Chapter 5

550 117 64
                                    


Kenapa sih mataku nggak mau terpejam padahal aku ingin sekali tidur dan melupakan semuanya. Dari semenjak pulang dari tempat itu aku jadi takut melihat handphone-ku. Aku takut kalau-kalau handphone-ku berbunyi.

"Sebenarnya apa yang dia inginkan? Dari tadi siang jantungku jadi berdebar-debar kayak gini. Apa mungkin maksudnya...Tidak mungkin.
Tapi kalau dilihat dari penampilannya yang kayak anak boyband Korea gitu dan gimana cara dia tiba-tiba memelukku nggak menutup kemungkinan kalau dia...Sepertinya dia memang tipe cowok yang mudah menyerang. Haduh! Kenapa jantungku jadi semangkin berdebar kayak gini? Seharusnya aku tidak mencari masalah dan menerima saja saat dia bilang aku tidak mampu ganti. Lagi-lagi sifat keras kepala ini membawaku kedalam masalah. Huu!"

Kubuka selimut yang menutupi wajahku seraya beranjak duduk, menatap handphone-ku yang tergelatak di atas meja kecil
di samping tempat tidur-ku ini.
Ragu-ragu aku menggapainya.

"Tidak ada panggilan, pesan juga tidak ada, syukurlaah" gumamku menghembuskan napas lega.

Drrrt...
Drrrt...

Tiba-tiba handphone-ku bergetar. Aku terlonjak kaget refleks melemparkan handphone- ku
ke samping untung saja masih di atas springbed hingga handphone-ku tak mengalimi cedera.

Takut-takut aku mengulurkan tangan meraih lagi handphone yang masih tampak bergetar itu.

"Kania, ohh untung lah." gumamku menghembuskan napas lega. Secepatnya kusentuh layar handphone-ku ini.

"H-halo, Kania."

"Zia, lo lagi ngapain? Tadi siang lo kemana? Gue sama Mery nyariin lo, keliling tahu."

"Oh...Kania sepertinya gue akan tamat." sahutku lemah.

"Apa maksudnya Zia?"

"Dia, cowok itu! Dia bilang gue harus me---" Mendadak aku terdiam.

"Me? Apa Zia?"

"Udah lupakan saja. Lagian kenapa tadi siang kalian berdua! nggak ngehalangi cowok itu untuk ngebawa gue?! " cetusku.

"Itu...kami sengaja Zia, cowok itu keren abis, lagian lo pasti mau di ajak jalan sama dia kan? Memang itu tujuan kita buatin acara datting untuk lo, akhirnya kita berhasil juga. Ucapin
terima kasih geh kitakan udah bantu lo dapetin pangeran berkuda putih lo."

"T-terimakasih pala lo pitak!
Apa orang yang mau di ajak ngedat harus diseret-seret kayak gitu! Dan satu lagi! Dia itu bukannya ngajakin gue ngedat!
Udah ah! Malas, gue mau tidur.
Sampai ketemu di kampus Kania sayang. Um'mua."

Tut
Tut

***

06:00

"Pa, Ma, hari ini kan hari pertama Keyzia masuk kampus." ucapku sambil melumuri roti di tanganku ini dengan selai coklat kesukaanku.

Aku dan kedua orang tuaku sekarang tengah berkumpul di teras belakang menikmati sarapan pagi kami.

"Terus?" sahut Papa.

"I-itu...boleh ya, Pa? Key minta uang jajannya ditambahin."
Ragu-ragu aku mengucapkannya.

"Memangnya kamu minta
ditambahin berapa?" sahut Papa lagi.

"Uang jajanku sudah dipotong selama beberapa bulan ini, Pa, aku cuma minta uang jajanku dikasih normal lagi."

"Lima juta?" tandas Papa.

Romance VaganzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang