Lexus masuk kedalam ruang latihan siang itu dengan keadaan sangat lesu. Bukan, melainkan dibawah titik putus asa jika memang ada, dan membuat Brandon tergelak saat menyadarinya.
Brandon duduk di tepi panggung duel pedang sebelum menyenggol lengan Lexus pelan, "kau putus asa," katanya sebagai pernyataan bukan pertanyaan.
"Ya, aku sudah menyetempel kata itu di seluruh wajahku. Tidak perlu bertanya sebabnya," tukas Lexus yang sangat mengenal sifat Brandon yang selalu ingin tau tentang apapun.
Brandon mengendik, "aku tidak perlu bertanya untuk tahu sebabnya, karena aku memang tahu."
"Kau hanya sok tahu."
Brandon tergelak keras, "mau taruhan? Berapa dolar yang kau punya?" Tantang Brandon membuat Lexus melepas stetsonnya dan menyugar rambutnya.
"Aku tidak punya uang untuk taruhan, anggap saja kau memang tahu," katanya malas.
"Nah ... nah ... itu, sikap malasmu itu mengatakan lebih dari pada apa yang dikatakan oleh mulut busukmu."
Lexus akhirnya tergelak saat mendengar Brandon mengatakan mulutnya busuk padahal jika dibandingkan dengan Lexus, Brandon lebih kasar soal umpatan.
"Terserah kau saja," jawab Lexus meninggalkan panggung dan menuju bufet untuk mengambil pistol untuk mengisinya dengan peluru dan mesiu.
Brandon turun dari panggung dan mengembalikan pedang ang tadi digunakannya untuk latihan sebelum menghampiri Lexus yang bersiap untuk membidik sasaran di depannya.
"Kau butuh wanita," kata Brandon tiba-tiba membuat pistol Lexus meletus karena terkejut mendengar tebakan Brandon tepat sasaran.
"Keparat, bajingan, jahanam, aku tidak menulis itu diwajahku," umpat Lexus kesal dengan menatap tajam temannya yang menyeringai padanya karena berhasil menebak apa yang coba disembunyikannya dari orang lain.
"Kau memang tidak menulisnya, tapi wajahmu mengatakannya."
Lexus mendesah berat sebelum meletakkan kembali pistolnya diatas bufet untuk bersandar dan mengusap wajahnya dengan letih.
"Kau terlihat kacau, Bung."
"Ya, dia mengacaukanku. Jika kau pikir tuan Meyer adalah lambang dari penyiksaan, maka Kau belum mengenal gadis ini," sinis Lexus membuat mata Brandon berbinar.
"Kalau begitu, kenalkan aku padanya. Kau membuatnya terlihat seolah dia adalah sumber adrenalin."
Lexus menatap tajam temannya yang tidak menyadari kekesalan Lexus, "tidak akan, jangan bermimpi."
Brandon berkacak pinggang dan menatap geli pada Lexus, yang membuat Lexus menyadari bahwa baru saja Lexus menolak dengan kesal ide untuk mengenalkan Audrey pada Brandon.
"Jangan pernah berpikir seperti itu," tunjuk Lexus saat melihat Brandon mengangkat alisnya untuk mencoba mengerti apa yang sedang terjadi antara Lexus dan gadis yang sedang mereka bicarakan, "dia bukan siapa-siapaku," tukas Lexus cepat-cepat.
"Lalu kenapa Kau menolak saat aku ingin mengenalnya? Kau terlihat terganggu."
"Nah ... nah ... kau mulai sok tahu lagi," sinis Lexus beranjak mengambil pistol diatas bufet yang tadi sempat diletakkannya.
Brandon tergelak sebelum membuka bufet itu untuk mengambil pistol dengan model yang sama seperti yang digunakan oleh Lexus.
"Bagaimana jika kita taruhan?"
"Aku sudah bilang aku tidak punya uang."
"Tapi aku punya," jawab Brandon dengan mengisi peluru dan bubuk mesiu. "Lima sasaran untuk lima peluru, jika kau berhasil mengenai kelimanya dengan tepat maka kau akan mendapatkan uangku. Tapi jika tidak maka beri tau aku siapa namanya," tantang Brandon.
Lexus menyipit, "nama siapa?"
"Si Gadis Adrenalin."
"Jangan memanggilnya seperti itu," protes Lexus membuat Brandon mengendik tak acuh sebelum mengibaskan tangan mempersilahkan Lexus untuk bersiap membidik.
Lexus bersiap untuk membidik dan menembak, mengisi peluru lalu mesiu, sebelum kembali menembak di lima papan sasaran. Mengumpat dalam hati saat dua dari lima pelurunya meleset.
Lexus mundur untuk memberi ruang bagi Brandon bersiap di sarana membidik yang disediakan namun Brandon tidak beranjak dari tepatnya berdiri sebelum dengan santai melepaskan tembakan untuk mengambil kemenangan yang manis. Bahkan peluru Lexus yang menancap kini terdorong keluar dari papan sasaran oleh peluru Brandon.
"Sialan, kau sudah ahli. Jika kau ingin bertaruh maka kau sebaiknya menungguku hingga aku sejajar denganmu," bentak Lexus membuat Brandon tergelak keras.
"Oke, maafkan aku sudah melukai harga diri peternakmu," ledek Brandon membuat Lexus tertawa pelan mendengar kata-kata konyol Brandon.
Lexus menunduk untuk meraba pistol yang masih terasa hangat setelah digunakan itu dengan jarinya yang besar sebelum kembali mendongak menatap temannya, "namanya Audrey ... Audrey Aston. Mungkin suatu saat aku akan mengenalkanmu padanya, tapi tidak sekarang." Jawab Lexus menepati taruhannya dan sejujurnya tanggapan Lexus membuat Brandon terkejut.
Brandon hanya menatap punggung Lexus yang menjauh dan menghilang keluar dari ruang latihan sebelum mendesah.
Lexus sulit sekali dipahami. Sangat tertutup dan tidak bisa ditebak. Sesaat yang lalu sinis dan terlihat sangat kesal saat Brandon meminta untuk mengenalkannya pada gadis bernama Audrey Aston ini dan membuat Brandon berpikir bahwa Lexus menyukai gadis itu tapi sesaat kemudian menyerujui untuk mengenalkan mereka seolah Lexus tidak peduli pada gadis itu.
Brandon pernah melihat mata seperti mata Lexus, bukan warna birunya, tapi bagaimana cara Lexus menatap. Seperti seorang laki-laki yang baru pulang dari peperangan dan menjadi satu-satunya orang yang hidup sedangkan semua temannya mati di mendan perang. Lexus seperti punya ketakutan yang besar pada sesuatu atau seseorang, berusaha menekan rasa takut itu dengan sekuat tenaga tapi tidak tahu bahwa dalam prosesnya mungkin akan menghancurkan orang lain.
Semoga saja bukan gadis bernama Audrey Aston ini yang akan hancur.
Lexus memang bukan orang jahat, tapi tetap mampu melukai orang lain tanpa disadarinya.
Brandon sangat tahu, karena Brandon pernah mengalaminya dan sangat bersyukur tidak ada orang-orang baik yang berada didekatnya sehingga tidak akan beresiko mematahkan seseorang yang dikasihinya, tapi lain halnya dengan Lexus, Lexus mencintai Audrey tapi berusaha mengelak, dan semoga saja Audrey tidak menaruh hati pada Lexus karena menghadapi laki-laki dengan masalalu yang belum selesai akan membuat hati gadis itu patah jika tidak mampu membawa Lexus kembali dari luka-lukanya.
Butuh seorang gadis yang tangguh untuk mengobati luka dan membawanya kembali. Jika Audrey terlalu manis dan lembut maka sama saja gadis itu menghancurkan dirinya sendiri dalam prosesnya.
Brandon mendesah dan mengembalikan dua pucuk pistol itu kedalam bufet sebelum menatap kembali kearah papan sasaran, lalu tersenyum muram.
Beberapa hari yang lalu, Lexus masih belum sama sekali bisa menyerempet papan sasaran, tapi dengan Audrey sebagai taruhannya, Lexus mengenai tiga papan sasaran, yang berarti Lexus tidak akan main-main jika soal keselamatan gadis itu. Hanya butuh sedikit dorongan untuk menjadikannya penembak jitu, tapi butuh banyak sekali dorongan untuk membuatnya mengakui cintanya pada Audrey.
Lucu, lucu sekali. Dasar peternak bodoh. maki Brandon muram pada temannya, menyesali tidak bisa menolong Lexus jika Lexus tidak mau menolong dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
the GAME of FATE (Paxton seri 2)
RomanceCerita ini sudah dibukuka dengan judul yang sama (@70k) untuk pemesanan bisa menghubungi penulis. Selama ini, Audrey selalu meminta tolong pada Tuhan untuk melapaskannya dari ayahnya dan hanya berpikir bahwa mungkin Tuhan sedang sibuk dengan permint...