

Taylor berdecak, "pake sisir dong, by" dia melirik rambutku yang masih berantakan dan membuka dashboard dan mengambil sisir berwarma pink, sisir milikku.

Oh ya soal panggilannya by, atau baby bukan berarti panggilan untuk sayang atau apa. Dia selalu menggunakannya saat ia kesal padaku. Katanya untuk menghindari mulutnya mengucapkan kata kasar padaku.

"Kok sisir gue ada di lo?" Tanyaku heran.

"Kan mobil ini udah kayak mobil pribadi lo, by." Aku tersenyum memdengar pernyataannya.

~~~
"Ish! Tuh kan udah di tutup gerbangnya! Gara-gara lo sih, kebo!" Taylor mengacak-acak rambutnya yang sudah acak-acakan dengan kesal.

Kami berdua memandang nanar ke arah pintu gerbang yang sudah tertutup rapat. Mungkin teman-teman kami sedang upacara. Habislah kami kalau ketahuan terlambat, bisa-bisa dijemur di depan anak-anak.

"Kita manjat aja Tay," usulku, setengah meragukan apa aku bisa memanajat.

"Maksud?" Taylor sedikit memiringkan kepalanya.

"Ya kita manjat dari pohon itu." Anggukku ke arah pohon dekat gerbang sekolah. "Kan lo sering manjat kalo mau cabut."

"Yakin? Ga takut jatuh? Emangnya lo bisa?" Taylor mengangkat kedua alisnya.

"Bisa lah! Gua gak manja kali! Manjat doang mah kecil!" Taylor hanya tersenyum, tampan seperti biasa.

TAYLOR P.O.V

Aku tersenyum. Dia memang dari dulu seperti itu, kuat dan tidak manja. Tapi kadang-kadang sok kuat, jadi membahayakan dirinya sendiri, dan kalau dia bahaya pasti aku lagi yang repot.

ChooseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang