JANE P.O.V
'Diumumkan untuk seluruh anggota ekskul drama untuk berkumpul di ruang kesenian sekarang juga, terimakasih' suara Belle terdengar dari speaker. Pasti mau umumin soal drama kelas 10 dan 11, batinku. Aku sudah memutuskan untuk tidak menganggap serius omongan Aaron kemarin.
Dengan semangat ku gamit tangan Angel menuju ruang kesenian. Waktu belajar sudah selesai 10 menit yang lalu.
"Jane! Tunggu dulu! Gue mau taruh buku dulu di loker!" Angel berhenti dan melepaskan tangannya.
"Oh iya! Gue juga! Hehehe.." Aku menggaruk kepala, malu.
Dari sudut mataku, aku bisa melihat Angel mengobrol dengan Thomas, pacarnya, di depan loker. Jadi karena itu dia mengajakku ke loker dulu. Aku celingak-celinguk, mencari di mana Taylor, biasanya dia selalu muncul saat aku di depan loker kan?
"Kuy Jane! Ayo kita ke ruang kesenian!" Angel menepuk pundakku, membangunkanku dari lamunanku.
"Kuy lah!" Dengan pasrah aku mengikutinya.
Mungkin Taylor marah padaku.
Mungkin Taylor sudah tidak peduli padaku.
Mungkin...Author P.O.V
Jane tersenyum simpul melihat sesosok yang sedang melipat tangannya, menunggunya di depan ruang kesenian.
"Hey, Tay! Ngapain?" Tanyanya ceria.
"Ngapain lagi? Mau ketemu kamu lah." Jane nyengir, sementara Angel memutar bola mata dengan bosan, "nah sekarang aku mau nungguin kamu ekskul, jadi tas nya aku bawa dan--- good luck honey!"
"Gapapa? Gak takut lama nunggu aku?"
"Gak apa-apa lah, ganti yang kemaren juga kan? Jaga hati kamu baik-baik, kamu tahu kemaren ada seorang pecundang yang berusaha ngerebut kamu." Tatapan Taylor berubah sedikit tajam, Jane terdiam melihatnya. Ini untuk pertama kalinya Taylor menatapnya seperti itu.
"Thanks, Tay! Iya gak usah khawatir! Aku masuk dulu ya!" Jane masuk ke dalam ruang kesenian setelah memberikan tasnya pada Taylor.
Taylor tetap berdiri di situ, menunggu sampai punggung Jane tidak terlihat lagi. Namun tiba-tiba ada yang menyenggol bahunya.
"Hey, nikmatin aja dulu ya sama Jane sekarang!" Aaron menyerigai.
"Maksud lu? Dia kan pacar gue." Taylor menatapnya sinis.
"Yah.. Nikmatin aja sebelum dia gue rebut!"
"Punya hak apa lu? Udah lah urusin aja lah hidup lu yang berantakan, kalau udah bener baru urusin hidup orang," tatapan Taylor tajam dan sinis, biasanya orang lain akan takut bila mendapat tatapan itu darinya, namun Aaron tidak gentar sedikitpun.
"Secara nanti gue sama dia bakal sering barengan karena kita sering latihan drama bareng. Dan lu? Bakal dia lupain karena dia udah sibuk dengan dramanya. Lu rasain sendiri gimana renggangnya hubungan lu sama dia pas dia masih ngurusin di belakang layar, apalagi sekarang? Dia akan jadi pemeran utama, dan lawan mainnya adalah gue! Dan kalau lu sampai ngelarang dia, lu keterlaluan, itu mimpi dia dari dulu, dude!"
Taylor mengepalkan tangannya dan menonjok Aaron yang berhasil dihindari olehnya, lalu dia memperingatkan dengan suara sedingin es, "gak ada yang tau siapa yang bakal jadi pemeran utama atau lawan main dia."
"Lihat aja nanti," Aaron menyeringai dan masuk ke ruang kesenian, meninggalkan Taylor sendirian di koridor sekolah.
Taylor mengacak rambutnya frustasi. Dia tidak bisa melarang Jane, karena itu memang mimpinya dari dulu, berakting di televisi nasional. Namun di sisi lain dia juga tidak bisa membiarkan Jane bersama Aaron, barang 1 menit saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Choose
Teen Fiction"Disaat aku terpuruk, dia datang untuk menutup luka yang sempat kau buat. Lalu.. dia datang untuk menutup luka yang kau buat, dan membuatku kembali seperti sedia kala. Tapi, kenapa kau kembali datang dan kembali membuka luka lama yang kau buat dulu...