Lexus mengeryit dan membuka matanya sebelum mengedarkan pandangan untuk kemudian mengingat bahwa tadi malam Lexus tidur di gudang demi gadis yang ini sedang tergelak keras di luar. Gadis itu benar-benar membuatnya sangat putus asa, bahkan gadis itu tidak membiarkannya tidur dengan nyenyak. Memangnya sudah jam berapa sekarang, sehingga gadis itu sudah membuat keributan dengan gelak tawanya yang terdengar sangat lepas.
Lexus duduk dari tidurnya dan mengambil kemejanya yang di letakkannya dengan asal di salah satu kursi dekat alas tidurnya sebelum berdiri perlahan, dan beranjak kearah pintu gudang untuk melihat apa yang terjadi.
Lexus bersandar dan memegangi perutnya saat melihat gadis itu menjerit dan memekik oleh ulah William yang dengan pantang menyerah menjilati wajah Audrey, membuat gadis itu tertawa dan tidak mampu duduk dari rebahnya dirumput.
"Terus serang dia, William. Ya, begitu," perintah Edward pada anjing gemuk milik peternakan mereka yang kini berputar-putar disekitar kepala Audrey untuk mejilati wajah Audrey.
"Aku menyerah, Ed. Aku mohon ... " sebelum menjerit lagi saat William menyasar mata Audrey dengan lidahnya yang basah dan kasar, "minta dia untuk ... "
Lexus bersiul nyaring untuk mengalihkan William dan membuat anjing gemuk itu beranjak mendekati Lexus dengan goyangan ekor pendeknya.
Audrey duduk dari rebahnya dan mengusap wajah lalu meludah ke tanah saat bulu William tersangkut di bibirnya tanpa sengaja.
"Kau tidak asik," keluh Edward dengan bersedekap disamping Audrey untuk melihat kebelakang mereka.
Audrey berbalik untuk memastikan siapa yang sedang digerutui oleh Edward dan segera tertegun saat melihat Lexus berjongkok untuk mengusap pelakang telinga William yang mendengkur senang. Audrey tersenyun saat tahu bahwa yang menyelamatkannya dari serbuan ciuman anjing gemuk itu adalah Lexus.
Lexus menepuk pelan kepala William sebelum melihat kearah Edward, "aku hanya tidak ingin sarapanku penuh dengan bulu dan liur William," jelasnya dengan beranjak masuk kembali kedalam gudang. Membuat senyum Audrey memudar. Lexus sedang menyelamatkan dirinya sendiri, bukan Audrey.
Audrey memaksakan senyumnya saat Edward berpaling padanya, "sudah aku katakan, kau akan menyukainya dan dia juga sepertinya menyukaimu," jelas Edward berdiri dari duduknya.
Audrey menggeleng, "tidak, dia tidak menyukaiku. Dia selalu bersikap seperti itu, jika dia menyukaiku tentu saja dia tidak akan jahat padaku."
Edward tertawa pelan dan mengulurkan tangan pada Audrey yang membuat Audrey tersenyum oleh sikap sopan Edward yang terlihat sangat mirip dengan Willis.
"Dia bukan jahat, memang begitulah cara dia menunjukkan perasaannya jika dia menyukai seseorang," sanggah Edward.
Audrey mengerutkan kening dan menatap Edward, "benarkah?"
"Percaya saja padaku, aku sangat mengenalnya, dan akan kukatakan padamu bahwa saat dia menyukai seseorang maka dia akan rela mati untuk orang itu. Dia sangat setia."
Audrey memandang takjub pada Edward, "bagaimana anak sekecil dirimu bisa tahu hal seprti itu?"
"Itu karna kami berteman, kami sangat dekat."
Audrey mengangguk sebelum kembali menggeleng, lalu mendesah berat, "tapi aku tidak yakin dia menyukaiku dan rela mati untukku. Dia tidak pernah mengatakannya."
Edward tergelak saat mereka beranjak untuk menuju rumah, "dia sudah mengatakannya."
Audrey mengerutkan kening, mencoba mengingat kembali saat-saat Lexus menjadi laki-laki yang manis, tapi bahkan saat menjadi laki-laki yang manis, Lexus tidak pernah mengatkan bahwa Lexus menyukai Audrey.
"Kapan?" Tanya Audrey penasaran.
Edward menghentikan langkahnya dan bersedekap sebelum berdecak, "tadi." Lalu meneruskan dengan, "saat dia menjilatmu."
"Dia tidak pernah ... " kata Audrey hampir memprotes sebelum wajahnya memerah saat baru menyadari bahwa mereka sedang membahas sesuatu yang berbeda.
Audrey tertawa terbahak-bahak hingga air matanya mengalir dari ekor matanya.
Audrey pikir Edward sedang membahas Lexus, dan Edward pikir Audrey sedang membahas William, si anjing gendut.
Edward menyipit curiga saat tidak tahu apa yang membuat Audrey tertawa, "apa?"
"Tidak ada," jawab Audrey singkat dengan mengusap kembali sisa air mata tawanya sebelum merangkul bahu Edward untuk mengajak Edward masuk kedalam dan segera disusul oleh Lexus yang membawa bantal dan alas tidurnya kembali ke kamar.
Audrey mencuci wajah dan tangannya sebelum membantu didapur dengan sesekali berpaling saat mendengar Letticia membaca buku dipangkuannya dengan keras tapi datar, Audrey jadi ingat saat Lexus menceritakan kisah yang sama dengan yang saat ini sedang di baca oleh Letticia, membuat Audrey tersenyum tanpa sadar.
"Setelah itu pasti sang gadis bertemu dengan kelinci terluka, aku suka bagian yang itu, kalau kau, Letty, suka bagian yang mana?" Tanya Audrey pada Letticia membuat Letticia menghentikan apa yang dibacanya, menyipit kesal pada Audrey sebelum menutup buku dipangkuannya dengan keras.
"Ya, well ... terima kasih. Kita sudah tahu akhir dari kisahnya, lebih baik lagi jika kau tidak membocorkannya padaku. Ini mulai tidak menarik," keluh Letticia dengan beranjak dari dapur.
Audrey mendesah berat dan mengusap meja tanpa sadar dengan jemarinya saat tahu sudah membuat Letticia kesal.
Cecillia tersenyum sedih saat melihat kekecewaan gadis muda itu pada dirinya sendiri, merangkulnya dan menyenggol lengannya pelan, "jangan masukkan kedalam hati, Letty adalah anak yang manis, tapi aku tidak tahu kenapa akhir-akhir ini dia sangat menyebalkan," hibur Cecillia membuat Audrey memaksakan senyumnya.
"Mungkin karena dia tidak suka aku ada disini."
Cecillia mengusap lengan Audrey dengan sayang, "tentu saja bukan begitu, mungkin karna dia sedang kesal pada Nick. Mereka selalu bertengkar seperti anjing dan kucing." Lalu mendesah berlebihan, "padahal William saja bisa sangat akur dengan kuda. Ngomong-ngomong apa kau sudah berkenalan dengan William yang satu lagi?"
Audrey tergelak dan mengangguk, "aku selalu takut pada anjing, tapi William sangat manis. Dia menjilatiku dan aku yakin dia akan menelanku hidup-hidup jika Lexus tidak menyelamatkan ... "
"Menyelamatkan? Siapa?" Tanya Cecillia penasaran dan memancing rasa penasaran Joanna yang kini meninggalkan kompor.
Audrey menggigit bibirnya sendiri sebelum melihat pada dua wanita itu, "menyelamatkan kita semua dengan menghentikan William meninggalkan bulu dan liur diseluruh pakaianku."
Cecillia dan Joanna mendesah bersamaan sebelum mereka saling menatap berkomplot, lalu tersenyum memandang Audrey.
"Maukah nanti malam kau ikut dengan kami kerumah pondok Hellen? Kita akan mengadakan rapat rutin untuk para wanita, kita juga bisa belajar menjahit atau menyulam pada Hellen," tawar Joanna membuat Audrey mengangguk dan tersenyum ceria.
"Aku selalu ingin bisa menyulam."
"Itu bagus, Sayang. Kalau begitu kita akan belajar menyulam nanti malam," setuju Cecillia sebelum mereka kembali menyiapkan sarapan yang sangat terlambat dari jam sarapan dan membuat pada pria sangat kesal tapi juga tidak bisa melakukan apapun untuk memprotes saat para wanita tersenyum sangat manis di meja makan.
Audrey sama sekali tidak menyadari senyum penuh rahasia milik Cecillia dan Joanna, tapi Willis dan Dante tahu. Walaupun mereka pura-pura tidak tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
the GAME of FATE (Paxton seri 2)
Storie d'amoreCerita ini sudah dibukuka dengan judul yang sama (@70k) untuk pemesanan bisa menghubungi penulis. Selama ini, Audrey selalu meminta tolong pada Tuhan untuk melapaskannya dari ayahnya dan hanya berpikir bahwa mungkin Tuhan sedang sibuk dengan permint...