500 readers?! Wow makasih! Ini di atas ekspektasi!! Terimakasih yang sudah mau meluangkan waktu membaca cerita ini! Aku sayang kalian💕
Bagi ada yang tidak dimengerti bisa inline comment di sini bebas, karena gue tahu rasanya gak dimengerti kayak apa #eh.
Yang di mulmed itu Justin ya!
JANE P.O.V
Tidak, aku menggeleng. Dia pasti tidak bermaksud apa-apa. Tanganku gemetar, mataku menatap ponselku lekat-lekat.
Ku putar kembali video singkat yang Taylor post di instagram nya tadi pagi. Dia sedang bernyanyi. Taylor tidak mau banyak orang yang tahu bahwa dia pandai bernyanyi dan hanya memberitahukannya padaku, aku tidak tahu apa alasannya. Tapi sekarang dia mengunggah video sedang bernyanyi, tidak tahu mengapa aku kecewa karena sekarang dia "mengumumkan" rahasianya yang telah dia percayakan padaku sekian lama.
"All I know since yesterday is everything has changed." Dia tersenyum sendu lalu video selesai.
"Heh, jangan diliatin terus video nya! Liatin tuh guru lagi jelasin capek-capek!" Sarah merebut ponselku dan menyimpannya di sakunya.
"Gue capek tahu! Hidup gue rusak!" Aku menyandarkan kepala di bahu Sarah, "semuanya salah gue, salah ego gue. Gue emang gak pantes buat dia! Gue emang cewek sialan yang gak pantes hidup."
"Hush! Gak boleh gitu ngomongnya! Kan tadi dia udah post video instagram siapa tahu sekarang dia masuk sekolah kan?" Sarah mengusap rambutku lembut.
Mataku memperhatikan guru yang sedang menjelaskan di depan namun pikiranku melayang memikirkan perkataan Sarah tadi.
"Kenapa lagunya mesti everything has changed?" Tanyaku.
"Gue gak tau, tapi itu gak usah dipikirin. Sekarang yang lebih penting--" aku mengangkat kepalaku. "Kita cari Taylor ke kelasnya, nanti gue ajak Angel sama Rebeca."
"Apa sebut-sebut nama gue?" Angel membalikan badannya menghadap kami diikuti Rebeca.
"Wih, biasa aja kali mba!" Sarah mendengus dan mengajak mereka ikut dengan kami.
"Tapi kita jadi gak makan, gak apa-apa?"
"Gak apa-apa kok, honey! Anything for you!" Angel mengidipkan sebelah matanya dan Rebeca menaik turunkan alisnya.
Sarah mengambil pulpen ku yang ada di meja dan menaruhnya di tanganku, "nah sekarang lo harus catet pelajarannya! Taylor pasti gak mau lo jadi males gara-gara dia!"
Aku tersenyum dan mengangguk, "siap kapten!"
Aku mengeluarkan buku catatan dan membukanya. Tulisan rapih ku terlihat di bebeparapa halaman--Bohong deng gak rapih kok-- dan mulai mencatat.
~~~
"Gak ada? Emang dia kemana?" Tanya Sarah pada 2 orang perempuan di dalam kelas Taylor.
"Kita gak tahu, tapi kita sedih banget gak bisa lihat dia lagi." Perempuan berambut merah memanyunkan bibirnya sok lucu.
"Nggak bisa lihat wajah lucunya lagi, gak bisa lihat senyumnya lagi, gak bisa lihat tawanya lagi, gak bisa denger jokes nya dia lagi terus ketawa." Temannya menimpali.
Ini kenapa jadi pada genit gini sih sama Taylor?
"Pokoknya kita kangen sama dia." Mereka berkata hampir bersamaan. Lo aja kangen gimana gue?
KAMU SEDANG MEMBACA
Choose
Teen Fiction"Disaat aku terpuruk, dia datang untuk menutup luka yang sempat kau buat. Lalu.. dia datang untuk menutup luka yang kau buat, dan membuatku kembali seperti sedia kala. Tapi, kenapa kau kembali datang dan kembali membuka luka lama yang kau buat dulu...