Chapter4

655 135 77
                                    

"Lepa-sin!" Protesku sambil  menggeliatkan tangan berusaha melepaskan diri. Cowok ini melangkah tenang masih terus menyeret tanganku, membuat aku terpaksa mengikuti langkahnya dengan terseok-seok seperti ini. Orang-orang yang berpapasan dengan kami langsung menoleh menatap kami heran. 

"Ini memalukan."gumamku pelan__Hampir sama dengan berbisik.

"Ternyata kamu masih punya malu." celetuknya.

"Maksud kamu Apa?" suaraku tiba-tiba mengencang__Tersulut emosi.

"Kamu sudah merusak barang orang. Tak hanya itu, kamu juga menipu orang itu. Dan kamu lari begitu saja. Apa tindakkan seperti itu mencerminkan orang yang punya malu?!" Tekannya.

Aku tertohok. Ucapannya berhasil memadamkan api yang berkobar di dadaku.

Aku tersadar dan tertunduk malu.

"Ituuu, aku---"

"Nggak usah nggomong!" bentaknya. Membuat aku langsung membungkam.

Hening

Dia masih terus melangkah menyeretku.

"S-sebenarnya ka-kamu mau ngajak aku ke-ke mana? Dari tadi
ka-kamu nyeret tanganku, sakit tahu." ucapku ragu-rugu.

"Ketempat kencan." sahutnya
seraya menghentikan langkahnya.

"A-apa? A-aku gak salah
dengarkan?"

Bola mataku membundar seperti ada bunga bermekaran di sana.

"Akhirnyaa pangeran berkuda ku datang jugaaa."

Senyum semringah terkembang di bibirku.

Dia menoleh menatapku.
Wajah tampannya berkilau indah, seperti ada ribuan kunang-kunang kecil
menghiasinya.
Aku menatap wajah itu dengan tatapan memuja.
Lalu dengan ajaib, bunga-bunga bermekaran di sekeliling kami. Angin sejuk berhembus melambai-lambaikan rambutku. Aku mendengar sebuah lagu yang mendayu di telingaku.
Ini seperti di dunia dongeng.

"Tunggu dulu! Apa backsondnya tidak bisa diganti? Dengan lagu sellow yang romantis gituh? Kan jadi nggak matching kalau backsondnya lagu dangdut kayak gini, meskipun liriknya "Pertemuan" yang ngenah banget,
tapikan kurang romantiis."

"Dan di sana tempatnya."

Aku menoleh ke sebuah tempat yang ditunjuknya.
Seketika itu juga lagu yang mendayu di telingaku menjadi kusut gak karuan.
Bunga-bunga di sekeliling kami layuh berguguran,
angin yang tadinya terasa sejuk berganti dengan panasnya terik matahari.

Aku tersadar dari dunia khayalku.

"Ka-kantor polisi! " Pekikku__
Dengan mata membelalak lebar.

"Kau benar, Ayo!" Dia kembali menyeret tanganku.

"Nggak! Lepasain!"

Aku memberontak seperti mendapat tenaga kiriman. Mengibaskan tangannya hingga terlepas dari pergelangan tanganku.

Tapi secepat kilat dia kembali menyambar pergelangan tanganku.

"Mau kabur lagi?!" Tekannya.

"Please! Jangan bawa aku
ke kantor polisi. Aku mohon, aku punya dua anak ikan mas koki yang harus kuberi makan," rengekku dengan wajah memelas.

"aku akan ganti kacamata-mu itu, beneran." sambungku lagi.

Mendadak langkahnya terhenti membuat langkahku ikut terhenti.

"Kamu bilang apa? Mau ganti?"

"I-iya." Aku benar-benar gugup.

"Aku sudah nggak minat bernegosiasi denganmu.
Dan, Ya! Kacamata-ku itu
Limited Edition! Karena kamu! Aku harus kehilangan
kacamata-ku itu!" bentaknya__ Dengan emosi.

Romance VaganzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang