Gua seneng banget masih ada yang mau baca cerita ini! Author sayang kalian!
Kalau ada yang tidak dimengerti bisa inline comment di sini ya! Karena author tahu rasanya gak di mengerti. #eh
Author P.O.V
Perempuan itu berjalan di koridor dengan dagu sedikit terangkat. Rambut pirangnya di kuncir kuda, dan topi nike hitam bertengger manis di kepalanya, perfect sudah penampilannya.
Belasan murid yang berasal dari angkatannya, angkatan sebelumnya, dan angkatan sesudahnya menyapanya namun perempuan itu melenggang menuju kelas 11 IPA B dan hanya menganggukkan kepala cuek.
Perempuan itu adalah Jane Brinley Jackson, tidak menyangka bukan? Semenjak Justin memberikannya surat dari mantan pacarnya satu tahun yang lalu, Jane menjadi sangat berubah.
Tidak ada lagi Jane yang ramah, tidak ada lagi senyuman yang terukir di wajahnya kecuali saat bersama sahabat-sahabatnya. Alasannya karena sudah tidak ada lagi orang yang melindunginya.
Maka menurut kalian bagaimana kalau orang terbaik yang pernah ada di sisi kalian, yang selalu tanpa pamrih menolong kalian, mengenalkan kalian pada banyak hal, dan sudah kalian cintai lebih dari 5 tahun pergi? Maka semuanya tidak akan sama lagi, semuanya akan terasa tidak ada gunanya untuk di jalankan, kalian akan merasa seperti 'you're breathing but that doesn't mean you're alive'
Dan hal itu terjadi pada Jane.
Jane membuka lokernya sebelum masuk kelasnya. Lokernya penuh dengan puluhan post-it yang berisi 'we miss old Jane.' Jane tidak peduli dan membuang semua post-it itu. Hampir setiap hari ia mendapatkan post-it seperti itu.
Hari ini adalah hari pertama di semester akhir. Saat masuk ke kelasnya, Jane mengangkat alisnya saat melihat Sarah duduk di dekat jendela.
Lalu Jane berlari dengan cepat menuju bangku paling belakang, melewati bangku yang di duduki Angel dan Rebeca lalu menatap Sarah dingin.
"Lo ngapain duduk situ? Gantian kale!" Bentak Jane dengan nada jengkel-tapi-boong.
"Ngapain? Emang lo siapa nyuruh-nyuruh gue? Emang gue kayak anak laen lo bentak dikit ciut?" Sarah mendelik dan menatap Jane cuek.
Ya, Jane tetaplah Jane yang dulu untuk sahabat-sahabatnya. Sekeras apapun mencoba, ia tidak bisa berubah cuek di depan sahabat-sahabatnya.
"Yah elah 'kan udah perjanjian, Sar!" Jane merajuk, berubah menjadi Jane yang biasanya, "pokoknya gue gak mau ngalah!"
"Yakin? Gak takut?" Tanya Sarah dengan muka jail, Jane mengangguk yakin. Namun wajahnya berubah pucat saat melihat kedua tangan Sarah membentuk dua pistol.
Sarah berdiri dan membidik perut Jane dengan kedua 'pistol'
nya. Lalu sejurus kemudian, 'pistol' itu mendarat di perut Jane dan menggelitikinya. Jane tak kuat menahan gelak tawa.Sarah maju dan menggelitikinya semakin kencang. Jane kehilangan keseimbangan dan jatuh, punggungnya membentur bangku.
"Udah stop!" Teriak Jane di tengah gelak tawanya.
Tangan Sarah berhenti menggelitiki, "jadi mau duduk di mana?" Tanya Sarah namun nadanya seperti mengatakan kalau-gak-ngalah-gue-gelitikkin-lagi.
"Di mana aja dah terserah kakak Sarah!" Jane mengalah, takut di gelitik lagi.
"Bagus," Sarah mengangguk khitmad dan mengangkat Jane berdiri.
~~~
Dengan senyum penuh arti Sarah, Jane, dan Rebeca menatap Angel yang sedang frustasi. Kelas memang belum di mulai.
"Anjelly, hari ini lo mau jalan gak sama gue?" Tanya Nico penuh harap yang duduk di sebelah kanan Angel, mereka hanya berjarak 1 meter.
Sementara Justin dan Daniel hanya memutar bola mata jengkel melihat temannya yang pantang menyerah.
Nico, dkk, dan Jane, dkk sekelas? Itu bukan kebetulan, gosipnya Nico lah yang meminta mereka semua sekelas pada om nya a.k.a ketua yayasan dengan alasan supaya rajin belajar, dan dia berhasil membohongi om nya.
"Sekali gue bilang nggak ya nggak! Pergi lo jauh-jauh dari gue!" Dengan sarkasti, Angel membentak Nico saat mendengar kalimat yang kerap ia dengar lebih dari ratusan kali.
"Mau pergi kemana lagi sih cantik? Kan kelas aku di sini?" Nico nyengir jahil.
Ajakan dan penolakan lainpun terdengar, Jane hanya menggeleng-gelengkan kepala saat mendengar penolakan sarkastik dari Angel, ia kerap di bully fans Nico karena menolak idola mereka dengan kasar tapi nyatanya sang idola malah makin penasaran.
Jane memilih mengambil naskah drama dan menekuninya. Saat sedang asik dengan naskahnya, kepala sekolah kami masuk. Jane enggan mengangkat kepalanya dari naskah drama, jadi dia tidak menghiraukan kepala sekolah.
"Selamat pagi anak-anak." Kata kepala sekolah dengan formal, "saya mau mengenalkan murid baru."
Terdengar suara siswi berdecak kagum melihat sosok murid baru, namun saat sang murid baru mengenalkan diri, Jane malah memasang headset dan tetap berkutat dengan naskahnya.
Paling cowok gak guna yang cuman ngandelin tampang, batin Jane tak acuh.
"Eh, lo cewek yang waktu itu ngasih undangan ya?" Tanya anak baru itu yang tiba-tiba sudah duduk di sebelah Daniel yang berarti berjarak kurang dari satu meter darinya.
Saat Jane mengangkat kepala, dia melihat wajah yang familiar, "iya, lo siapa?" Balasnya dingin.
"Anak baru, nama gue Axel a.k.a orang yang nolong lo nyisipin undangan waktu itu." Dia tersenyum polos dan mengulurkan tangannya.
Oh, cowok yang kayak maling waktu itu? Pantesan familiar. Batin Jane lagi sebelum mengangguk, tidak tertarik untuk menjawab uluran tangan cowok itu apalagi beramah-tamah.
"Maklumin ya Jane emang gitu. Dia udah kayak yeti, dingin, kejam, dan kadang- kadang makan orang. Mirip banget Jane, tapi Jane versi cantiknya!" Kata Nico asal yang di tanggapi dengan tawa teman-temannya dan teman-teman Jane.
Jane tidak peduli dengan celaan Nico dan masih terus berkutat dengan naskahnya.
Ia tidak sadar Axel memperhatikannya sembari tersenyum.
Gue udah akrab sama mereka, tinggal gue puter otak aja gimana cara akrab sama lo, batin Axel lalu melengos, kembali mengobrol dengan Justin, dkk.
Kenapa cowok maling ini bisa-bisanya masuk ke kelas gue, kan gue jadi flash back jaman gue main 'petak umpet' sama Taylor. Sementara di waktu yang sama, Jane memghela nafas sembari membatin.
~~~
Note:Sumpah gue ngejar target, sesuatu membangkitkan kesadaran gue kalau gue author yang males.
#lebay
Okay semoga kalian suka! Happy reading all!🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Choose
Teen Fiction"Disaat aku terpuruk, dia datang untuk menutup luka yang sempat kau buat. Lalu.. dia datang untuk menutup luka yang kau buat, dan membuatku kembali seperti sedia kala. Tapi, kenapa kau kembali datang dan kembali membuka luka lama yang kau buat dulu...