Chapter 21

4.3K 212 5
                                    

Keesokan harinya, Bulan sudah menyangka kalau teman - temannya bakal menanyakan tentang apa yang terjadi antara dia dan Rio.

Sesampai dikelas teman - temannya Bulan langsung menanyakan hal - hal yang menurut Bulan gak penting.

"Bulan, ceritain semuanya ke kita tentang ada apa lo sama Rio?" Tanya Thania.
"Wajib cerita Bulan." Kata Dianty.

"Gak mau ah males, masih pagi gue udah disuruh cerita aja." Jawab Bulan.
"Ihh gitu lo, kita kan sahabat lo." Ucap Thania lagi.
"Iya kepo nih." Kata Nanda.

"Nanti aja tuh bu Santi udah masuk." Kata Bulan.
"Tapi janji ya nanti istirahat lo harus ceritain semua." Ucap Dianty.
"Bawel lo semua." Ucap Bulan dingin.

Setelah 4 jam pelajaran bel istirahat pun berbunyi.
"Oke. Bulan lo udah janji bakal ceritain ke kita." Kata Nanda.

Dengan terpaksa Bulan menceritakan semuanya ke teman - temannya.

"Ohh gitu, jadi lo sama Rio tuh gak ada apa - apa." Kata Dianty.
Bulan hanya mengangguk pelan.

"Yaudah ke kantin yuk laper nih gue." Kata Nanda.
"Yaudah yuk." Kata Dianty.
"Bentar gue ambil uang gue dulu di dompet." Ucap Thania.

Sesampai dikantin tidak sengaja mereka berpapasan dengan Rizki, dan juga Ardi.

"Nan, Ardi tuh." Ledek Thania sambil menyenggol pundak Nanda.
"Apasih biarin aja." Kata Nanda.
"Sok muna lo." Ucap Bulan.

Ketika Rizki dan Ardi jalan melewati Dianty, dan teman - temannya. Rizki tersenyum kepada Dianty, senyuman yang sangat jarang ia keluarkan.
Dianty hanya membalas senyuman Rizki, tanpa Dianty sadari pipinya mulai memerah.

"Kenapa lo nty?" Tanya Nanda yang melihat pipi Dianty memerah.
"Kepo." Jawaban singkat dari Dianty.

Setelah mereka makan dikantin, mereka pun kembali ke kelas.
Dan mengikuti pelajaran setelah istirahat.

***

Bel pulang pun berbunyi. Dianty dan teman - temannya sudah berencana untuk pulang bareng.

Bulan yang sedari tadi tidak melihat Rio tiba - tiba saja dia kepikiran Rio.

"Eh gue kok dari tadi gak liat Rio ya?" Tanya Bulan kepada teman - temannya sambil melihat ke sekeliling lapangan.

"Mungkin dia gak masuk, Lan." Kata Nanda yang sedari tadi sibuk dengan handphonenya.
"Nan, lo diliatin tuh sama Ardi." Kata Thania.
"Biarin aja, dia punya mata buat ngeliat apa aja yang dia mau." Ucap Nanda.

"Lo lagi ngapain sih sibuk banget?" Tanya Dianty yang melihat Nanda memainkan handphonenya.

"Gua bingung deh Nan sama sikapnya Ardi, dia tuh kadang asik, kadang yaaa gitu kayak batu es." Ucap Thania.
"Kan gue udah pernah bilang sama lo Than." Balas Nanda.

"Kayaknya dia suka deh Nan sama lo." Kata Dianty.
"Apasih, lo tau kan dia belum bisa move on dari mantannya?" Kata Nanda.

Kedua temannya hanya mengangguk pelan. Sikap Ardi itu membingungkan, membuat Nanda juga bingung untuk mundur atau tetap bertahan.

Menurut Nanda, bertahan buat cinta yang gak pasti itu menyakitkan, tetapi apa salahnya kita bertahan buat cinta kita, apa yang kita mau yaa walaupun akhirnya kita gak bakal tau.

"Thania!" Panggil Faiz sambil melambaikan tangannya ke Thania.
Thania langsung salah tingkah saat tau kalau yang memanggilnya adalah Faiz.

"Hei, lo balik sama siapa?" Tanya Faiz yang sudah berdiri di depannya.
"Gue balik sama mereka." Kata Thania sambil menunjuk ke arah teman - temannya.

"Hati - hati ya." Ucap Faiz sambil tersenyum dan mengelus rambut Thania.
Seketika pun pipi Thania memerah.
Mama... Thania pengen teriak rasanya... batin Thania

"Mm.. iyaa lo juga hati - hati ya." Balas Thania kepada Faiz.
"Iya, gue balik duluan yaa. Bye." Ucap Faiz sambil mencubit pelan pipi Thania.

"Ciee dikit lagi juga jadian." Kata Nanda meledek Thania.
"Apasih." Balas Thania sambil tersenyum malu.

"Yaudah yuk ke mobil." Ajak Nanda.
"Yah nanti dulu dong gue belum liat Rio nih." Kata Bulan.
"Udah mungkin dia udah di parkiran." Ucap Dianty.

Mereka pun jalan menuju parkiran sekolah yang letaknya tidak begitu jauh dari lapangan.
Saat mereka jalan menuju parkiran, Bulan melihat kearah belakang dan ternyata ada Rio yang sedang berjalan juga menuju parkiran.

"Hai." Sapa Rio.
Bulan hanya memutarkan kepalanya kedepan dan mulai salah tingkah hingga dia tidak tau kalau pipinya mulai memerah.

"Tuh Rio, tadi nyariin katanya hari ini belum lihat dia." Ledek Thania.
"Cie pipinya merah gitu." Kata Nanda.

"Hai Bulan." Sapa Rio lagi untuk yang kedua kalinya.
Lagi - lagi Bulan hanya menunduk malu tanpa membalas sapaan Rio.

Tanpa mereka sadari, mereka sudah sampai di depan mobil Nanda yang diparkir sebelah dengan mobil Rio.

"Bulan mau bareng gak?" Tanya Rio kepada Bulan.
"Mm.. makasih ya Yo, gue bareng mereka." Balas Bulan.
"Yaudah hati - hati ya." Kata Rio.

"Dah kita mah apa atuh ya Nan, Rizki sama Ardi nyapa aja udah seneng banget apalagi diajak balik bareng." Ucap Nanda.
"Kita mah cuma bisa sabar sampe es batu itu meleleh." Kata Nanda.

"Haha. Udah yuk ah pulang." Ajak Thania.

***

Sesampai dirumah mereka masing - masing, mereka langsung berbaring diatas kasur.

Saat sedang ingin memejamkan matanya, handphone Nanda langsung terdengar suara notif.

"Nanda" Ardi.

"Kenapa dia ngechat gue? Gak biasanya." Ucap Nanda.

"Kenapa Ar?" Nanda

"Lo lagi dimana?" Ardi.

"Dirumah emangnya kenapa?" Nanda

"Ada yang pengen gue omongin, tapi gak jadi deh lain kali aja kayaknya lo masih cape." Ardi.

"Nggak kok ngomong aja." Nanda

"Nanti aja kita ngomong langsung." Ardi.

"Mau ngomong apa sih Ardi bikin gue penasaran aja." Kata Nanda.

------------------------

Untuk kesekian kalinya aku minta maaf sama kalian karna selalu telat buat update, bingung soalnya.
Kasih sarannya ya guys.

Oiya votenya dan commentnya jangan lupa juga.

Terima kasih buat yang masih setia nunggu PHP.

-syva


PHPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang