"Assalamualaikum" ucap Wanda saat masuk ke rumahnya.
"Kamu ngapain sih sosoan peduli sama anak culun itu?" tiba-tiba seseorang yang telah menunggunya sejak tadi muncul dari ruang keluarga.
"Bisa ga sih bang,setiap aku ucap salam abang jawab dulu?" ucap Wanda menghempaskan badannya ke sofa.
"Gausah ngalihin pembicaraan. Jawab pertanyaan abang" ucap Kakak dari Wanda tersebut.
"Apa salahnya sih bang? Aku peduli sama orang lain?" jawab Wanda.
"Salah! Karena kamu peduli sama Ali! Orang yang paling bang Verrel benci" ucap Verrel yang merupakan kakak dari Wanda,namun tidak ada yang mengetahuinya.
"Apa alesannya abang benci sama dia? Toh dia ga macem-macem kan sama abang?" ucap Wanda.
"Dia macem-macem sama abang. Dia berani deketin pacar abang,Prilly!" ucap Verrel.
Mata Wanda membulat sempurna,ia terkejut mendengar penjelasan Verrel.
"Bukan dia yang deketin kak Prilly bang,dia cuman mau berbuat baik aja" ucap Wanda.
"Dia itu berbuat baik tapi bermaksud! Kamu jauhin dia atau abang lapor ke mama" ucap Verrel.
"Kenapa sih bang? Abang selalu atur hidup Wanda? Apa-apa lapor,apa-apa lapor. Wanda capek bang! Wanda juga pengen kaya anak lain,bebas gak diatur kaya gini!" ucap Wanda kemudian berlari menuju kamarnya dan menutupnya dengan kasar.
Wanda memang anak bungsu yang selalu di manjakan oleh kedua orangtuanya termasuk Verrel,kakaknya. Namun itu tak membuat Wanda menjadi seenaknya,malah,ia kurang suka dimanja berlebihan.
"Wanda..sayang,ini mama nak" ucap Vera mengetuk pintu kamar anaknya karena sedari tadi tidak keluar kamar.
"Ayo nak,buka yaa" ucap Vera tetap mengetuk pintu kamar Wanda. Akhirnya Wanda mau membuka pintunya.
"Cerita sama mama kamu kenapa?" tanya Vera sambil mengelus bahu Wanda.
"Aku gak suka ma,abang atur-atur hidup Wanda. Masa Wanda mau nolongin temen aja gak boleh,cuman karena dia itu musuhnya bang Verrel" ucap Wanda sesegukkan.
"Abang kaya gitu pasti ada alesannya sayang,dia gamau kamu kenapa-kenapa. Apalagi sama musuhnya abang" ucap Vera.
"Tuhkan,mama selalu aja bela abang. Mama ga ngerti apa yang dirasain Wanda ma" ucap Wanda melepas pelukan mamanya dan menutup wajahnya.
"Bukan gitu sayang,abang pasti punya alasan kenapa orang itu dijadikan musuhnya" ucap Vera.
"Alesannya apa coba ma? Orang itu baik gapernah buat macem-macem sama abang. Malah dia rela dihukum karena ngasih buku PRnya ke pacar abang" jelas Wanda.
"Mama gabisa buat apa-apa sayang,kamu tau kan sifat abang kamu kaya gimana? Yang bisa jaga kamu saat ini cuman abang,jadi nurut aja ya" ucap Vera kemudian mengecup kening putrinya.
Wanda kembali menangis,bahkan mamanya pun tak bisa mengurangi kesedihannya. Entah mengapa ia menjadi tambah takut kakaknya berbuat macam-macam pada Ali.
***PAM***
Hari Minggu tiba,Ali sangat bersemangat hari itu karena akan menjemput kakaknya yang sudah satu tahun berada di Malaysia.
"Ayo ma,jangan sampe kita telatt" ucap Ali yang telah siap dengan kaos putih,jaket belel kesukaannya dan tak lupa topi hitam. Oya! Kacamata bulat jangan lupa!
"Iya Ali,bentar ini kunci rumah duluu" ucap Refa kemudian mengunci seluruh ruangan rumahnya.
"Ayo maa" ucap Ali bersemangat kemudian menarik tangan mamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pantaskah Aku Mencintaimu
Fiksi PenggemarSalahkah jika aku menyimpan rasa padamu? Namun aku cukup tau diri jika kamu tak pernah melihat ke arah ku.