"Non ii,kalo mau pergi kemana-kemana kabarin Bibi dulu ya. Jadi bibi ga khawatir" ucap Bik Nina sambil menyiapkan sarapan untuk Prilly.
"Ngapain? Mama sama papa aja ga khawatir sama ii. Yang ada dipikirannya cuman kerja,kerja,kerja. Duit lagi,duit lagi" Prilly memutar bola matanya malas.
"Itu kan untuk non ii juga" jawab Bik Nina.
"Terserah Bik Na aja deh,ii lagi gamau debat"
Prilly Queena Azalia Latuconsina. Gadis yang terlahir dari seorang pengusaha kaya Rizal Latuconsina dan Ully Julita. Kesibukkan orangtuanya membuatnya menjadi gadis yang dingin dan cuek.
"Ii berangkat" hanya kata itu yang tiap harinya keluar dari bibir tipis gadis tersebut. Bik Nina sudah biasa dengan sikap majikannya itu.
Ia mengemudikan mobil BMW putihnya sendiri,meskipun di rumahnya tersedia supir,sepanjang perjalanan ia tak henti-hentinya bersenandung mengikuti irama lagu.
Ciiiiitttt
Ketika sedang asyik bernyanyi,ia harus menghentikan mobilnya karena melihat anak yang sedang berjongkok seperti mencari sesuatu.
"Heh! Minggir lo,nyari mati apa?" bentak Prilly,kepalanya menyembul dari jendela.
"Be..bentar,aku lagi nyari kacamata" ucapnya tetap berjongkok mencari kacamata.
Prilly melirik jamnya,tinggal 10 menit lagi bel akan berbunyi. Ia berdecak sebal kemudian turun dari mobil dan menemukan kacamata.
"Nyari tuh pake mata! Jangan pake dengkul,minggir. Gue udah telat" ucap Prilly memberikan kacamatanya kemudian masuk ke dalam mobil.
"Hey!" panggil anak tersebut karena belum sempat mengucapkan terima kasih.
*****
"Prilly! Jam berapa ini? Kenapa baru dateng?" Pak Bayu yang sedang mengajar tampak kesal dengan sikap muridnya yang satu ini.
"Udah deh pa,bapak lanjutin aja ngajarnya. Kalo bapak gasuka saya telat,saya akan keluar sekarang" ucap Prilly santai.
"Terserah kamu! Mau ikut belajar syukur mau ngga juga terserah kamu" Seluruh guru pun tau kalau Prilly termasuk murid yang berani menentang guru.
Akhirnya Prilly duduk dibangkunya,dan apa yang dilakukannya? Ia mengeluarkan headset dan memasangkannya ditelinga. Kemudian mencatat yang ada di papan tulis.
Sebenarnya Prilly itu cerdas,hanya saja ia malas untuk membuka buku pelajaran di rumahnya.
"Tadi lo kenapa telat Prill?" tanya Livia. Kini Prilly dan dua sahabatnya sedang berada di kantin.
"Sumpah gue kesel banget. Tadi tuh ada anak culun yang nyari kacamatanya di tengah jalan. Gak mikir apa kalo tiba-tiba ada mobil ngebut terus nabrak dia?" omel Prilly.
"Udahlah Prill. Percuma lo ngomel sampe berbusa,orangnya udah kemanaaa" jelas Mila.
Mereka mengobrol bersama sebelum akhirnya bel berbunyi.
*****
"Lain kali,Ali kalo jalan hati-hati ya. Untung aja mobilnya ga sampe nabrak Ali" Refa dengan telaten mengobati luka Ali.
"Iya ma" jawab Ali tersenyum.
Ali Andrean. Putra yang tumbuh ditengah keluarga yang sederhana. Ayahnya telah meninggal dunia sejak ia masih TK. Kakaknya bekerja di Malaysia sebagai TKW. Dan ibunya sebagai penjahit. Namun Ali tak pernah mengeluh dengan keadaanya yang seperti ini.
Karena kecerdasannya,ia mendapat beasiswa di Langit High Schol. Sekolah yang bergengsi,namun ia siap menerima apapun yang mungkin saja terjadi padanya.
"Ali yakin mau nerima beasiswa itu?" tanya Refa agak gelisah.
"Ali yakin ma. Ali mau nerusin sekolah,biar bisa kerja dan bantu mama" jawab Ali tulus.
"Ali jangan putus asa. Apapun nanti yang orang omongin ke Ali gausah didenger,kalo ada yang buat jahat sama Ali,jangan dibales pake kejahatan lagi" ucap Refa menasihati.
"Iya ma,Ali gaakan bales semua kejahatan orang sama Ali" jawab Ali.
"Yaudah,sekarang Ali siap-siapin barang buat besok sekolah ya. Mama mau lanjutin jahitan" ucap Refa.
*****
Ketika semua siswa turun dari mobil dan motor yang mewah,Ali dengan percaya diri turun dari sepedahnya yang diparkirkan di antara motor-motor gede karena tidak ada parkiran khusus sepeda.
Dengan membetulkan kacamatanya yang agak melorot,Ali berjalan mencari ruangan kepala sekolah.
"Eitss,tunggu dulu dong,enak aja main nyelonong masuk" tiba-tiba saja tiga orang laki-laki menahan Ali.
"Ada apa ya? Aku murid baru di sini. Di mana ruang kepala sekolahnya ya?" tanya Ali yang tidak tahu apa-apa.
"Semua wajib diseleksi. Lo anak siapa? Pengusaha mana?" tanya Verrel,yang merupakan ketua genk tersebut.
"Maaf,aku bukan termasuk anak pengusaha kaya. Ibuku hanya seorang penjahit. Ayahku telah meninggal dunia" ucap Ali tetap menunjukkan senyumnya.
"Hahaha" entah apa yang lucu,genk tersebut tertawa cukup keras. Hingga murid-murid yang sedang berada di koridor memperhatikan mereka.
"Attention Guys!" Rasya menepukkan tangannya meminta perhatian.
"Di sini,di depan gue. Ada murid baru,dia cuma anak penjahit. Dan kenapa gue minta perhatian kalian semua? Gue mau tanya,kenapa anak culun dan miskin ini,bisa masuk LHS?" tanya Verrel dengan nada mengejek sembari menunjuk wajah Ali.
Sedangkan siswa-siswa yang memperhatikan hanya tertawa mengejek sembari memperhatikan Ali dari atas hingga bawah.
"Ali tau,Ali ga pantes masuk sini. Tapi Ali mau nunjukin,kalo orang kecil juga bisa berprestasi,dengan cara mereka" ucap Ali tegas.
"Weyss,keliatannya dia berani sama kita brooo" ucap Al yang sudah memulai aksinya dengan menarik kerah Ali.
"Eh,eh Prill,itu apaan ya rame-rame gitu?" tanya Livia.
"Tauu,paling lo mau nyamperin Al kann?" tanya Prilly,Livia memang telah menyukai Al sejak pertama masuk kelas 11.
"Tau aja lo. Eh tapi gue serius nihh,kayanya rame bangett. Samperin yuk" ucap Livia.
Saat mereka baru saja akan menghampiri Verrel dkk,bel telah berbunyi. Mereka memutar arah dan menuju kelasnya.
Prilly menuju bangkunya yang ada di sebelah Livia dan Mila. Ia duduk sendiri karena jumlah murid di kelas tersebut ganjil.
"Selamat pagi anak-anak. Kita kedatangan murid baru. Dia lolos seleksi beasiswa LHS" ucap Pak Bandi. Prilly tidak terlalu antusias,berbeda dengan teman-temannya yang heboh.
Sesaat kemudian,kelas sepi saat melihat murid baru yang masuk. Dan tawa mereka pun pecah. Prilly yang sedang menelungkupukan kepalanya ke meja mendongak melihat murid baru tersebut.
*****
Haiiii,gimanaaa story baru akuuu? Maaf bukan maksud mau gantung di cerita Annoying,tapi distory itu aku jungkir balik cari idee,hahalebay. Daripada wp aku sepii mending buat story baruuu iniii wkwk. Votmmentnya ya! Makasii(:
29 January 2016
KAMU SEDANG MEMBACA
Pantaskah Aku Mencintaimu
FanfictionSalahkah jika aku menyimpan rasa padamu? Namun aku cukup tau diri jika kamu tak pernah melihat ke arah ku.