Chapter12

498 73 31
                                    


6:00

Cip
               Cip
Cip

Sepertinya aku terlalu takut sampai dalam mimpi pun dia bisa menguasaiku. Tapi mimpi ini kenapa terasa begitu nyata?
ini tidak mungkin dia kan?
bagaimana mungkin Re bisa tidur di sampingku?

Aku mengerjap-ngerjapkan mataku yang masih terasa berat sambil menatapi lelaki yang berbaring di sempingku ini,
lelaki ini sangat tampan dalam tidurpun dia tampak begitu tampan, wajahnya indah bagaikan seorang malaikat.
Kalau ini mimpi, apa sebaiknya aku tidak usah bangun saja?
aku ingin memandangi wajah ini lebih lama lagi.

Tapi?

Aku tiba-tiba tersadar.

Ini bukan mimpi!
Ini benar-benar nyata.
Benar, tadi malam aku menginap di apartemen Re, dan ini benar-benar dia.

Ini sangat memalukan.
Kenapa bisa seperti ini?
Re dia memelukku sebelah lengannya melingkar
di pinggulku sementara lengan yang satunya menjadi penyangga untuk kepalaku.

Mataku terbelalak seperti akan terlepas dari rongganya
ketika aku menyadari ternyata aku juga memeluk dia.
Sebelah kakiku tersampir menumpang di kakinya dan posisi kami saling berhadapan.

Yang benar saja? apa mungkin dari tadi aku tidur sambil mendekap di dada Re?

  " Tidaaaaak!! " teriakku histeris secepatnya kutarik kakiku dari tubuhnya.

"Ehmmm." Re mengumam sambil menggeliat kelihatannya dia terganggu.

"Ada apa?" tanya nya dengan suara serak khas orang yang baru bangun tidur.
Dia mengerjapkan mata sedikit mengakat kepalahnya untuk menatapku sepertinya dia tidak sadar.

Dan di detik berikutnya dia ikut tercengang menyadari tangannya melingkar di pinggulku.

"KAU!" teriakku.

Bruk!

Refleks saja kakiku menendang perutnya hingga membuat dia terjatuh dari ranjang.

"Kau, apa kau sudah gila!"
upatnya sambil meringis dan
meringkuk kedua tangannya menekan perutnya yang mungkin terasa sakit.

Mati aku.

Aku sangat gugup melihat Re bangkit berdiri.
Dia berjalan memutari ranjang kelihatannya dia akan menghampiriku.
Langkahnya tenang tapi kenapa aku merasa seperti sedang terancam.
Dia sudah semangkin dekat
jantungku berdegup kencang
apa mungkin dia akan balas memukulku.

"M-maaf." rengekku sambil meringkuk dan memejamkan mata saat aku merasa Re sudah
benar-benar berdiri di hadapanku.
Jantungku berdegup kencang pasrah menunggu apa yang akan terjadi.

Satu detik

Dua detik

Tiga detik.

Tidak terjadi apa-apa?
tidak ada tangan yang menampar wajahku atau menjambak rambutku dengan keras.

Ragu-Ragu aku mengintip dengan sebalah mataku.

Tidak ada? dia tidak ada?

Kuberanikan diri untuk membuka kedua mataku, lalu mengibaskan pandanganku
ke segala arah.

Dasar aku bodoh kenapa terlalu parno seharusnya aku tahu kalau dia mau ke kamar mandi.

"Fiuuuuuh" Aku menghela napas lega.

Romance VaganzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang