Author P.O.V
Mobil Axel memasuki pekarangan rumah yang sangat besar.
"Den Axel, tumben kesini. Bapak belum datang den." Sahut satpam yang membukakan pintu dengan ceria.
"Bagus deh mang, saya bukan mau ketemu ayah kok. Mari saya duluan!" Jawab Axel dari dalam mobil dengan kaca yang terbuka, "pintu gerbangnya langsung di tutup aja ya mang! Saya bawa tawanan nih, takut dia kabur!" Ujar Axel. Ia menggedikkan dagunya pada Jane.
"Gue gak bakal kabur ya! Sembarangan aja lo tawanan-tawanan!" Jane memukul bahu Axel kesal, "lo bisa gak sih sedetik aja gak usah ngeselin?!" Axel meringis dan mengusap bahunya yang panas karena pukulan Jane, kemudian terkekeh.
"Kekuatan lo boleh juga, mbateng lo ya?" Celetuk Axel yang langsung dibalas amukkan Jane.
Setelah mobil terparkir dengan manis di garasi, Axel menyuruh Jane mengambil bunga di bagasi.
"Lo beli bunga tulip? Lucu warnanya!" Kata Jane saat mengintip di dalam kantung belanjaan.
"Yep, kesukaan bunda gue!" Kata Axel, "lo ikutin gue ya!" Dengan patuh Jane mengikuti Axel.
Mereka masuk ke rumah tanpa permisi. Pelayan-pelayan yang sedang membersihkan rumah terkejut melihat kedatangan Axel yang tiba-tiba dan segera menunduk hormat.
"Tuan muda, sudah lama anda dan tuan Stefan tidak datang ke sini. Mau mengunjungi bunda anda, bukan?" Kata seorang pelayan tua.
"Iya." Jawab Axel singkat dan cuek. Ia langsung berjalan lagi, sementara Jane memberikan senyum awkward terlebih dahulu sebelum berlari mengikuti Axel.
Bukannya naik ke lift, Axel malah menuju taman belakang rumahnya. Namun Jane tidak tidak mau banyak bertanya walaupun heran. Mereka melewati ayunan, jungkat-jungkit, dan beberapa wahana permainan yang sudah berkarat. Jelas sekali bahwa semua permainan ini dulu sering dipakai. Taman ini terlihat asri, banyak pohon, bunga, kolam renang, kolam ikan, dan rumput yang tumbuh subur. Namun, yang mengganggu pemandangan adalah permainan-permainan yang sudah berkarat dan tak di rawat, seolah menjadi bukti bahwa sudah tidak ada kehidupan lagi di taman ini.
Saat Jane sedang asyik memandangi ayunan tua itu, tiba-tiba Axel berhenti. Kepalanya sontak terbentur punggung Axel. "Axel, lo kalo berhenti pelan-pelan apa! Kan kepala gue jadi kejedot punggung lo!" Omel Jane.
Namun Axel diam saja dan berlutut di atas tanah. Jane terbelalak melihat apa yang ada di depannya.
"Bunda, Leo dateng lagi. Maaf ya udah lama nggak dateng. Leo bawain bunga tulip kesukaan bunda nih! Oh iya, kenalin, ini temen Leo, Jane!" Sahut Axel sembari mengeluarkan bunga tulip dari kantung belanjaan. Lalu, beralih pada Jane, "gue dipanggil Leo sama keluarga gue, Axelleo, inget? Nah, ini bunda gue, puas?"
Jane ikut duduk di sebelah gundukan tanah dengan rumput hijau di atasnya. Batu nisan yang menancap di atasnya terlihat bersih.
Emily Evans, begitu tulisannya.
Axelleo Evans, dan itulah nama Axel. Berarti makam ini adalah makam bundanya Axel.~~~
"Axel, lo hutang cerita sama gue." Kata Jane saat mereka selesai ziarah ke makam Emily. Sekarang mereka berdua sedang duduk di ayunan.
Axel menghela nafasnya. Menutup matanya secara perlahan. Merasakan angin di sore hari mengelus pipinya dengan lembut. Membiarkan kenangan kelam kembali lagi menguasainya.
Flash back 5 years ago di kediaman keluarga Axel:
"Wanita mana lagi sekarang yang mau kamu datengin?! Kamu gak mikir perasaan aku gimana ngeliat kamu main cewek terus sementara aku nungguin kamu pulang di rumah!" Emily berteriak frustasi karena kelakuan suaminya yang suka main wanita dan baru pulang dini hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Choose
Teen Fiction"Disaat aku terpuruk, dia datang untuk menutup luka yang sempat kau buat. Lalu.. dia datang untuk menutup luka yang kau buat, dan membuatku kembali seperti sedia kala. Tapi, kenapa kau kembali datang dan kembali membuka luka lama yang kau buat dulu...