Ali masih saja membolak-balikkan amplop coklat itu tanpa ada minat membukanya. Sebenarnya ia penasaran dengan isi amplop tersebut. Namun entah mengapa seperti ada yang mendorong untuk tidak membukanya.
"Li itu apaan sih? Daritadi cuman dibolak-balik mulu" ucap Dewi yang telah ada di kamar Ali.
"Gatau kak" jawab Ali dengan tetap menatap langit-langit yang kosong tanpa bintang. Sama seperti hatinya yang kini terasa kosong.
"Mending buat kakak Li,kalo isinya duit kan lumayan" ucap Dewi terkekeh.
"Dasarr Kak Dewi,kalo urusan duit mah semangat mulu" ucap Ali.
"Bercanda kali Liii. Yaudah deh kakak mau tidur dulu. Kamu jangan malem-malem tidurnya. Awas jangan lupa ditutup jendelanya" pesan Dewi panjang lebar pada Ali.
"Iyaa kakakku yang cantik,bawelll" ucap Ali diiringi tawanya.
Setelah menutup jendela kamarnya,ia memutuskan untuk membuka amplop tersebut sembari berbaring.
Dilihatnya foto bersama Wanda saat ia sedang menggendong Wanda keliling taman saat itu,ada pula foto Ali yang sedang menyuapi Wanda bubur ayam di rumah sakit. Dan beberapa foto lainnya.
"Kamu salah paham Prill" gumam Ali menatap langit-langit kamar.
Tiba-tiba ia teringat sesuatu yang ada di tasnya. Diambilnya kertas tersebut dan keluar dari kamar.
Ia menuju ruang tamu dengan hati-hati hingga tak menimbulkan suara sedikit pun. Ia mulai menekan angka demi angka pada telfon rumahnya dan menunggu nada tersambung. Saat ia akan menutup telfon rumahnya karena lama tak ada jawaban,tiba-tiba saja terdengar suara dari seberang sana."Halo"
Suara itu,masih terdengar serak di telinga Ali. Membuatnya merasa tak tega menelfonnya semalam ini. Namun masalah ini harus segera diselesaikan.
"Kalo lo diem aja gue tutup nih!"
Ali tak peduli ia dibentak sekarang,bahkan untuk saat ini ia lebih memilih kembali ke hari kemarin saat mereka belum mempunyai hubungan apapun.
"Gue tutup nih-"
"Prill"Sebelum Prilly menutup telfonnya,Ali telah memotongnya terlebih dahulu. Dan kini giliran Prilly yang diam seribu bahasa.
"Prill" panggil Ali lagi,dan kini ia lebih melembutkan suaranya.
"Gue butuh istirahat"
"Kasih aku waktu buat jelasin semua Prill"
"Kepala gue pusing. Gue mau tidur"
Tut..Tut..Tut..
Telfon dimatikan secara sepihak oleh Prilly. Ali tak tahu saja sebenarnya Prilly telah mengetahui bahwa yang menelfonnya tengah malam seperti ini adalah Ali. Karena ia sempat meminta nomor telfon rumah Ali pada mamanya.
Saat ia menatap nama Ali tercantum di layar flat tersebut,air mata Prilly berjatuhan tanpa disadari. Suara serak bukan karena ia sedang sakit,namun sebenarnya ia berusaha menahan air mata tersebut.
"Aku kangen banget sama kamu,Li" ucap Prilly sembari memeluk lututnya sendiri. Munafik jika ia tak ingin kembali berbaikan dengan Ali. Namun ia hanya ingin mendengar semua penjelasan dari mulut Ali sendiri.
Ia tak bisa tertidur,hanya melihat foto-foto dan video bersama Ali di ponselnya dengan terus menangis.
*****
Keesokan harinya Ali memberanikan diri menghampiri Verrel untuk menanyakan kabar Wanda.
"Adik ipar lo dateng Rel!" ucap Al bergurau.
![](https://img.wattpad.com/cover/60704087-288-k682154.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pantaskah Aku Mencintaimu
FanficSalahkah jika aku menyimpan rasa padamu? Namun aku cukup tau diri jika kamu tak pernah melihat ke arah ku.