Hening, hanya suara tapak kuda yang konstan terdengar menapak permukaan tanah memenuhi telinga mereka, sesekali suara serangga malam di ladang yang tengah mereka lewati.
“Namjoo? Kau baik-baik saja? Katakan sesuatu…” ucap Sanghyuk setelah hanya sunyi mengisi di antara mereka.
“Aku… baik-baik saja Sanghyuk…” jawab Namjoo pelan. Di dalam benaknya, ia masih khawatir atas dirinya keluar jauh dari rumah dan hutan, namun ia tidak ingin membuat Sanghyuk khawatir.
“Katakan padaku jika kau ingin beristirahat, hm?” ucap Sanghyuk.
Hari pertama perjalanan mereka cukup lancar, hanya melewati hamparan padang rerumputan dan perladangan. Mereka memutuskan beristirahat saat subuh di sebuah lumbung ladang.
Sanghyuk meminta izin pada pemiliknya begitu matahari terbit, menawarkan beberapa emas sebagai bayaran untuk menetap disana. Ia kembali ke lumbung setelah sebelumnya memberi makan kudanya, menangkap pandangan Namjoo yang sedang bersandar di tumpukan jerami, menoleh pada lelaki itu.
“Kau belum tidur?” tanya Sanghyuk otomatis.
Namjoo menggelengkan kepalanya, “Aku menunggumu…”
Bibir Sanghyuk otomatis tertarik tersenyum.
Perjalanan dilanjutkan kembali begitu matahari telah terbenam sempurna, perladangan mulai berganti menjadi hutan bambu yang terdapat beberapa kolam kecil di berbagai tempat. Dengan kondisi yang seperti itu dan gelapnya malam membuat kudanya tidak berlari dengan kecepatan maksimal. Jika seandainya mereka mengambil perjalanan pada siang hari, mereka bisa mencapai gunung utara dengan hanya dalam kurun waktu 3 hari. Tapi dengan kondisi seperti ini Sanghyuk memperkirakan paling cepat mereka akan tiba dalam 5 hari.
Mereka mampir lebih cepat dan menetap di penginapan desa kecil di tengah perjalanan, khawatir tidak akan menemukan tempat berlindung jika mereka memaksa terus melaju.
Begitu terus berulang selama tiga hari berikutnya, hanya pemandangan yang berganti, itu pun tidak terlalu signifikan mengingat mereka hanya mengandalkan cahaya lentera yang lemah dan bintang-bintang di langit.
Malam ke lima, seperti yang diperkirakan Sanghyuk, kini mereka sudah tiba di lereng gunung. Udara dingin pegunungan mulai mencubiti kulit mereka, yang walaupun telah dilapisi pakaian tebal beserta mantelnya.
“Sebentar lagi sampai, Namjoo…” bisik Sanghyuk di telinga Namjoo.
Walaupun faktanya mereka berdua hampir tiba, namun Sanghyuk merasakan perasaan tidak menyenangkan menjalari tubuhnya. Benaknya mulai berbicara yang tidak-tidak. Ia mengingat di desa terakhir mereka singgah, ketika dirinya mencari tahu keberadaan si penyihir, namun tak ada seorang pun yang mengetahui keberadaannya lebih dari sepuluh tahun ini. Mereka bilang ‘Sia-sia saja mencarinya’, ‘Era penyihir sudah punah Anak Muda!’ dan ada pula yang terbahak ketika Sanghyuk menanyakannya.
Mengingat hal itu, membuat benaknya merasa ada yang ganjal… sepenuhnya ia baru sadar, bahwa dari awal bahkan ketika Ayah Namjoo menyuruhnya, pria itu tidak benar-benar memberitahunya dengan pasti. ‘Bagaimana jika si penyihir itu tidak ada? Menghilang? Ataupun telah lama mati?’ Jantungnya mulai berdegup lebih kencang memikirkannya, sebelum kemudian pandangannya dikejutkan oleh penerangan ekstra yang tiba-tiba. Kepalanya mendongak, malam ini malam purnama. Sang Bulan kini sepenuhnya menampakkan diri dari balik awan.
Bibirnya kemudian tersenyum, kini ia menyadari sedang melintas di padang bunga lavender, dan jauh berpuluh meter di depan mereka, hutan pinus menanti menyambut mereka.
“Namjoo, lihat! kita melintasi padang bunga lavender! Warnanya ungu, bukankah itu warna kesukaanmu?” pekik Sanghyuk kemudian.
Ada jeda sejenak, “Ya… ini indah sekali…” sahut Namjoo pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Namjoo X Hyuk Fanfiction
Short StoryKumpulan Fanfic Apink Namjoo X VIXX Hyuk dari author yg sama di aff: chanyeolove aku tertarik untuk upload disini juga ^^ semoga terhibur jangan lupa comment yaa ;)