Pagi ini adalah hari baru untuk Audrey, memakai gaun katun yang sudah dibuatkan oleh Hellen beberapa minggu yang lalu, dan menggerai rambut tembaganya. Biasanya Audrey tidak terlalu percaya diri dengan rambutnya tapi kali ini Audrey ingin terlihat berbeda dari biasanya, karena ini adalah Audrey yang baru. Audrey yang percaya bahwa dirinya cantik, dan bertekat tidak akan membiarkan siapapun mengatakan yang sebaliknya.
Audrey menatap dirinya di cermin tangan yang dipinjamkan oleh Cecillia sebelum tersenyum pada bayangannya yang membalas senyumannya.
"Kau bisa, Audrey," bisik Audrey pada bayangannya yang kembali melakukan hal yang sama padanya.
Ya, sudah bukan saatnya lagi meratapi nasibmu. Tuhan sudah memberikanmu jalan untuk terbebas dari ayahmu dan jangan buat dirimu tersakiti lagi dengan mencintai orang yang tidak mencintaimu. Didunia ini banyak sekali laki-laki, tidak mungkin semua laki-laki akan muntah melihat bekas lukamu. Jika didunia ini ada orang jahat, pasti disuatu tempat juga ada orang baik, kau hanya perlu menunggunya datang, atau yang lebih baik lagi adalah mencarinya, yakinnya pada diri sendiri sebelum meletakkan cermin tangan itu diatas meja dan menegapkan bahunya. Berkali-kali mengatur napasnya untuk kemudian melangkah menuju pintu dan bertekat untuk menghadapi dunia yang lebih besar dari dirinya.
Audrey membuka pintu dan tertegun sebelum tersenyum lebar dan ceria saat mendapati Lexus dengan wajah kusut berdiri didepan pintu kamarnya, membawa alas tidur dan bantal, berniat untuk mengetuk pintu karena kini tangan besar Lexus masih mengambang di udara.
"Hai, selamat pagi. Apa tidurmu nyenyak?" Sapa Audrey ceria membuat Lexus mengerutkan kening dan menyipit untuk memperhatikan raut wajah ceria Audrey.
Lexus mendengus saat bayangan akan ciuman Brandon pada Audrey tadi malam kembali muncul, "ya, senyenyak tidurmu," sindir Lexus.
Audrey mengangguk dengan senyum masih melekat di wajah cantiknya dan membuat rambutnya bersinar seperti senyumannya, sebelum menyingkir dari pintu untuk memberikan Lexus akses masuk kedalam kamarnya.
"Syukurlah kalau tidurmu nyenyak, segeralah mandi dan aku akan membantumu mengganti obat dilukamu setelah sarapan karena Nyonya Cecillia hari ini pergi kekota lagi untuk membeli kain, renda dan pita."
Lexus berbalik untuk menatap kesal pada Audrey, "hey, dengar. Aku tidak suka kau berbicara seolah aku anak kecil yang perlu lebih dulu disuruh untuk mandi saat aku butuh mandi, dan itu ... " menunjuk wajah Audrey, "singkirkan ekspresi ceria berlebihan dari wajahmu, itu sangat mengganggu."
Audrey mengendik dan kembali tersenyum, "kau juga tidak bisa mengaturku, kau tidak bisa mempengaruhi orang lain untuk mengikuti suasana hatimu," kata Audrey yang kemudian dibalas oleh gelak tawa Dante dari ruang tamu saat mendengarkan pembicaraan mereka.
"Jangan menguping, Ayah," teriak Lexus.
"Tidak, Nak. Siapapun bisa mendengar jika kalian berbicara dengan sangat keras seperti itu. Jangan buat suasana hati siapapun jadi buruk karena pertengkaran kalian. Cepat mandi, Lexus, dan siapkan sarapan, Audrey. Kuda-kuda dipadang rumput tidak akan menunggu kalian untuk menyelesaikan pertengkaran kalian," perintah Dante membuat Audrey menunduk malu.
"Baik, Tuan Dante, maafkan aku," sebelum beranjak kedapur dan Lexus masuk kedalam kamar dengan bantingan pintu keras.
Lexus membanting alas tidur serta bantalnya kelantai kamar dan menjatuhkan tubuhnya keatas ranjang sebelum menggeretakkan giginya kesal saat bantal didekat kepalanya menguarkan bau Audrey, juga seluruh kamarnya menguarkan aroma gadis itu. Serindu apapun Lexus pada ranjangnya, tetap berada didalam kamar beraroma semanis itu bukanlah pilihan yang bijaksana karena bisa dengan mudah membuat seorang laki-laki waras manapun menjadi gila.
KAMU SEDANG MEMBACA
the GAME of FATE (Paxton seri 2)
RomanceCerita ini sudah dibukuka dengan judul yang sama (@70k) untuk pemesanan bisa menghubungi penulis. Selama ini, Audrey selalu meminta tolong pada Tuhan untuk melapaskannya dari ayahnya dan hanya berpikir bahwa mungkin Tuhan sedang sibuk dengan permint...