"Udah ya,jangan nangis lagi" ucap Ali menghapus air mata Wanda dengan dasi yang digunakannya.
"Sekarang kamu mau cerita sama kakak?" tanya Ali kembali merapikan seragamnya.
"Aku belum siap kak.." jawab Wanda terisak.
"Yaudah gapapa kalo kamu belum siap,jangan nangis lagi ya. Sekarang kakak anter kamu ke kelas. Udah bel" ucap Ali mengelus kepala Wanda.
Sepanjang perjalanan Ali mengantar Wanda ke kelasnya,banyak orang yang menatap mereka heran. Wanda hanya cuek saja. Sedangkan Ali merasa tak enak pada Wanda.
"Udah kak gausah dipikirin,mereka gatau apa-apa tentang kakak. Mereka gaada hak buat judge kak Ali" ucap Wanda seakan tahu apa yang dipikirkan Ali.
"Sekali lagi makasih ya kamu mau jadi sahabat kakak" ucap Ali tersenyum.
"Iya kak,aku seneng banget bisa jadi sahabat kakak" ucap Wanda membalas senyuman Ali. Tak terasa,mereka telah sampai di kelas Wanda. Setelah mengantar Wanda,ia segera kembali menuju kelasnya.
Di tengah perjalanan,tiba-tiba saja Al dan Rasya menarik Ali ke taman belakang sekolah.
"Kalian mau ngapain? Aku harus ke kelas sebelum ada guru" ucap
Ali."Diem lo. Kita tunggu Verrel dateng" ucap Rasya tetap memegangi tangan kanan Ali.
Bukkkkk...
Bukkkkk...
Bukkkkk...
Tiga pukulan langsung mendarat di wajah dan perut Ali. Verrel yang datang langsung menghajar Ali habis-habisan,hingga Ali tersungkur dan kacamatanya terjatuh.
"Arghh" erang Ali memegang sudut bibirnya yang berdarah.
"Bangun lo!" bentak Verrel. Al dan Rasya kembali memegang kedua tangan Ali.
Bukkkkk...
"Itu pukulan buat lo karena so' baik sama cewek gue,Prilly"
Bukkkkk...
"Dan itu pukulan buat lo,karena udah berani deketin adik gue. Wanda"
Ali kembali tersungkur dengan luka di wajahnya yang bertambah.
"Gue ingetin sama lo,jangan so' baik sama cewek gue,dan satu lagi. Jangan deketin adik gue lagi. Atau gue bisa berbuat lebih dari ini. Ngerti lo?" ucap Verrel kemudian meninggalkan Ali yang masih tersungkur. Sebelumnya,ia menginjak kacamata Ali hingga retak dan patah.
Ali kemudian mencari kacamata miliknya yang telah hancur. Air matanya seketika menetes,bukan karena pukulan Verrel. Ia hanya sedih mengingat perjuangan ibu dan kakaknya membelikan kacamata tersebut. Dan kini,kacamata tersebut hancur.
Dengan tenaga yang tersisa,ia berjalan menuju ke kelasnya,ia tak peduli dengan luka di wajahnya.
"Bu..maaf saya telat" ucap Ali ketika membuka pintu kelasnya. Semua mata memandang ke arah Ali yang babak belur.
"Astagfirullah,kamu kenapa Li?" tanya Bu Tari terkejut melihat Ali yang babak belur.
"Gak papa bu,cuman luka kecil aja" ucap Ali tersenyum.
"Luka kecil gimana Li? Ini banyak banget lukanya. Kamu ikut ibu ke UKS. Dan buat yang lain kerjakan Uji Kompetensi bab 8,jangan ribut." ucap Bu Tari.
Setelah bu Tari menaruh spidolnya,ia segera membantu Ali menuju UKS.
"Cerita sama ibu siapa yang buat kamu kayak gini? Ini udah keterlaluan" ucap Bu Tari yang menyiapkan obat merah.
Ali hanya terdiam memainkan ujung seragamnya,ia hanya takut masalahnya semakin rumit.
"Ibu ngerti,kamu pasti takut sama orang yang buat kamu begini kan? Gapapa,gak usah takut. Ayo cerita sama ibu" ucap Bu Tari sambil mengobati luka Ali.
Dan,akhirnya meluncurlah cerita dimulai dari ia ditarik menuju taman belakang hingga ia babak belur begini.
"Ibu sudah duga pasti ini kerjaan mereka. Kamu gak usah takut,ibu akan panggil orang tuanya" ucap Bu Tari yang merupakan salah satu guru BK.
"Tapi bu-"
"Udah,gak usah takut. Ini sudah keterlaluan,kamu mau di UKS atau ikut belajar?" tanya Bu Tari.
"Ikut belajar aja bu" ucap Ali.
"Yasudah,kamu ikut belajar setelah jam istirahat aja ya,sekarang kamu di sini aja" ucap Bu Tari kemudian menaruh kembali kotak P3K.
"Iya,makasih bu" jawab Ali.
***PAM***
"Si Ali babak belur gitu kayanya kerjaan laki lo deh Prill" ucap Mila membalikkan tubuhnya menghadap Prilly.
"Tapi kenapa? Setau gue dia ga macem-macem sama gue?" tanya Prilly.
"Mungkin gara-gara masalah kemarin?" ucap Livia.
"Taudeh,terserah dia aja" ucap Prilly kemudian kembali membaca novelnya.
Mila menggelengkan kepalanya melihat sikap Prilly. Sebenarnya,pikiran Prilly tidak pada novel tersebut. Ia memikirkan keadaan Ali.
Apa bener yang dibilang Mila kalo dia babak belur karena Verrel? Dan kenapa gue khawatir banget sama Ali,batin Prilly.
"Woii Prill" Mila dan Livia mengejutkan Prilly yang menatap kosong novel dihadapannya.
"Apaan sih Mil,Liv?" tanya Prilly kesal.
"Lo ga ngedenger nama lo barusan dipanggil?" tanya Mila.
"Engga,dipanggil siapa emang?" tanya Prilly.
"Lo dipanggil kepsek di ruangann" ucap Livia heboh.
Prilly membulatkan matanya,senakal-nakalnya ia,belum pernah sampai dipanggil kepsek. Dengan satu tarikan nafas,ia berjalan keluar kelas menuju ruang kepala sekolah.
Sebelum menuju ruang kepala sekolah,ia melewati UKS dan melihat Ali sedang memejamkan matanya sambil berbaring. Ujung bibirnya dan dahinya diberi plester. Untuk beberapa saat ia menatap Ali hingga akhirnya...
Sekali lagi panggilan kepada Prilly Queena Azalia Latuconsina kelas XI-2 IPS ditunggu di ruang kepala sekolah,terima kasih
Suara dari speaker mengejutkan Prilly,dia segera berlari kecil menuju ruang kepala sekolah.
"Permisi" ucap Prilly saat masuk ke ruang kepala sekolah.
"Prilly?" tanya Pak Dani yang merupakan kepala sekolah.
"Iya pak,saya" ucap Prilly.
"Duduk" perintah Pak Dani tegas.
Prilly langsung menarik kursi dan duduk menatap kepala sekolah di hadapannya."Menurut guru yang ngajar kamu. Kamu itu sering melanggar aturan. Dan yang terpenting nilai kamu,selalu dibawah rata-rata. Dan bapak mau,kamu ubah sikap dan nilai pelajaran kamu. Untuk minggu ini,bapa menugaskan guru yang mengajar kamu untuk memberi tugas tambahan. Dan harus dikerjakakan!" perintah Pak Dani.
Prilly yang saat itu pikirannya sedang kacau karena Ali,ia hanya bisa mengiyakan perintah Pak Dani.
***PAM***
Haii!! Part ini gimanaa menurut kaliaaaan? Vomments yaaa!
19 Februari 2016
KAMU SEDANG MEMBACA
Pantaskah Aku Mencintaimu
FanfictionSalahkah jika aku menyimpan rasa padamu? Namun aku cukup tau diri jika kamu tak pernah melihat ke arah ku.