Edward berlari keluar dari rumah berniat untuk mengejar Letticia, berhenti di halaman dan mengedarkan pandangannya saat kehilangan jejak dikegelapan malam disekitarnya.
Edward tidak tahu kenapa bibi Cecillia sangat ingin Letticia belajar di Paxton padahal jika mereka ingin, maka Letticia bisa belajar di rumah dengannya, Edward akan meminta ayahnya untuk memanggilkan guru agar mau mengajar dirumah, tapi bibi Cecillia lebih suka Letticia pergi ke Paxton. Mungkin karna bibi Cecillia lebih suka dengan Nickolas dari pada dirinya.
Bibi Cecillia memang tidak pernah jahat pada Edward, tapi itu bukan berarti Bibi Cecillia suka padanya.
Seseorang mendekat dan berkacak pinggang didepan Edward yang ternyata adalah kakek Josephnya dengan pandangan menilai, "mencari seseorang, Ed?"
"Letty," jawabnya singkat.
Kakek Josephnya memutar kepala ke arah pohon besar di area padang rumput, menunjuk dengan dagunya, "aku melihatnya duduk dan menangis dibawah pohon besar, ada apa? Tidak biasanya dia seperti itu."
"Dia kesal karena Nickolas Paxton mengganggunya, Letty tidak suka pergi ke Paxton tapi bibi Cecillia ingin agar dia tetap pergi," jelas Edward berjalan berdampingan dengan Joseph kearah padang rumput.
"Bibi Cecilliamu tidak salah, tidak ada yang buruk dengan menerima pendidikan."
"Aku juga bisa meminta ayah memanggil guru kemari, untuk aku dan Letty," tukas Edward membuat kakek Josephnya tergelak pelan.
Joseph merangkul bahu Edward dan menepuknya pelan, "aku yakin kau bisa, tapi Letty bukan kewajibanmu, Nak."
"Juga bukan kewajiban kerajaan Paxton, jadi kenapa?" Kesal Edward membuat Joseph hanya tersenyum samar.
"Saat kau sudah lebih besar, kau akan tau. Sekarang yang terpenting, bujuk dia agar mau masuk kedalam rumah. Udara diluar dingin sekali jika malam," saran Joseph membuat Edward mengangguk, "bisa kutinggal kalian berdua untuk berbicara? Aku harus pulang, aku lapar sekali."
Edward tergelak pelan dan mengangguk mantap sebelum beranjak meninggalkan kakek Josephnya, untuk masuk kedalam palang area padang rumput, mendekat ke arah Letty yang membungkuk dengan lutut tertekuk untuk menyembunyikan wajahnya.
Edward duduk dengan ragu dan memeluk pundak Letty ringan, "hey, ini aku Eddie."
Letty mengangguk, masih mendekap lututnya, "aku tahu," jawabnya disela isak tangisnya.
Edward bersandar di batang pohon di belakangnya dan menarik pundak Letty untuk bersandar dipundaknya, mengusap lengan Letty guna menenangkan guncangan tangis Letty.
"Aku benci pada Nick, dia sangat menyebalkan," dengus Letty di antara isakannya.
"Apa dia selalu mengganggumu?"
Letty mengangkat kepalanya dan menatap Edward setelah menghapus sisa air matanya, "jangan memukulnya, berjanjilah," mohon Letty.
Edward menatap sedih dan mengangguk, "kau tidak mau aku melukainya?"
Letty kembali meletakkan pipinya dilututnya yang tertekuk untuk menatap Edward cukup lama, "aku tidak ingin kau mendapat masalah, kau sangat baik padaku."
Edward tersenyum dan menatap kekejauhan sebelum bergindik saat angin dingin berhembus di antara mereka, menerbangkan helai-helai rambut Letticia, juga membuat helai rambut Edward berantakan didahinya.
Angin membawa bau pohon dihutan sekitar peternakan, juga bau rumput yang menyegarkan dan sangat familier untuk mereka berdua yang sejak kecil sudah tinggal di peternakan ini.
"Kau sangat istimewa untukku, Letty. Sudah sewajarnya aku melindungimu."
Letty tersenyum dan mengangguk, "terima kasih, Eddie. Kau juga istimewa untukku."
Mereka menjalinkan jemari mereka sebelum saling mendekat untuk mengurangi hawa dingin malam itu.
"Aku bisa meminta ayah untuk memanggil guru bagi kita berdua, kau tidak perlu pergi lagi ke Paxton," usul Edward membuat Letticia menggeleng cepat.
"Tidak, tidak, aku tetap harus ke Paxton, Eddie."
"Kenapa? Bukankah kau tidak suka dengan Nick?"
Letticia mengangguk dan menggigit bibir bawahnya dengan ragu, "aku tau, tapi aku tidak ingin melukai paman Oliver. Paman selalu membelaku saat Nick mulai menyebalkan. Belum lagi ini adalah perintah mendiang Ratu Bettary. Walaupun aku masih belum tau kenapa Ratu sangat berkeras agar aku belajar disana dan bagaimana bisa keluargaku mengenal keluarga kerajaan Paxton, tapi aku tetap tidak boleh mengecewakan ibuku serta paman Oliver yang sudah baik sekali mau menampungku untuk belajar disana, dan juga karena ayah serta ibuku tidak punya uang lagi untuk membayar guru."
Edward mengangguk kecewa tapi berusaha untuk tersenyum, "bertahanlah."
"Aku pasti akan bertahan, Eddie. Kita akan belajar dan bermain bersama setelah aku pulang dari Paxton, oke?"
"Oke," setuju Edward dengan berdiri dari duduknya dan mengulurkan tangan pada Letticia. "Masalah sudah selesai, kau harus meminta maaf pada ibumu dan kau harus makan. Diluar sini dingin sekali, kau bisa sakit."
Letticia menerima uluran tangan itu, berdiri dan mengibaskan roknya untuk membersihkan rumput yang mungkin tersangkut, "kita! Kita bisa sakit," koreksi Letticia membuat Edward tersenyum lebar dan mengangguk.
"Kita bisa sakit."
Mereka bergandengan tanan keluar dari dalam area merumput menuju rumah dengan suasana hati yang sudah jauh lebih baik dari sebelumnya.
"Bagaimana jika besok kita berkuda?" Tawar Edward sebelum mereka masuk kedalam rumah.
"Aku mau, tapi harus ada yang menemani. Kata Lexus, aku akan mematahkan leherku sendiri jika aku berkuda seperti sekarang tanpa pengawasan," gerutu Letticia membuat Edward tergelak.
"Kita bisa mengajak Lexus kalau begitu, bagaimana?"
"Oke, itu ide bagus," setuju Letticia saat Edward membuka pintu rumah dan membuat bibi Cecillianya yang duduk di ruang tamu dengan gusar, berdiri untuk merentangkan tangannya pada Letticia.
Letticia menghambur kedalam pelukan ibunya dan terisak, "aku minta maaf, Bu. Aku egois."
Cecillia menggeleng, "ibu juga minta maaf, Sayang. Ibu minta maaf sudah membentakmu dan bersikap menyebalkan."
Letticia tertawa diantara isak tangisnya, "ibu memang kadang menyebalkan, tapi ibu adalah ibu terbaik yang pernah dimiliki oleh seorang gadis," lalu melihat kearah bibi Joannanya dan Edward, "dan tentu saja bibi Joanna adalah ibu terbaik yang pernah dimiliki oleh seorang pria kecil."
Cecillia dan Joanna tergelak saat mendengar Edward mendengus kesal.
"Aku bukan pria kecil."
"Tapi kau memang lebih kecil dari aku."
"Hanya berbeda beberapa bulan bukan berarti kau lebih besar," sebelum mendekat dan mengukur tinggi badan Letticia dengan tubuhnya, "kau bahkan lebih pendek dariku."
Letticia mendengus tidak feminin, "jangan pernah meremehkan ukuran tubuhku, aku akan menginjak kakimu dan aku yakinkan kau tidak akan bisa berjalan selama satu minggu penuh," geram Letticia saat paman Willisnya keluar dari kamar dengan rambut basah sehabis mandi dan berdecak.
"Cukup, Ed. Jangan memancing gadis mungil itu lagi atau kau benar-benar tidak akan bisa berjalan satu minggu penuh. Percayalah, aku pernah merasakannya. Aku meremehkan seorang wanita mungil dan dia hampir mematahkan tulang rusukku hanya karna tidak sengaja menyikutku," ledek Willis mengedip pada Cecillia yang tergelak keras saat mengingat kembali kenangan mereka dulu di peternakan saat Cecillia menyikut rusuk Willis dan membuat Willis kesakitan setengah mati.
KAMU SEDANG MEMBACA
the GAME of FATE (Paxton seri 2)
RomanceCerita ini sudah dibukuka dengan judul yang sama (@70k) untuk pemesanan bisa menghubungi penulis. Selama ini, Audrey selalu meminta tolong pada Tuhan untuk melapaskannya dari ayahnya dan hanya berpikir bahwa mungkin Tuhan sedang sibuk dengan permint...