Makasih buat arillazulfa dan tarishaAml yang udah setia nungguin cerita ini seperti mereka setia nungguin doinya.. Jhaaa.. Pokoknya chapter ini special untuk kalian💕
~~~
JANE P.O.V
Aku membaringkan tubuhku di kasur dan mencomot kripik kentang kesukaanku sembari menonton pewdipie yang memainkan game outlast di laptop.
Kenapa aku jarang menceritakan tentang rumahku? Karena memang aktifitasku tidak jauh dari makan, tidur, dan menonton YouTube.
Belajar? Itu urusan nanti... Hahaha!
Tok! Tok!
"Neng makan malamnya sudah siap!" Asisten rumah tanggaku keluargaku memanggil.
Dengan malas aku mem-pause video dan turun ke lantai satu dengan gontai.
Aku duduk di meja makan, "malam ini aku makan apa bi?" Tanya ku pada bi Ijah yang sedang menuangkan teh manis hangat ke gelasku.
"Bibi masak spaghetti non, walaupun gak seenak masakan nyonya tapi not bad lah!" Aku tertawa mendengar wanita paruh baya di depanku berkata 'not bad' dengan suara yang medok jawa. "Minumnya teh anget non! Enak malem-malem gini minum yang anget-anget!"
Aku tersenyum simpul dan memakan spaghetti yang ada di piring, "saya pamit ke belakang dulu ya non!"
"Loh gak sekalian makan aja bi disini?"
"Nggak usah non, bibi sudah makan." Dia tersenyum.
Bi Ida sudah dari kecil mendidikku jadi dia tahu semua hal-hal kecil tentang diriku--yang bahkan orang tuaku tidak tahu, tidak tahu atau tidak peduli, entah lah-- begitu juga aku yang tahu bahwa sebenarnya dia belum makan.
"Bohong! Udah gapapa bawa aja makanannya ke sini! Sepi tahu bi kalau makan sendirian!" Aku menampakan wajah puppy face ku yang mempunyai kekuatan special bisa membuat orang dewasa mengikuti kemauanku.
Bi Ida tersenyum dan mengambil makanannya dari dapur, nasi, sayur asem, dan ikan asin. "Bi tukeran dong! Bibi makan spaghetti aku, aku makan sayur asem bibi!"
"Loh jangan non! Nanti saya di marahin sama nyonya! Lagian makanan non Jane lebih enak!" Bi Ida terlihat gelagapan saat aku menukar piringnya dengan piringku.
"Gak lah enak punya bibi, Lebih indonesia! Lagian mama juga gak bakal tau!" Atau gak bakal peduli.
Kami menyantap makanan dalam diam, lalu bi Ida berkata, "non, non ada apa sama den Taylor? Kayak nya udah lama gak di anter-jemput lagi."
Bam!
"Gak apa-apa kok bi!" Aku menggelengkan kepala gugup.
"Bohong!" Bi Ida menirukan gaya bicara ku sembari tersenyum simpul.
Aku menghela nafas dan menceritakan masalahku dengan Taylor sedetail mungkin. Aku sudah terbiasa pada bi Ida sedari kecil, dari masalah kecil sampai masalah serius. Bi Ida bahkan lebih dekat denganku dari pada mama ku, Bi Ida yang memelukku dan menenangkanku saat aku menangis dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Choose
Teen Fiction"Disaat aku terpuruk, dia datang untuk menutup luka yang sempat kau buat. Lalu.. dia datang untuk menutup luka yang kau buat, dan membuatku kembali seperti sedia kala. Tapi, kenapa kau kembali datang dan kembali membuka luka lama yang kau buat dulu...