Kwon :: 9 [ His Fact ]

564 69 4
                                    

Aku sedang menonton televisi ketika tiba-tiba aku menerima panggilan telepon dari Jiyong. Sekitar jam sepuluh malam di hari Sabtu.

"Annyeong." Sapaku hangat dengan nada ceria.

"Kau dimana?" Tanya to the point, seperti biasa.

"Aku? Dirumah, kenapa?" Tanyaku sedikit bingung karena tidak biasanya dia menanyakan keberadaanku apalagi kondisiku. Dia cuma menelponku untuk hal-hal yang penting bukan basa-basi seperti ini.

"Lima belas menit lagi aku sampai dirumahmu, siap-siap."

"E-eh tunggu, mau ngapain?" Tanyaku panik, kelabakan lebih tepatnya.

"Udah, ikutin aja. Aku dengar orangtuamu juga tidak ada dirumah, kan?" Tanyanya sambil terkekeh pelan diujung sana membuat aju bergidik ngeri ketika pikiran negatif mulai berkelebat di pikiranku.

"Tapi ngapain?"

"Semakin lama kamu nanya, semakin lama kamu siap-siapnya. Udah ikutin aja." Jawabnya lalu memutuskan sambungan telepon secara sepihak.

Aku terdiam dan menatap layar televisi dengan pandangan kosong. Jiyong dia pasti bercanda kan ingin ke rumahku dalam waktu lima belas menit? Tapi Jiyong itu bukan tipe orang yang suka bercanda, dia selalu serius.

"Ck, daripada aku memikirkan semua ini. Mungkin aku tidur saja." Kataku sambil beranjak dari posisi dan mematikan televisi. Tak lupa mengunci pintu depan dan masuk ke dalam kamar. Baru saja aku berusaha memejamkan mataku, ponselku berdering dan sekali lagi nama Jiyong terpampang disana membuat aku membelalakan mataku lebar.

"Cepat buka pintunya, jangan bilang kalau kau belum bersiap-siap!" Serunya membuat aku sedikit menjauhkan ponselku dari telinga.

"A-aku sedang siap-siap, kalau kau menelpon terus kapan aku bisa membukakanmu pintu?" Kilahku.

"Baiklah, lima menit tidak keluar dan siap. Aku dobrak pintunya." Ancamnya lalu menutup sambungan telepon.

Detik itu juga aku bangkit dari tempat tidurku, mengganti baju seadanya dan menurutku bagus. Kurasakan saku celanaku bergetar namun aku lebih memilih untuk meraih pintu dan mendapati Jiyong membelakangiku dengan ponsel ditelinganya. Ia berbalik untuk menatapku. Ia menggunakan jaket kulit dengan beberapa motif yang menghiasi jaket tersebut, dipadukan dengan celana jeans yang sobek di beberapa bagian juga tak lupa dengan sepatu boots.

Bad boy look good on you, Jiyong.

"Kenapa lama sekali?" Tanyanya dengan nada jengah, tak lupa dengan raut wajahnya yang kesal.

"Maaf, aku kira tadi kau bercanda." Kataku tanpa berani untuk menatapnya. Tangannya terangkat dan jarinya menyentuh daguku. Ia mengangkat wajahku dengan telunjuknya.

"Untuk apa aku marah?" Tanyanya sambil menampilakn smirk khasnya. Sukses membuat pipiku merona.

"J-jadi kau mau membawaku kemana sebenarnya?"

"Ke suatu tempat yang menyenangkan."

"Yaitu?"

"Start with 's'" Katanya penuh misteri membuat dahiku mengerut pelan.

"S? Apa itu?"

"Coba tebak." Katanya namun aku hanya menggeleng pelan, karena aku tidak pernah mendengar satupun wahana atau tempat hiburan berawal dari huruf S.

"Secret." Katanya sambil mengedipkan matanya membuat aku kesal setengah mati.

"Ya! Menyebalkan!" Kataku sambil memukulnya berulang kali membuat ia mengaduh dan tertawa disaat yang bersamaan.

"Hentikan. Kau mau tau kan tempatnya dimana, jadi ayo." Katanya sambil menggandeng tanganku secara tiba-tiba membuat aku terdiak untuk sepersekian detik sebelum pada akhirnya membiarkan ia menarikku kemanapun ia ingin membawaku pergi.

****

Ia membawaku ke sebuah rumah, yang sudah sangat usang ditengah-tengah hutan. Rumah itu tidak terlalu besar, sangat kecil malahan. Semacam rumah kecil di tengah hutan yang sering kau liat di film-film.Aku tidak tahu persis ini dimana karena saat ia membangunkanku yang ketiduran kita sudah sampai di tempat ini. Ia memasukan kunci kedalam lubang pintu tersebut.

Klik.

Ia memutar knop pintunya, namun sebelum itu ia sempat menatapku tanpa ekspresi. Membuat aku menebak-nebak sebenarnya ia ingin mengajakku kemana dan apa yang ingin dilakukannya bersamaku. Saat ia masuk kedalam sana, aku juga ikut namun kondisi rumah yang sangat gelap dan hanya diterangi oleh rembulan yang masuk melewati salah satu jendela di rumah tersebut.

"Jiyong, sebenarnya ada apa disini?" Tanyaku bingung sambil berusaha mencarinya. Saat kurasakan sebuah tangan menutup mataku, aku merabanya.

"Hayo tebak ini siapa?" Kata orang itu membuat aku tersenyum kecil.

"Jelas aku tahu ini kau, Jiyong." Kataku lalu ia melepaskan tangannya dari wajahku.

"E-eh jangan buka mata dulu, tutup matamu kali ini dan biarkan aku menuntunmu." Katanya dan tanpa berpikir dua kali, aku lebih memikih untuk menurut.

"Ikuti aba-abaku, ya. Aku minta kau hadap ke kanan."

Maka saat itu, aku menghadap kearah kanan.

"Maju tiga langkah."

Satu. Dua. Tiga.

"Ke kanan dua langkah."

Satu. Dua.

"Sekarang, kau boleh membuka matamu."

Aku membuka mataku dengan perlahan, saat itu aku melihat lampu-lampu kecil yang mengelilingi ruangan tersebut. Mirip seperi lampu yang dipakai saat perayaan natal, tepatnya di pohon natal. Mataku terfokus pada satu titik.

"Kau ingat semuanya?"

♡☆♡☆♡☆♡☆♡☆

Weirdostabi

Talk! [BigBang Imagines]Where stories live. Discover now