Hellen membantu membereskan barang-barang Audrey dari kamar rumah sewaannya saat kereta kuda pesanan Lexus tiba disana beberapa menit yang lalu, dan Hellen meminta sang kusir menunggu mereka setengah jam untuk membereskan barang-barang yang sudah hampir semua terkemas dalam tas-tas besar mereka. Tidak ada barang tambahan karena mereka datang ke sana sudah dengan semua gaun dan aksesoris yang mereka rencanakan akan cukup untuk satu bulan di London. Gaun-gaun Audrey tidak seheboh gaun-gaun debutan lain dan karena itulah Audrey sangat bersyukur karena itu mempermudah mereka kini saat berkemas dan pulang.
Audrey mendongak dari tasnya memandang Hellen yang tengah memasukkan dan mengecek semua barang bawaan mereka tidak ada yang tertinggal.
"Hellen, apa kau punya syal yang bisa membantuku menutupi leherku?" Tanya Audrey ragu dengan menyentuh lehernya sebelum membelalak saat tidak menemukan kalung tembaga dari Lexus dilehernya. "Oh Tuhan, apa aku menghilangkannya?"
Hellen berpaling setelah mengambil syal miliknya dan menatap Audrey yang berjalan mondar-mandir untuk menyibak selimut atau melihat kedalam kolong ranjang.
"Apa yang hilang?" Tanya Hellen mendekat.
"Kalungku," jawab Audrey dengan membungkuk untuk menatap kebawah meja disamping ranjang lalu menarik untaian kalung tanpa liontin berwarna tembaga, memandangi kaitnya yang rusak sebelum mendesah berat untuk menunjukkannya pada Hellen. "Sudah rusak," ucapnya sedih.
Hellen mengambil untaian kalung itu dan menepuk punggung Audrey menenangkan, "masih bisa diperbaiki, Sayang. Setelah kita tiba di Paxton, aku akan membawanya ke kota untuk meminta tolong pada Fladimir memperbaiki kaitnya," hibur Hellen.
Audrey memaksakan senyumnya sebelum mengangguk, "tapi aku harus menemukan liontinnya, kalung ini berharga untukku," mohon Audrey membuat Hellen mendesah berpura-pura lelah sebelum tersenyum.
"Baiklah, aku akan meminta kusir malang itu untuk menunggu beberapa menit lagi."
"Terima kasih, Hellen," ucap Audrey tulus saat Hellen hampir beranjak dari kamar.
"Sama-sama, Sayang. Aku juga akan melakukan hal yang sama jika aku kehilangan barang berhargaku. Aku akan membantumu setelah membuatkan kopi untuk kusir malang itu."
Audrey mengangguk menyetujui sebelum Hellen keluar dari kamar menuju halaman untuk berbicara pada sang kusir, meminta sedikit tambahan waktu untuk mencari barang hilang dan sebagai gantinya, Hellen akan membuatkannya kopi juga membagi bekal kue yang dipanggang Hellen tadi pagi setelah Lexus memintanya untuk meninggalkan London bersama Audrey.
Audrey mencari kesetiap celah dan lekukan di lantai kamar itu, meraba setiap kolong, juga mencari diantara abu diperapian berharap bisa menemukannya disana namun setelah beberapa menit bahkan setelah Hellen membantunya mencari dan tidak menemukannya, akhirnya Audrey dengan berat hati harus merelakan liontin yang bahkan belum dilihat Audrey dengan jelas karena hanya menggunakan pencahayaan pemantik milik Lexus.
"Jangan sedih, Sayang. Kita sudah berusaha menemukannya, nanti aku akan menulis surat pada pemilik rumah untuk meminta tolong padanya jika nanti penyewa baru rumah ini menemukan liontinmu, aku akan memintanya menyimpankan dan mengirimkannya pada kita melalui surat," yakin Hellen melihat wajah murung Audrey.
Audrey mendesah dan mengangguk, "bolehkan aku menyimpan rantainya selama perjalanan?" Pinta Audrey membuat Hellen tersenyum dan menepuk pipi Audrey pelan.
"Tentu, Sayang. Kalung ini pasti sangat berharga untukmu," kata Hellen sebagai pernyataan bukan pertanyaan, sebelum mengeluarkan untaian rantainya dari saku gaunnya untuk meletakkannya diatas telapak tangan Audrey.
Hellen memanggil sang kusir untuk membawakan tas terakhir mereka dari kamar sebelum mereka turun ke halaman dan menutup pintunya.
Audrey melihat kesekitar, "dimana Lexus?" Tanyanya saat tidak melihat Lexus dimanapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
the GAME of FATE (Paxton seri 2)
RomanceCerita ini sudah dibukuka dengan judul yang sama (@70k) untuk pemesanan bisa menghubungi penulis. Selama ini, Audrey selalu meminta tolong pada Tuhan untuk melapaskannya dari ayahnya dan hanya berpikir bahwa mungkin Tuhan sedang sibuk dengan permint...