21

271K 10.3K 296
                                    

Hari ini adalah hari pertama Shila kemoterapi. Ada rasa takut di sekujur tubuhnya. Banyak orang bilang, bahwa kemoterapi itu sakit dan akan banyak mengalami gejala-gejala yang tidak biasa Shila alami. Keluarganya selalu menyemangati agar Shila tidak takut. Teman-temannya pun sudah berangkat menuju rumah sakit. Hanya Alvaro, Agneta, dan Deka yang mengetahui apa sebenarnya penyakit Shila.

Shila mengirimkan broadcast di bbm pada teman-temannya.

Temenin gue ke rumah sakit ya:)

Satu pesan bbm muncul di notif Shila. Dia pun segera membacanya.

David : Ngapain Shil? Lo sakit? Yaampun barbie gue ga boleh sakit plis:(

Shila tertawa membaca pesan dari David, David memang seperti itu jika bersama Shila. Shila pun membalas pesan David itu.

Adshila : Alay lo Dav sumpah! Haha

Shila menaruh ponselnya di nakas. Dia bersiap-siap untuk pergi ke rumah sakit. Tentunya dia tidak sendiri. Ada keluarga dan sahabat-sahabatnya itu. Arza memenuhi apapun yang Shila inginkan. Arza sudah seperti pacar bukan kakak kandungnya Shila. Memang seperti itu Arza. Dia tidak ingin salah satu keluarganya sakit parah. Jika perlu, dia saja yang sakit.

Shila pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka. Dia melamun sambil melihat bayangan dirinya di kaca. Kacau. Itulah di fikiran Shila sekarang. Mau tidak mau, Shila harus menjalankan kemoterapi tersebut. Shila ingin sembuh. Dia tidak ingin berada dalam keterpurukan. Masih banyak yang Shila inginkan di dunia ini (eh tunggu, ini serasa kek Shila pen mati aja bahasanya:3)

Dia keluar dari kamar mandi sambil mengelap wajahnya dengan tissue roll  yang dia ambil dari kamar mandi. Shila mengambil tas kecilnya dan ponselnya di masukkan ke dalam tas. Dia menuju ke meja rias untuk melihat dirinya sekali lagi.

"Gue harus bisa ngelawan penyakit gue ini. Gue ngelawan orang lain aja berani, masa sama penyakit gue udah syok duluan sih. Ah, ini bener-bener bukan gue banget!" gumam Shila.

Terdengar ketukan pintu kamar, Shila langsung beranjak dari meja riasnya untuk melihat siapa yang mengetuk pintunya tadi. Ternyata Kak Arza yang sudah mengetuk pintu kamar Shila.

"Temen lo udah nungguin di bawah. Gc cepetan turun. Gausah ngerem aja di kamar kayak ayam baru nelor." ucap Arza menghibur Shila agar tidak stress.

"Yaudah lo duluan aja ke bawah, nanti gue nyusul," saat Shila baru ingin menutup pintunya, tiba-tiba Arza memanggilnya lagi.

"Eh tunggu, btw, itu temen lo mau ke rumah sakit apa ke mall? Sumpah rame banget ini rumah jadinya."

"Ke rumah sakit lah nemenin gue. Yakali gue kemoterapi di mall. Lo lucu sumpah Kak. Udah sana turun nanti gue nyusul." Arza mengangguk.

*****

"Shil, kita sebenernya ngapain sih ke rumah sakit?" tanya David.

"Nanti lo juga bakalan tau," ucap Shila yang membuat mereka semakin penasaran. Selama ini, Shila tidak pernah semisterius ini. Shila selalu menyimpan banyak rahasia yang tidak di ketahui teman-temannya.

"Sok misterius lo Shil," ucap Aura.

Mereka sudah sampai di rumah sakit. Shila turun terlebih dahulu baru di susul dengan teman-temannya. Sampai sekarang, mereka bingung kenapa Shila membawanya ke rumah sakit seperti ini. Karena setau mereka, selama ini tidak ada yang sakit.

Tiba-tiba, Shila masuk ke dalam lorong yang sepi. Mereka semua bergidik ngeri. Sedangkan Deka, dia hanya asik memainkan ponselnya sampai dia salah memasuki ruangan. Shila dan teman-temannya terus berjalan lurus. Sedangkan Deka, dia berbelok menuju kamar mayat.

Di bukalah pintu itu oleh Deka dan menampilkan banyak manusia yang tertidur sangat pulas(?)

"Loh, Shila sama yang lain kemana? Dan, OMAYGAT! INI JUGA GUE DI MANA?" ups! Deka menutup mulutnya rapat-rapat menggunakan telapak tangannya.

"Plis siapapun yang ada di luar tolongin gueee!!" teriak Deka. Kakinya gemetar. Dia terduduk di sudut ruangan itu sambil menelungkupkan kepalanya di lututnya. Tanpa dia sadari, ada seseorang yang masuk ke dalam ruangan itu. Dan ternyata, itu Shila dan teman-temannya yang sedari tadi mencari Deka. Shila berjalan mengendap-endap layaknya seorang pencuri.

Shila memegang pundak Deka. Deka yang kaget pun langsung menegakkan badannya. "Plis tolong jangan gangguin gue. Gue cuman nemenin temen gue kok ke rumah sakit ini." ucap Deka gemetaran.

"Woy! Ini gue kali," ucap Shila. Deka langsung menengok ke belakang. Dan benar, ternyata itu Shila. Spontan Deka langsung memeluk Shila. Alvaro yang sedari tadi hanya diam berdiri melihat Shila dan Deka pun akhirnya maju.

Alvaro melepaskan pelukan Deka dari Shila. Dia memberikan tatapan mengerikan. Deka yang melihatnya hanya bisa cengengesan.

"Gausah pake peluk-peluk bisa 'kan?" ucap Alvaro datar.

"Sorry bro. Tadi gue kebablasan,"

"Lo juga jadi cowo penakut amat! Makanya kalo jalan tuh ngeliat ke depan. Bukan ngeliat ke hp!" ucap Shila.

"Ya lagian gue bosen di cuekin mulu."

*****

Mereka sudah sampai di rumah masing-masing. Sedangkan Alvaro, dia menginap di rumah Shila karena hari sudah larut malam. Mereka tidur di satu kamar. Karena memang di rumah Shila tidak ada kamar untuk tamu.

"Shil, lo tau ga perbedaan bintang sama lo?" ucap Alvaro.

"Gatau. Emang apa?"

"Kalo bintang selalu menyinari langit malam. Tapi kalo lo, selalu menyinari gue setiap waktunya."

"Gombalan lo garing sumpah!" Shila memukul bahu Alvaro pelan. Alvaro hanya senyum-senyum gak jelas. Akhirnya, Shila keluar kamar untuk mengambil minum.

"Shil lo mau kemana?" tanya Alvaro saat Shila ingin pergi.

"Minum,"

"Gue ikut," pinta Alvaro.

"Gak. Lo di sini aja. Nanti gue bawain minum sama kue"

"Oke"

Shila menuju ke dapur untuk minum dan mengambilkan beberapa kue yang di buat olehnya bersama mamanya.

"Nih di makan. Awas sih kalo sampe gak di makan mah,"

"Pasti lah gue makan kalo kue ini buatan lo."

Alvaro menggeser tempat duduknya mendekat ke Shila. Dia menaruh kepalanya di bahu Shila. Sedangkan Shila, dia bersender di kasur. Tapi tiba-tiba, lampu di kamar Shila pun mati. Alvaro langsung memeluk tubuh Shila. Alvaro phobia kegelapan. Shila risih karena Alvaro memeluknya terlalu erat.

"Al, lepasin"

"Plis Shil. Gini aja bentar,"

"Lo.. Phobia gelap?" tebak Shila.

"Nanti aja nanya-nya, gue cuman butuh pelukan sebentar aja."

Shila akhirnya mengalah. Dia baru tahu kalau selama ini Alvaro memiliki phobia pada kegelapan. Jika situasinya tidak sedang benar-benar mati lampu, Shila pasti akan tertawa terbahak-bahak.

Maaf ya update lama:3 gue nulis cerita sesuai mood. Follow instagram sama twitter gue ya:)

IG : @lvnazlia
Twitter : @auliadlmra

Tinggal komen dan mention ke gue, nanti pasti langsung gue follback kok.

Oke sekian. Jangan lupa vote dan komennya ya:)

-AuliaRL❤

Bad Girl [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang