In The Forest (part 2)

105 15 0
                                    

Sudah dua hari itu, hujan deras menghujami hutan. Namjoo tampak terdiam di depan perapian, menopang wajahnya di atas kedua lengan di atas lututnya, mengamati kobaran api dengan sunyi. Sanghyuk berada di sebelahnya, menaruh beberapa ranting ke dalam perapian untuk menambah kobaran api.

"... Aku benci saat hujan seperti ini..." lirih Namjoo kemudian, memecah keheningan.

Sanghyuk berhenti, ia kemudian meniru posisi Namjoo dan menoleh padanya. "Kenapa?"

"Karena... semuanya menjadi sangat dingin... Aku tidak bisa keluar rumah dan... saat seperti ini, membuatku sangat merindukan ayahku..." jelasnya pelan.

Sanghyuk terdiam memahami gadis itu, 'Apakah ini saatnya aku menanyakan tentang ayahnya?' pikirnya. Ia menelan ludah sebelum berkata, "Bolehkah aku tahu... Kemana ayahmu pergi?" tanyanya berhati-hati.

"Ayahku... pergi untuk mencari pengobatanku..." jawab Namjoo sembari menoleh pada lelaki itu.

Sanghyuk mengangkat alis, "Tapi, ramuan itu-" ujarnya sembari menunjuk laci obat-obatan.

Namjoo menggeleng, "Itu tidak mengobatiku, itu hanya meredakan lukanya saat aku terkena sinar matahari-"

'Meredakan? Tapi kau mengerang kesakitan...' batin Sanghyuk sembari mengernyitkan dahi.

"Ayahku meninggalkannya, sebelum ia pergi, untuk berjaga-jaga... Aku akan tetap mendapatkan bekasnya, ayahku sangat mengkhawatirkan hal itu... Ia bilang, anak perempuan tidak boleh punya bekas luka... Nanti aku tidak bisa menikah haha-dan melihatku hanya bisa terkurung di rumah ini, membuat ayahku ingin mencari pengo- Sanghyuk?"

Namjoo menghentikan kalimatnya begitu lelaki itu menyambar lengannya, menarik lengan bajunya yang panjang. Lelaki itu terdiam membeku begitu melihat tangan gadis itu tampak menghitam, warnanya kontras berbeda dengan bagian yang tidak terkena matahari.

Namjoo langsung menarik lengannya. "K-kau jangan melihatnya!" pekiknya.

"Namjoo..."

Sanghyuk kemudian merasa bodoh, menyadari bahwa selama beberapa hari ini Namjoo selalu mengenakan lengan panjang dan ia tidak pernah sekalipun menyanyakan kondisinya setelah hari itu.

Namjoo kemudian menyembunyikan lengannya di belakang punggungnya sembari mulai menjauhkan tubuhnya dari Sanghyuk. "K-kurasa aku tahu maksud ayahku... Lelaki... tidak suka melihat perempuan seperti ini kan?" ujarnya mulai gemetaran, menatap pandangan Sanghyuk dengan berkaca-kaca.

Sanghyuk menggeleng, "Tidak, Namjoo..."

Namjoo bangkit berdiri, berlari menuju kamarnya dan menutup pintunya dengan keras.

"Namjoo! Hei! Namjoo buka pintunya! Kumohon!" pekik Sanghyuk sembari berusaha memutar kenop pintunya, namun nihil, pintunya telah terkunci.

Namjoo tidak menjawabnya, ia terisak menangis di ranjangnya.

*

Namjoo terbangun di keesokan harinya, kali ini ia tertidur lebih lama. Jam menunjukan angka setengah sepuluh di kamarnya. Ia membuka pintu kamar, melihat ruang tengah yang kosong, selimut tergeletak di atas sofa. 'Kemana dia?' batinnya. Ia merasa bersalah setelah kejadian kemarin, 'Bagaimana kalau dia benci padaku karena hal itu?' batinnya berbicara lagi.

Ia kemudian mulai gelisah, 'Apa dia pergi berburu?'. Ia masuk menuju dapur, menangkap pandangan persediaan jamur yang masih menumpuk dan kelinci yang sudah dikuliti di dalam panci.

Ia kembali ke ruang tengah, membuka pintu kamar mandi. Namun kembali nihil. Tiba-tiba dadanya berdegup kencang, kedua matanya berkeliaran panik. 'Bagaimana jika dia pergi? dan tidak kembali lagi?' benaknya kemudian. Ia tidak bisa membayangkan hal itu, namun kalimat itu pun menyadarkannya. Ia sadar, bahwa Sanghyuk hanyalah orang asing yang ditemukannya. Ia bahkan tidak mengetahui asal-usulnya. Sanghyuk hanya tinggal di rumahnya karena ia terluka, dan setelah lukanya sembuh... Sanghyuk akan pergi meninggalkannya dan ia pasti akan kembali ke keluarganya.

Namjoo X Hyuk FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang