"Ngomong aja,Wan" ucap Ali meluruskan kakinya yang sedikit pegal karena sedari tadi berdiri.
"Buat kakak,aku ini apa?" tanya Wanda mengubah posisi duduknya.
"Sahabat kakak lah Wan.." jawab Ali membenahi rambutnya yang berantakan.
"Kalo dibanding sama.. Kak Prilly?" tanya Wanda ragu.
"Bagi aku,kalian sama. Punya tempat tersendiri di hati aku" ucap Ali menunjuk dadanya.
"Tapi kakak lebih milih Kak Prilly kan?" tanya Wanda.
Ali hanya terdiam,ia tidak bisa menjawab sepatah kata pun.
"Bener kan kak? Aku gapapa kok ka. Aku ngerti. Kalau kehadiran aku emang menghalangi kakak sama kak Prilly,aku akan mundur" ucap Wanda berat hati.
"Bukan gi-"
"Ssst,udahlah kak. Mata kak Ali gak bisa bohong. Kak Ali cinta sama kak Prilly kan?" ucap Wanda menaruh jarinya dibibir Ali.
"Aku ini perempuan juga kak. Paling gak suka nunggu,apalagi udah dikasih harapan dan perhatian lebih. Aku yakin kak Prilly juga cinta sama kakak" ucap Wanda tersenyum.
"Maafin aku kak. Aku udah jatuh cinta sama kakak. Tapi aku mohon,setelah ini kita bersikap biasa aja" ucap Wanda meraih tangan Ali dan digenggamnya.
"Ja..jadi,kamu?" mata Ali membulat sempurna. Tak percaya dengan yang dikatakan Wanda.
"Dan aku pengen,liat orang yang aku cintai bahagia" ucap Wanda.
Entah mengapa tiba-tiba Ali memeluk Wanda erat."Maafin kakak. Tapi perasaan kakak ke kamu hanya sebatas adik-kakak" ucap Ali mengelus punggung Wanda.
"Aku gapapa kak. Aku bakal bahagia,kalo liat orang yang aku cintai bahagia sama orang yang dia cintai" ucap Wanda berusaha menahan air matanya.
"Jangan pernah berubah. Kita tetap sahabat. Janji?" ucap Ali menangkup pipi Wanda. Wanda mengangguk. Namun tiba-tiba ia merasakan sesuatu keluar dari hidungnya.
"Wan? Ka..kamu gapapa?" tanya Ali panik. Ia segera menggendong Wanda untuk keluar mall,tak memperdulikan orang-orang yang menatapnya aneh.
"Pak,ayo ke rumah sakit!" ucap Ali setelah Pak Slamet membukakan pintu mobil. Dalam perjalanan Ali tak henti-hentinya memanjatkan doa.
PLAKKKK
Satu tamparan berhasil mendarat di pipi mulus Ali. Bukannya mendapat ucapan terima kasih,ia malah dihadiahi satu tamparan keras.
"Lo apain adik gue,hah?!" bentak Verrel pada Ali yang hanya bisa menatapnya datar.
"Aku gak apa-apain Wanda. Dia tiba-tiba mimisan gitu Rel!" ucap Ali mencoba membela diri.
BUGGGGGHH
"Tiba-tiba lo bilang?! Jelas-jelas tadi dia lagi bareng lo brengsek!" ucap Verrel pada Ali yang tersungkur di lantai. Beruntung saat itu Wawan datang di waktu yang tepat.
"Verrel! Udah! Ini bukan salah dia! Penyakit Wanda kembali!" ucap Wawan menarik tubuh Verrel yang mencoba menghabisi Ali kembali. Verrel menggeleng tak menyangka sembari mengusap wajahnya kasar.
"Pergi kamu dari sini!" ucap Vera yang baru datang pada Ali.
"Maaf tante. Saya akan tunggu di sini sampai Wanda sadar" ucap Ali.
"Saya bilang kamu pergi! Saya gak mau anak saya tambah parah karena ada kamu!" ucap Vera. Namun tak lama kemudian pintu ICU terbuka.
"Maaf,Wanda telah sadar. Silahkan dijenguk,tetapi jangan terlalu banyak diajak ngobrol terlebih dahulu" ucap dokter yang memeriksa Wanda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pantaskah Aku Mencintaimu
FanfictionSalahkah jika aku menyimpan rasa padamu? Namun aku cukup tau diri jika kamu tak pernah melihat ke arah ku.