Ali berjalan menuju rumahnya dengan senyum yang terus terukir di bibir tebalnya itu. Sesekali ia menyapa orang-orang yang bertemu dengannya. Tetangganya pun tahu siapa Ali. Seorang pemuda yang tampan,patuh pada orangtua,dan tidak patah semangat.
"Assalamualaikum" ucap Ali sembari membuka pintu rumahnya itu.
"Waalaikumsalam" jawab Dewi dan Refa yang sedang merapikan baju pesanan pelanggannya.
"Maaf ya ma,telat pulang. Tadi aku ajak Prilly ke taman dulu" ucap Ali menyalami tangan Refa dan Dewi bergantian.
"Eh? Kacamata baru?" tanya Dewi saat menyadari kini bukan kacamata bulat lagi yang bertengger,tetapi kacamata kotak.
"Alhamdulillah,Prilly beliin kacamata buat Ali" ucap Ali tersenyum.
"Tapi kacamata kamu yang sebelumnya kenapa?" tanya Refa.
"Maafin Ali Ma. Kacamata dari mama patah,karena..jatuh. Ya,jatuh" ucap Ali sedikit bingung mencari alasan.
"Tapi mama jadi gak enak sama Prilly,kemarin buku. Dan sekarang kacamata" ucap Refa.
"Ali udah berulang kali bilang gitu ke Prilly ma. Tapi dia bilang gak usah dipikirin" jawab Ali.
"Yasudah. Sampaikan ucapan terimakasih mama buat Prilly ya" ucap Refa sembari tersenyum.
Maafkan mama belum bisa membuat mu bahagia seperti anak lain.
Ali terbangun dari tidur lelapnya karena mendengar adzan subuh berkumandang. Ia segera mengambil air wudhu dan melaksanakan kewajibannya sebagai umat muslim.
"Tumben Kak udah bangun? Lagi bikin apa tuh?" tanya Ali saat melihat Dewi sibuk di dapur.
"Kakak lagi buat gorengan nih. Mau coba-coba jualan buat nambah-nambah tabungan" ucap Dewi sembari terus membalikan gorengan.
"Ali mau bawa dong! Agak banyakan ya,buat Prilly juga" ucap Ali.
"Iya siap. Tunggu aja ya" ucap Dewi.
Ali pun segera bergegas mandi pagi untuk menuju ke sekolah.
"Ma,Kak. Ali berangkat ya" ucap Ali saat selesai sarapan.
"Iya,hati-hati ya" ucap Dewi dan Refa.
Setelah berpamitan dengan mama dan kakaknya,ia segera mengayuh sepeda kesayangannya itu menuju sekolah.
Prilly POV
Harus ku akui,kehadiran Ali merubah segalanya. Wajahnya yang polos memiliki arti tersendiri dalam hatiku. Sikap ku yang boleh dikatakan urakan,kini mulai berubah. Hubungan dengan kedua orangtuaku pun kian membaik. Bahkan mama mau berhenti bekerja demi aku,setelah aku mencurahkan isi hati ku semuanya.
"Prill?"
Aku tersentak saat ada yang mengguncang bahuku,menyadarkan semua lamunan ku.
"Eh!"
"Kamu kenapa ngelamun? Gak enak badan?" tanya Ali yang kini telah di sampingku.
"Gapapa ko. Kamu udah lama di sini?" tanya ku. Tapi tunggu. Kenapa aku jadi menggunakan aku-kamu? Ku lihat ia hanya tersenyum kecil. Sudah ku pasti kan pasti karena aku menggunakan kamu,saat bersamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pantaskah Aku Mencintaimu
FanfictionSalahkah jika aku menyimpan rasa padamu? Namun aku cukup tau diri jika kamu tak pernah melihat ke arah ku.