"Kamu yakin mau ke sekolah sendiri? Mama anter aja ya,lagian kamu belum pulih bener" ucap Ully sembari memegang dahi Prilly.
"Gapapa ma. Lagian mama kan harus jemput papa di bandara" jawab Prilly sembari menghabiskan sarapannya.
"Yaudah deh kalo gitu. Kamu hati-hati yaa" ucap Ully mengelus kepala Prilly.
Tak seperti biasanya,kini ia hanya diam sambil sesekali melirik ke arah jendela. Entahlah,firasatnya tak begitu baik untuk hari ini.
"Piyiii,kangennnnn" Livia dan Mila langsung menghampiri sahabatnya tersebut yang baru saja sampai di pintu kelas.
"Kangen jugaaaa" ucap Prilly memeluk kedua sahabatnya.
"Taro dulu sana tas lo. Kita rumpi-rumpi cantik dulu di kantin" ucap Livia.
Sambil menyimpan tasnya,ia melirik bangku di sebelahnya. Ada rasa rindu yang menyeruak di dada Prilly. Sedikit bingung karena biasanya Ali datang lebih pagi darinya.
"Prill,ayo! Keburu bel" ucap Mila mengejutkan Prilly.
"Kok tumben sih Ali belum dateng? Kemaren masuk ga?" tanya Prilly pada sahabatnya.
"Ciee kangen Alii" goda Mila pada Prilly.
"Ihh,gue seriuss Milaa. Dia kemaren masuk gak?" tanya Prilly mengulang pertanyaannya.
"Masuk kok. Gak usah khawatir" ucap Livia menepuk bahu Prilly sambil sesekali melirik Mila.
"Kok firasat gue gak enak yaa Mil,Liv?" tanya Prilly.
"Cuman firasat doang ko. Gak usah dipikirinn" ucap Mila.
Tak lama kemudian bel pun berbunyi,mereka segera kembali menuju kelas. Prilly masih heran karena bangku di sampingnya masih kosong. Yang membuatnya tambah heran yaitu saat Pak Bandi mengabsen. Nama Ali Andrean tidak ia sebutkan.
"Maaf pak" ucap Prilly mengacungkan tangannya.
"Ada apa Prilly?" tanya Pak Bandi.
"Kenapa nama Ali gak disebutin? Kalo pun gak masuk kan biasanya disebutin?" tanya Prilly heran. Membuat semua siswa menoleh ke arahnya.
"Nanti saja bertanya nya,ini waktunya belajar. Buka halaman 65" ucap Pak Bandi kemudian membuka bukunya. Membuat Prilly mencebikkan bibirnya sebal.
****
"Pak,kasih saya waktu satu minggu lagi. Saya janji akan membayar yang dua bulan ini Pak"
"Tidak bisa,saya udah kasih waktu satu bulan,tapi kalian tetap saja tidak bisa bayar"
"Tapi kami udah bayar setengahnya Pak"
"Bantu keluarkan barang-barang dari rumah mereka!"
Disinilah mereka berada. Di depan ruko yang sudah tidak digunakan lagi beralaskan kardus yang sedikit basah karena terkena air hujan.
"Mama mau makan apa? Biar Ali cariin makan" ucap Ali. Ya,mereka diusir dari kontrakan rumah mereka karena tidak bisa membayar sewa selama dua bulan. Bahkan kondisi Refa sedikit memburuk,mungkin karena banyak pikiran,ditambah lagi dengan beasiswa Ali yang terpaksa dicabut.
"Udah,gak usah. Nanti aja,kamu pasti cape kan? Daritadi bawain semua barang. Udah istirahat dulu aja" ucap Refa.
"Tapi kan mama harus minum obat. Udah ya,Ali beli dulu makanan. Kak titip mama dulu ya" ucap Ali kemudian mengecup kening Refa dan Dewi bergantian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pantaskah Aku Mencintaimu
Fiksi PenggemarSalahkah jika aku menyimpan rasa padamu? Namun aku cukup tau diri jika kamu tak pernah melihat ke arah ku.