Aku hanya menatap greentea latte ku dalam diam. Mengaduknya asal da menghela nafasku panjang, entah untuk yang keberapa kalinya.
Belakangan ini lima pria itu begitu menyita pikiranku.
Choi Seunghyun.
Lee Seungri.
Kang Daesung.
Kwon Jiyong.
Dong Youngbae.
Semuanya memusingkanku.
Aku tahu tidak seharusnya aku memberi kelima dari mereka harapan, dekat dengan mereka sesuka hatiku dan seakan mempermainkan mereka. Namun aku tidak pernah menyangka akan terjebak dalam posisi seperti ini.
Aku tidak pernah berniat untuk memberi mereka harapan lalu menjatuhkannya begitu saja.
Karena aku tahu, bagaimana sakitnya diberi harapan lalu dijatuhkan hanya dalam waktu hitungan detik.
Kring.
Mataku beralih ke salah satu pengunjung yang baru saja masuk ke dalam cafe ini. Ia mengenakan hoodie yang cukup kebesaran di tubuhnya, tak lupa ia memakai penutup kepalanya karena diluar sedang hujan.
Saat sampai di kasir ia membuka penutup kepalanya. Namun karena posisinya membelakangiku, aku jadi tidak bisa melihat keseluruhan wajahnya. Tapi aku tidak bisa melepaskan pandanganku dari orang itu.
Saat itu berbalik, nafasku tercekat. Aku bahkan harus mengeratkan cengkramanku pada cangkir greentea latte yang sama sekali belum kusentuh.
Ia menatapku dengan pandangan tajamnya sebelum pada akhirnya beranjak dan keluar dari cafe ini, membuat aku segera bangkit dan mengejarnya.
Ia bergegas dengan langkah yang besar, membuat aku kesulitan untuk mengejarnya. Namun aku berusaha sekuat tenaga hingga aku mencekal pergelangan tangannya namun ia segera menghempaskannya dan menatapku.
Di tengah guyuran hujan deras, dan dibalik tutup kepala hoodie nya aku masih bisa melihat jelas kemarahan terpancar dari matanya.
"Mau apa?!" Bentaknya membuat aku terkejut.
"J-jiyong.."
"Semuanya sudah selesai, bukankah aku sudah bilang tidak ingin melihatmu lagi? Tapi kenapa kau selalu muncul disekitarku. Ani, bahkan kau sering muncul dalam pikiranku!" Pekiknya membuat akj terdiam.
Bahuku bergetar, bukan karena kedinginan namun karena menangis. Untuk pertama kalinya, aku merasa begitu jahat. Untuk seseorang badboy, Jiyong sangat menyeramkan ketika marah.
"Kenapa begitu susah melupakanmu? Kenapa aku harus bertemu denganmu? Kenapa aku harus jatuh cinta denganmu? Kenapa? Apa kau bisa membantuku untuk menjawab semua pertanyaan gila sekaligus menyakitkan ini?"
Aku menggeleng pelan, dan isakanku lolos begitu saja. Jiyong hanya menatapku yang terus menangis ditengah guyuran hujan.
Aku bisa merasakan ia mendekapku erat. Aku membenamkan kepalaku di bahunya dan menangis sepuasnya disana. Ia mengucapkan kalimat yang membuatku tenang sembari mengelus punggungku pelan.
"Maaf, aku malah membentakmu. Seharusnya aku yang sadar dengan posisiku." Bisiknya tepat ditelingaku.
****
Kami berteduh di sebuah vihara yang tak jauh dari cafe tersebut. Aku menggosok tanganku pelan, berusaha menghangatkan tubuhku.
Setelah kejadian tadi yang terlalu mengharu biru, aku dan Jiyong sama sekali belum mengatakan satu kata apapun. Aku menatapnya yang memunggungiku, lalu dengan gerakan slow motion (dalam pikiranku) ia membuka bajunya perlahan.
YOU ARE READING
Talk! [BigBang Imagines]
Fiksi Penggemar⚫COMPLETE⚫ Gimana ceritanya ketika kamu dideketin para member bigbang dengan berbagai cara? Gak tanggung-tanggung lima cowo ganteng sekaligus dalam satu kurun waktu yang berbeda. Pada akhirnya kamu harus memilih. Member mana yang bakal jadi cowok ka...