JANE P.O.V
Aku memandangi langit-langit kamarku sembari berbaring di kasur.
'Calon pacar'
'Calon pacar'
'Pacar'
Kata-kata Taylor tadi terngiang di kepalaku, entah kenapa tak juga hilang dari kepalaku. Apa sih maksudnya?
"Kalau calon pacar berarti bakal jadi pacar dong? Tapi kan calon gubernur gak pasti jadi gubernur." Aku mengacak-acak rambutku bingung.
Namun tiba-tiba aku melihat hp ku yang sedari tadi belum ku buka bergetar di atas kasurku.
'Drrrrt'
Aku mengambil hp ku.
Taylor Hansen;
'Oyy'
'Yang tadi jangan baper, gue cuman bercanda, okey?😎'Jadi dia cuma bercanda?
Jane Jackson:
'Iya, santai ajaa😎'Aku menaruh hp di bawah bantal, namun sekarang sudah ku silent. Kemudian Ku pandangi lagi langit-langit kamarku.
Aku menghela nafas, aku sudah biasa, sudah kebal, lalu mataku terpejam, aku jatuh ke dalam bunga mimpi.
~~~
'Tok tok tok'
Ku buka sebelah mataku dengan malas, "siapa?" Tanyaku.
"Mama" aku membuka pintu, lalu terlihat lah sosok cantik bermata biru dan berambut pirang, persis sepertiku. Terlihat keriput di wajahnya, namun Ia tetap terlihat sangat cantik.
"Tumben udah pulang? Kenapa?" Tanyaku malas, mama dan papa memang jarang sekali pulang
"Dandan yang cantik, nanti mami sama papi Taylor mau dinner ke sini. Nggak formal sih, yah pokoknya yang penting rapih ya?" Aku terbengong mendengar nama itu keluar dari mulut mama, "Lah malah bengong, udah sana mandi! Bau banget ewh."
"Bentar, sama Taylor juga?"
"Iyalah, masa anaknya di tinggal?" mama menaikkan sebelah alisnya, "man-di, okey?"
"Iyaah mamaa!"
Huftt.. Taylor.. Rasanya rasa kecewa ku belum terobati tapi biang keroknya malah dateng me rumah.
Tapi yang akan terjadi biarlah terjadi. Aku beranjak dari kasur, mengambil handuk dan bejalan menuju kamar mandiku.
~~~
Aku, mama, dan papa sudah siap menunggu di meja makan. Aku berpenampilan sangat santai, selayaknya ingin pergi hang out bersama teman-temanku. Tank top hitam, cardigan hitam, dan celana levis. Aku hanya memakai bedak dan lipgloss.
Tak lama kemudian terdengar suara bel rumah berbunyi, kami segera beranjak menuju pintu dan membukakan pintu untuk mereka.
Di luar, keluarga kecil itu sudah berdiri menunggu. Mr. Hansen mengenakan tiksedo biru dongker yang senada dengan celananya dan memakai kemeja putih, Mrs. Hensen mengenakan blouse putih yang sangat indah. Mataku teralih pada Taylor, ia berpakaian sangat santai sepertiku. Jacket coklat yang senada dengan rambut coklatnya, baju putih, dan celana cokelat. Taylor menyeringai padaku. Perasaan ku campur aduk, akhirnya aku ber-acting biasa saja. Membalas seringaiannya dengan cengiran. Setelah berbasa-basi sebentar, kami masuk ke dalam rumah.
Kami duduk di meja makan, menunggu makanan di hidangkan oleh pelayan-pelayan rumahku sembari mengobrol ringan. Setelah makanan di hidangkan, semua orang termasuk aku menyantap makanan itu, sesekali terdengar celetukkan bahwa koki pribadi keluargaku memang sangat pandai memasak. Saat dessert datang, mama,papa, Mrs. Hensen, dan Mr. Hensen menceritakan flash back mereka saat masih bersama-sama di high school. Aku tidak tertarik mendengarnya, karena sudah sangat sering mereka menceritakan itu. Setelah menghabiskan waffle ku, aku pamit untuk cari angin di ttaman belakang rumahku, jadi di sini lah aku sekarang.
Aku duduk di atas ayunan sendirian. Angin malam membelai pipiku dengan lembut. Namun tiba-tiba ayunan yang kududuki terdorong kedepan. Saat melihat kebelakang, aku tersenyum pada orang yang mendorong ayunan itu.
"Emang ga dingin?" Orang itu duduk di ayunan sebelah ku.
"Enggaklah, gue mah udah biasa kedinginan karena sikap doi yang dingin." Aku tersenyum menatap sepatuku.
"Lah, jadi baper. Padahal gue udah mau ngasih jaket ke lo," dia cuma bercanda lagi, jangan percaya.
"Dih sok-sok manis lo tay!" Aku tertawa pelan, dia ikut tertawa. Setelah itu, dia masuk ke dalam rumah. Aku menghela nafas. Namun tak lama kemudian, dia kembali lagi membawa teddy bear berwarna coklat muda dengan baju merah yang sangat lucu.
"Nih, lucu kan? Buat lo," dia menyerahkan teddy bear itu padaku, "Ini bisa kayak ngerekam. Jadi kalo di pencet tengahnya, lo bisa denger suara gua kalo lagi kangen,"
"Makasih ya, tapi gue gak bakal kangen kok sama lo. Ngomong-ngomong, dalam rangka apaan nih?" Mendengar itu dia hanya tertawa.
"Gak dalam rangka apa-apa kok, cuma kebetulan nemu aja pas lagi terus gue keinget lo kayaknya lo suka. Udah yak! Gua mau pulang dulu,"
Setelah mengantar Taylor dan orangtuanya, aku kembali ke kamarku. Jam sudah menunjukan pukul 23.00. Aku mengganti baju dengan piyama, lalu berbaring di kasurku. Boneka teddy dari Taylor. Karena penasaran ku tekan teddy bear itu, dan terdengar suara Taylor.
'I love you forever and always, princess!'
What?! Ini kenapa isi suaranya kayak begini? Taylor sakit apa? Aku berpikir untuk menanyakannya di line, namun aku berpikir besokpun pasti aku akan bertemu dengannya. Namun, bagaimana aku harus mengambil sikap besok?
Namun bisa saja ia tidak serius, iya kan? Seperti yang terjadi tadi siang. Karena lelah, aku jatuh tertidur.
~~~
Aku bangun lebih cepat dari alarm di hp ku, hal yang jarang sekali terjadi. Sekarang masih jam 06.15 pagi dan aku tak tahu harus apa. Akhirnya setelah mandi dan mengenakan seragam aku membuka hp ku dan memeriksa char line, dan isinya hanya chat dari group teman-temanku. Ku refresh chat ku dengan Taylor, namun tak ada chat lain selain chat yang ia kirimkan kemarin. Aku menghela nafas, mengambil tas ku lalu turun ke bawah untuk sarapan.
Di bawah sudah ada bi Ida yang sedang menuang susu coklat, di sebelah gelas susu sudah ada sepiring nasi goreng yang kelihatannya enak.
"Eh neng geulis udah siap! Ayo di makan non!" Bi Ida tersenyum menyambutku.
Aku duduk di kursi makan, "mama sama papa mana bi?"
"Udah pergi neng dari sebelum subuh tadi," aku menghela nafas sedih dan bi Ida tersenyum maklum dan kembali ke dapur, meninggalkan ku sarapan di temani keheningan.
~~~~~
Part ini emang ga jelas-_- tapi Taylor baik ya ngasih teddy bear ke jean! 😂Thanks to yusrinaina 🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Choose
Teen Fiction"Disaat aku terpuruk, dia datang untuk menutup luka yang sempat kau buat. Lalu.. dia datang untuk menutup luka yang kau buat, dan membuatku kembali seperti sedia kala. Tapi, kenapa kau kembali datang dan kembali membuka luka lama yang kau buat dulu...